Total Tayangan Halaman

Jumat, 28 Maret 2014

Sejarah Rasululloh SAW berdasar riwayat-riwayat yang sahih 11

Perjalanan Beliau – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – Bersama Paman Beliau Abu Thoolib ke Syam dan Kisah Rahib Bachiiroo’ [34] Diriwayatkan dari Abu Musa (Al-Asy’ariy) – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Abu Thoolib keluar ke Syaam, dan keluarlah bersamanya Nabi – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – beserta para tetua-tetua Quroisy. Ketika mereka sampai pada (tempat) seorang rahib, Rahib itu turun dan mereka mengistirahatkan hewan tunggangan mereka. Lalu keluarlah Rahib itu kepada mereka, sedangkan mereka sebelum itu lewat di tempat itu namun Rahib itu tidak pernah keluar kepada mereka dan tidak pernah menoleh.” Ia berkata: “Mereka membawa perbekalan mereka, dan Rahib itu masuk ke sela-sela mereka sehingga ia memegang tangan Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dan berkata: “Ini adalah pemimpin seluruh alam, dia adalah Rasul (utusan) Tuhan penguasa seluruh alam. Allah mengutusnya untuk menjadi rahmat (kasih sayang) bagi seluruh alam.” Lalu para tetua Quroisy itu berkata: “Apa yang membuatmu tahu?” Rahib itu menjawab: “Sesungguhnya kalian ketika sampai pada ‘Aqobah, tidak tersisa satu batu pun dan tidak satu pohon pun kecuali tersungkur sujud. Dan mereka berdua tidak sujud kecuali kepada seorang nabi. Dan sesungguhnya aku mengenalinya melalui segel (cap) kenabian di bawah tulang pundaknya seperti (sebesar) apel. Kemudian ia kembali ke tempatnya dan membuatkan makanan untuk mereka. Lalu ketika ia datang dengan makanan itu kepada mereka, sedangkan beliau tengah menggembalakan unta. Maka Rahib itu berkata: “Utuslah seseorang untuk memanggilnya.” Lalu beliau pun menghadap dan beliau dinaungi oleh awan dan ketika beliau dekat kepada kaumnya beliau mendapati mereka telah mendahuluinya ke bawah naungan pohon, lalu ketika beliau duduk (di bawah pohon) maka bayangan pohon itu condong kepada beliau. Rahib itu berkata: “Lihatlah bayangan pohon itu condong kepadanya.” Ia (Abu Musa) berkata: “Ketika ia berdiri di antara mereka, dan ia (Rahib itu) meminta dengan sangat agar tidak membawanya ke Rum, sebab sesungguhnya orang Rum jika melihatnya mereka akan mengenali sifatnya dan membunuhnya. Lalu ia (Rahib itu) menoleh maka tiba-tiba ia melihat ada 7 (tujuh) orang yang datang dari Rum.” Ia pun menyambutnya dan berkata: “Apa yang membuat kalian datang kemari?” Mereka berkata: “Sesungguhnya Nabi itu keluar pada bulan ini, maka tidak tersisa satu jalan pun kecuali di utus padanya beberapa orang, dan kami telah menerima kabarnya maka kami diutus kepada jalan / tempatmu ini.” Rahib itu berkata: “Apakah ada di belakang kalian orang yang lebih baik dari kalian.” Mereka berkata: “Hanyasaja kami diberitahu tentang kabarnya bahwa ia melewati jalanmu ini.” Rahib itu berkata: “Tidakkah kamu mengetahui bahwa suatu perkata yang telah dikehendaki oleh Allah untuk ia laksanakan, apakah ada seorang pun yang dapat menolaknya?” Mereka berkata: “Tidak.” Ia (Abu Musa) berkata: “Maka mereka pun berbai’at (berjanji setia) kepada Rahib itu dan tinggal bersamanya.” Rahib itu berkata: “Saya bertanya kepada kalian dengan (nama) Allah, siapakah di antara kalian yang menjadi walinya?” Mereka berkata: “Abu Thoolib.” Maka si Rahib itu terus menerus meminta kepada Abu Tholib (untuk membawa Nabi pulang) hingga Abu Tholib pun mengembalikan beliau ke Makkah, dan Abu Tholib mengutus bersama beliau Abubakar dan Bilal, dan si Rahib itu memberi beliau bekal berupa roti dan minyak.” Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, At-Turmudziy, Al-Chaakim, Abu Nu’aim, Al-Bayhaqiy, dan disahihkan oleh Al-Chaakim dan sanadnya sahih menurut syarat Al-Bukhooriy, dan menurut Ibnu Sa’d hadits ini memiliki pendukung beberapa hadits lain yang senada. Hanya saja di situ terdapat lafazh-lafazh yang diingkari seperti penyebutan Abubakar dan Bilal, dan datangnya orang-orang Romawi untuk membunuh beliau – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dan perkataan mereka bahwasanya nabi itu keluar pada bulan ini dan lain-lain, hal itu diingkari oleh Adz-Dzahabiy, Ibnu Katsiir, dan Ibnu Sayyidin Naas dan hal itu dibatalkan aatau ditolak oleh guru kami Al-Chaafizh Sayyidi Ahmad bin Shiddiq –semoga Allah Yang Maha Luhur merahmatinya – dalam Al-Ju’nah. Meskipun demikian, sesungguhnyya apa yang mereka sebutkan tidak menafikan kesahiha asal hadits tersebut. Adalah Nabi – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dengan keyatiman beliau dan kehilangan akan ayah dan ibu, beliau telah terbiasa hidup bersama paman beliau, Abu Thoolib, dan beliau menganggapnya sebagai ayah karena ia memperlakukan beliau seperti salah satu anaknya sendiri. Maka beliau – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – tidak bersabar ketika berpisah darinya. Dan ketika usia beliau 12 tahun Abu Thoolib mengadakan perjalana dagang ke Syam dan itu adalah sebuah perjalanan yang menghabiskan waktu kurang lebih 40 (empat puluh) hari maka beliau merasa berat untuk berpisah dengan pamannya, maka beliau pun menemaninya dalam perjalanan yang berat dan panjang itu dan beliau belum mencapai usia baligh, ini merupakan perjalanan beliau pertama kali keluar dari kota Makkah yang dimuliakan. Dalam kisah ini terdapat penjelasan bahwa ahlul kitab baik dari nasrani atau selainnya mereka memiliki pengetahuan tentang Nabi – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dan sifat-sifat beliau dari apa yang mereka ketahui melalui kitab-kitab mereka sebagaimana telah lalu. Akan tetapi ketika datang Nabi yang mereka ketahui itu mereka mengingkarinya, maka la’nat Allah tertimpa kepada orang-orang yang mengingkari (kafir). Dan dalam kisah tersebut terdapat mu’jizat yaitu naungan awan atas beliau dan naungan dari pepohonan yang condong atau berpindah ke arah beliau – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – sebagaimana sujudnya bebatuan dan pepohonan kepada beliau, sedangkan kkeduanya adalah makhluk Allah Yang Maha Luhur yang tunduk kepada-Nya yang mana keduanya tidak memiliki daya atau upaya melainkan karena (pertolongan) Allah Yang Maha Luhur. Maka sujud keduanya adalah karena izin dari Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Agung untuk memuliakan Nabi yang mulia ini dan untuk pemberitauan bagi orang yang meyaksikan mu’jizat tersebut bahwa beliau akan memiliki keadaan yang agung di masa akan datang. Maka alangkah bahagianya orang yang beriman kepada beliau dan mengikuti agama beliau, dan alangakah gembiranya orang yang mencintai beliau da mengikuti jejak beliau – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – hingga meninggal dunia. Dan dalam hadits tersebut juga tersebut bahwasanya beliau – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – masuk ke Syam pertama kali dan perjalanan-perjalanan perdagangan orang-orang Arab ke Syam dan terkadang ke Bushroo, yaitu dekat dengan Damaskus, dan terkadang ke Ghozzah (Gaza), yaitu di Palestina, dan keduanya pernah didatangi oleh Nabi – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dalam perjalanan dagang beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar