Total Tayangan Halaman

Sabtu, 10 Desember 2011

salat gerhana

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد والصلاة والسلام على سيدنا رسول لله وآله وصحبه ومن اتبع سنته واقتدى بهداه، أما بعد:
قال الله تعالى في كتابه الكريم:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لاَ تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلاَ لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا ِللهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ (فصلت: 37)
وقال رسول الله صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَقُوْمُوْا وَصَلُّوْا (رواه البخاري)
ِAllah Yang Maha Luhur berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia, Al-Qur’an:
Diantara tanda-tanda (kekuasaan) Nya adalah malam dan siang serta matahari dan bulan, janganlah kalian sujud (menyembah) kepada matahari dan jangan pula kepada bulan tetapi sujudlah kalian kepada Allah yang telah menciptakan mereka, jika kalian betul-betul hanya meneynbah kepada-Nya. (Q.S Fushshilat: 37)
Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dans alam atas beliau – bersabda:
Sesungguhnya matahari dan bulan tidak tertutup gerhana karena kematian seseorang ataupun kehidupannya (kelahirannya), aka tetapi keduanya adalah salah satu dari banyak tanda-tanda kekuasaan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung. Maka jika kalian melihat keduanya (gerhana bulan / matahari) segeralah kalian bangun / berdiri dan salatlah.
Salat gerhana matahari (khusuful qomar, dengan huruf khoo’) disyari’atkan pertama kali pada tahun ke 2 hijriyyah, sedangkan gerhana bulan (kusufusy syams, denga huruf kaaf) pada tahun ke 5 Hijriyyah pada bulan Jumadil Akhiroh. Hukumnya sunnah muakkadah dan makruh meninggalkannya. Dan sunnah untuk mengulang salat gerhana berjama’ah yakni jika dia sudah mengerjakannya lalu dia datang di suatu masjid dan ia mendapati orang-orang masih baru memeulai salat gerhana bulan maka dia sunnah mengulangnya dengan mengikuti jama’ah tersebut. Ada beberapa tatacara mengerjakannya (jumlahnya 2 rakaat):
1. ini yang paling sedikit yaitu seperti mengerjakan salat sunnah biasa 2 rakaat
2. dengan 2 kali berdiri dalam setiap 1 rakaatnya dengan membaca Al-Fatichah dan juga surat di setiap berdirinya, dan 2 kali ruku’; sehingga dalam dua rakaat tersebut ada 4 kali ruku’ 4 kali Al-Fatichah 4 kali sujud. Berdiri dan ruku’nya serta sujudnya dilakukan dengan sedang, yakni seperti salat biasa. Lebih jelasnya: setelah kita takbirotul ichram (Alloohu Akbar) kita baca doa iftitaach, lalu baca Al-Fatichah kemudian surat-surat pilihan dari Al-Qur’an, lalu ruku’ (Alloohu Akbar) membaca doa ruku’ seperti biasa, llau I’tidal (sami’alloohu liman chamidah), lalu baca robbanaa walakal chamdu…..dst, kemudian baca Al-Fatichah lagi dan baca surat lagi, lalu ruku’ lagi dan I’tidal lagi, kemudoan sujud, dst seperti salat biasa, hingga dua rakaat lalu tasyahud akhir dan ditutup dengan salaam.
3. sama dengan cara no 2 namun memanjangkan berdiri dengan membaca surat-surat yang panjang, dan memanjangkan ruku’ serta sujudnya. Seperti: Rakaat pertama ketika berdiri pertama setelah Al-Fatichah membaca surat Al-Baqoroh, lalu berdiri kedua pada rakaat pertama membaca surat Aalu Imron, rakaat kedua berdiri yang pertama setelah Al-Fatichah membaca An-Nisaa’, dan berdiri kedua rakaat kedua setelah Al-Fatichah membaca surat Al-Maa-idah.
Catatan: cara-cara di atas sama baik untuk gerhana bulan atau pun matahari, yang membedakan niatnya. Bedanya jika gerhana bulan disunnahkan bacaan Al-Fatichah dan suratnya dibaca keras / jahr seperti salat maghrib, isya’, subuh. Sedangkan gerhana matahari dibaca pelan seperti salat ashar dan zhuhur. Dan jika ditunaikan berjamaah, maka tanpa azan dan tanpa qomat cukup mengatakan: Ash-Sholaatu Jaami’ah (marilah salat berjama’ah), dan disunnahkan dengan 2 khutbah seperti khutbah jum’at dalam tatacaranya.
Mulainya salat ketika mulai proses gerhana / tertutupnya sebahagian matahari atau bulan hingga selesai / tersingkap atau terbukanya sama sekali bulan / matahari.
Dalam hadits sahih riwayat Al-Imam Al-Bukhori diriwayatkan: Pernah terjadi gerhana matahari pas ketika putera Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dans alam atas beliau – yang bernama Ibrahim wafat dalam usia kurang lebih 2 bulan maka beberapa orang berkata-kata: “Gerhana ini karena putera Rasul wafat.” Amak nabi segera mengumpulkan mereka dan melaksanakan salat lalu berkhutbah diantara isinya adalah haadits yg saya nukil diatas.

Sabtu, 03 September 2011

sejarah singkat Al Habib Husain Baraqbah Jambi pembawa al Baraqbah ke nusantara

Beliau ialah alhabib al alim al allamah Hussein bin Ahmad bin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin al Imam Umar Barakbah bin Sayyid Ahmad al Aksah bin Sayyidd Muhammad bin Sayyid Abdullah ba Alawi bin Sayyid Alwi al Ghayur bin al Imam Muhammad al Faqih al Muqaddam bin al Imam Ali bin al Imam Muhammad Shohib Mirbat bin al Imam Ali Khol Qasam bin al Imam Alwi bin al Imam Muhammad bin al Imam alwi bin al Imam Ubaidillah bin al Imam Ahmad al Muhajir bin Imam Isa arRumi bin al Imam Muhammad anNaqib bin al Imam Ali al Uraidhi bin al Imam Ja'far as Sadiq bin al Imam Muhammad al Baqir bin al Imam Ali Zainal Abidin bin al Imam Husein bin al Imam Ali bin Abi Tholib dan Sayidatina Fatimah azZahra bt Saidina Muhammad Shallallahu alaihiwassalam.

Mengikut catatan manaqib al habib Hussein bin Ahmad Barakbah "Penyebar Agama Islam di Kota Jambi" terbitan Rabithah Alawiyah cabang Jambi 1010, al Habib Hussein Barakbah meninggalkan kota Tarim menuju ke India bersama abangnya yang bernama al Habib Zain bin Ahmad Barakbah. Mereka berdakwah dibeberapa tempat di India, kemudian Habib Hussein melanjutkan perjalanannya ke Indonesia.Beliau menjijakkan kakinya di tanah Aceh dahulu kemudian menuju ke Palembang, Disana diterima baik di lingkungan keraton Sultan dan dihormati sebagai ulama keraton. Cukup lama Habib Hussein menetap di kota Palembang dan beliau telah berkahwin dengan anak pembesar kesultanan Palembang. Hal ini dapat dimaklumi dan juga dibuktikan dengan penganugerahan gelaran Pangeran kepada cucu beliau iaitu Habib Qassim bin Habib Ali bin Habib Hussein Barakbah oleh Seri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikromo.

Setelah berada diPalembang selama 20 tahun Syed Hussein Barakbah berpindah ke kota Jambi dan menyebar agama Islam selama 35 tahun. Di Jambi beliau telah berkahwin dengan anak saudagar keturunan Cina yang tinggal ditengah keluarga istana yang bernama Nyai Resek bt Datuk Sintai. Beliau juga berdakwah ke Kepulauan Riau, dan mempunyai hubungan yang rapat dengan kesultanan Siak. Salah seoran anaknya yang bernama Syed Sya'ban telah berkahwin dengan adinda Sultan Syarif Ali Jalil Syafuddin, Sultan Siak yang keVII yang bernama Tengku Long Tieh bt Usman bin Abdurrahman Syahab.

Syed Hussein Bin Syed Ahmad Barakbah meninggal dunia pada tahun 1760 dan dikebumikan di Pemakaman Tambak kelurahan Tahtul yaman, kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi. Maqam beliau dikenal sebagai maqam Keramat Tambak.