Total Tayangan Halaman

Jumat, 28 Maret 2014

Sejarah Rasululloh SAW berdasar riwayat-riwayat yang sahih 12


Nabi – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – Menghadiri Chilful Fudhuul [35] Diriwayatkan dari Abdurrahman bin ‘Auf – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: @“Saya menyaksikan sebuah perjanjian dari orang-orang yang baik bersama para pamanku sedangkan aku masih muda. Maka aku tidak suka diberi unta yang merah (kecoklatan, yakni unta yang paling bagus dan mahal) sekalipun untuk membatalkannya.”# Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Ya’laa, Al-Bazzaar, Al-Bayhaqiy, sanadnya sahih dan ia memiliki beberapa hadits pendukung, yaitu diriwayatkan dari Abu Huroiroh oleh Al-Bayhaqiy, dan dari Tholchah bin Abdulloh bin ‘Auf yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, dan juga oleh Al-Bayhaqiy dari jalur Ibnu Ishaq, dan itu adalah hadits mursal yang sahih, dan padanya terdapat tambahan lafazh: “Seandainya aku dipanggil kepadanya dalam Islam aku pasti akan menjawabnya.” Chilful Fudhuul (artinya sumpah setia atau perjanjian yang utama) yaitu perjanjian yang terjadi antara kabilah-kabilah yang ada di kota Makkah untuk menolong orang yang dizalimi dan mengambilkan haknya dari orang yang menzaliminya. Itu terjadi di rumah Abdulloh bin Jad’aan dan dhadiri oleh Nabi – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersama para paman beliau, sedangkan beliau pada saat itu berusia 20 tahun. Adapun sebabnya sebagaimana disebutkan oleh ahli siroh bahwasanya seorang lelaki dari Zabiid (salah satu kota terkenal di Yaman) datang ke Makkah dengan membawa barang dagangan, lalu dibeli oleh Al-‘Aash bin Waa-il, maka ia menahan hak orang Zabiid itu (tidak membayarnya) maka orang Zabiid tersebut melaporkannya kepada sekutunya, yaitu: Abdud Daar, Makhzuum, Jumach, Sahm, ‘Adiyy bin Ka’b, maka mereka tidak mau menolongnya dari Al’Aash bin Waa-il mereka justeru membentaknya. Ketika orang Zabiid itu melihat keburukan, ia naik ke bukit Abu Qubais ketika terbit matahari, sedangkan Quraisy berada dalam perkumpulan mereka di sekitar Ka’bah, maka ia menyeru dengan suaranya yang paling keras: “Wahai keluarga Fihr (yakni Quraisy) tolonglah orang yang dizalimi barang dagangannya * di tengah kotaa Makkah yang mana dia jauh dari rumahnya dan kawan-kawannya. Dan tolonglah seorang yang berichrom dalam keadaan lusuh yang mana ia belum sempat menyelesaikan umrohnya * wahai para lelaki (Quraisy) yang berada di antara Chijr Ismaa’iil dan Chajar Aswad Sesungguhnya tanah haram ini adalah bagi orang yang sempurna kemuliaannya * dan bukan untuk orang yang memakai pakaian keburukan dan pengkhianatan.” Lalu berdirilah Az-Zubair bin Abdul Muththolib dan berkata: “Perkara ini tidak bisa dibiarkan.” Maka kabilah bani Hasyim, bani Zuhroh, bani Taim bin Murroh berkumpul di rumah Abdulloh bin Jad’aan, maka ia membuatkan makanan bagi mereka dan saling bersumpah atau berjanji setia di bulan Dzul Qo’dah, maka mereka saling berjanji dengan nama Allah akan menjadi satu tangan atau kekuatan untuk menoloong orang yang dizalimi atas orang yang menzalimi sehingga ia memberikan haknya kepada orang yang dizalimi itu selama laut masih membasahi pantai, dan selama gunung Tsabiir (salah satu gunung di tanah haram) dan Chiroo’ di tempat keduanya, dan untuk saling menolong dalam kehidupan. Lalu Quraisy menamakan itu chilf (sumpah setia) itu sebagai Chilful Fudhuul, dan mereeka semua berkata: “Mereka telah memasuki perkara yang utama (fadhl).” kemudian mereka semua berjalan ke rumah Al-Ash bin Waa-il, lalu mereka merebut barang dagangan orang Zabiid tersebut dan mereka mengembalikannya kepadanya. Maka Az-Zubair berkata tentang hal itu: “Aku telah bersumpah setia bahwa sungguh kani akan mebuat suau perjanjian (sumpah setia) atas mereka * walaupun kami semua adalah penduduk kota yang sama (yakni Makkah) Kami menamakannya Al-Fudhuul, ketika kami membuatnya * maka orang asing akan merasa tertolong (termuliakan) selama berada di sisi tanah haram Dan supaya mengetahui seluruh orang yang berada di sekitar Baitulloh bahwasanya * kami adalah orang yang enggan (tidak senang) terhadapa kezaliman, kami akan mencegah segala hal yang buruk.” Dan ia (Az-Zubair) berkata (pula): “Sesungguhnya (anggota) Al-Fudhuul saling berjanji dan bersumpah setia * agar tidak ada seorang yang zalim pun tinggal di Makkah. Yaitu sebuah perkara yang mana mereka saling berjanji dan saling mengikat sumpah atasnya * maka orang yang meminta pertolongan dan orang yang membutuhkan akan selamat.” Maka perjanjiaan ini termasuk perjanjian yang terutama dan terbaik yang disepakati oleh kabilah-kabilah Quraisy dan keluarganya, dan Nabi – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – pun memujinya dan memuji kehadiran beliau dan bercita-cita seandainya ia dipanggil kepada perjanjian seperti itu dalam masa Islam pastilah beliau akan menjawab (memenuhi)-nya sebab itu termasuk akhlak yang baik dan mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar