Total Tayangan Halaman

Selasa, 12 Desember 2017

Inti ilmu Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur`an Yang Dipelajari Hatim Al-Ashom dari Syaqiq Al-Balkhiy




Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam Chilyatul Awliyaa`-nya Al-Ghozaaliy dalam Ichyaa`-nya, bahwa Syaqiiq Al-Balkhiy bertanya kepada muridnya Chaatim Al-Ashomm: Sejak berapa lama kau berguru kepadaku? Chaatim berkata: "Sudah 33 (tiga puluh tiga) tahun"

Syaqiiq: "Apa yang kamu pelajari dariku?" tanya sang guru kepada muridnya tersebut

Chaatim: "Delapan permasalahan"

Syaqiiq: "Innaa lillaahi wa innaa ilayhi rooji'uun (sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami kembali), waktuku telah banyak habis untukmu, sementara kamu tidak mengambil pelajaran kecuali hanya delapan masalah."

Chaatim: "Wahai guruku, sungguh saya tidak belajar kecuali hanya delapan masalah itu saja, dan saya tidak ingin berbohong."

Syaqiiq: "Coba kamu sebutkan delapan masalah itu, sehingga saya mendengarnya."

Chaatim: [Hatim pun mulai menguraikan delapan masalah yang telah didapatnya selama berguru kepada Syaqiq Al-Balkhi]

Pertama, Saya memperhatikan makhluk, maka saya dapato setiap orang mencintai sesuatu / seseorang dan dia akan bersama yang dicintainya itu hingga batas kuburnya saja. Jika ia telah sampai kubur maka yang dia cintai itu berpisah darinya. Sehingga saya menjadikan amal-amal baik sebagai kekasihku, sehingga ketika saya masuk ke kubur masuk pula kekasihku bersamaku.

Syaqiiq: Bagus wahai Chaatim. Lalu apa yang kedua?

Chaatim: Kedua, Saya merenungkan firman Allah SWT:

وَأَمّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهَ وَنهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (النازعات: 40 - 41)

 Artinya: “Adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya,” (QS : An-Nadziat : 40 – 41)

Saya pun meyakini bahwa firman Allah adalah benar maka saya pun memerangi nafsuku dari kesenangannya hingga dia tenang dalam keadaan taat kepada Allah Yang Maha Luhur.

Ketiga, saya memperhatikan makhluk, saya lihat setiap orang yang memiliki sesuatu yang berharga dia akan meninggikan dan menjaganya. Kemudian saya merenung dalam firman Allah Yang Maha Luhur:

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللهِ بَاقٍ (النحل: 96)

Artinya: "Apa yang ada disisimu akan lenyap, dan apa-apa yang ada di sisi Allah akan kekal." (QS: An-Nahl : 96)

Sehingga setiap kali ada bersama sesuatu yang memiliki nilai dan kedudukan saya arahkan kepada Allah agar kekal untukku di sisi-Nya dan terjaga.

Keempat, saya memperhatikan makhluk, sehingga saya melihat setiap dari mereka bersandar kepada harta, kemuliaan dan nasab. Saya merenungkan tiga hal itu dan ternyata ketiganya itu tidak berarti apa-apa. Lalu saya melihat kepada firman Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Agung:

..... إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ ..... (الحجرات: 13)

"Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu,” (QS: Al-Hujurat : 13)

Sehingga saya pun mengamalkan ketaqwaan agar saya menjadi mulia di sisi Allah.

Kelima, saya telah memperhatikan makhluk, mereka saling tikam / cela satu sama lain dan saling laknat satu sama lain dan pokok dari semua itu adalah iri. Kemudian saya memandang kepada firman Allah Yang Maha Luhur

نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيْشَتَهُمْ في الحيوة الدنيا..... (الزخرف: 32)

Artinya: "Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka didalam kehidupan dunia,..." (QS : Az-Zukhruf : 32)

Sehingga saya tinggalkan iri / hasud dan saya tinggalkan makhluk (yakni membatasi pergulan kecuali yang manfaat) dan saya meyakini bahwa pembagian itu dari sisi Allah sehingga saya meninggalkan permusuhan makhluk atas diriku.

Keenam, saya memperhatikan makhluk, yang satu menzalimi yang lain, dan yang satu menyerang yang lain. Lalu saya kembali kepada firman Allah Yang Maha Luhur:

 إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا....(فاطر:)

Artinya: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, oleh karena itu, jadikanlah dia sebagai musuh, ....." (QS : Fathir : 6)

Maka saya pun hanya memusuhi setan saja dan aku berusaha untuk memasang kewaspadaanku kepadanya. Sebab Allah telah bersaksi bahwa dia adalah musuhku sehingga aku meninggalkan permusuhan dengan semua makhluk kecuali dia.

Ketujuh, saya memperhatikan makhluk, aku melihat setiap dari mereka mencari sepotong roti (sesuap nasi) sehingga mereka rela menghinakan dirinya dan masuk ke wilayah / bidang yang tidak halal kemudian saya melihat kepada firman Allah Yang Maha Luhur:

وَمَا مِنْ دَابّةٍ فِي الأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللهِ رِزْقُهَا (هود: 6)

Artinya: "Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi ini, melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya,..." (QS : Hud : 6)

Sehingga saya yakin bahwa saya termasuk makhluk melata itu yang Allah jamin rizqinya, maka saya menyibukkan diri dengan kewajibanku kepada Allah (yakni beribadah) dan saya tinggalkan sesuatu yang Allah sudah jamin untuk saya.

Kedelapan, saya melihat kepada semua makhluk ini, dan saya perhatikan bahwa semuanya ber-tawakkal / menyerahkan dirinya kepada makhluk lain. Seorang mengandalkan tanahnya, yang lain mengandalkan perdagangannya, yang satu mengandalkan keahlian / profesinya, dan yang satu mengandalkan kekuatan badannya. Semua makhluk mengandalkan makhluk pula sepertinya. Lalu saya kembali kepada firman Allah Yang Maha Luhur:

  .....وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ..... (الطلاق: 3)

Artinya: ".....Dan barang siapa yang bertwakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya)...." (QS : Ath- Thalaq : 3).

Maka saya pun ber-tawakkal / berserah diri (menyerahkan diri saya) kepada Allah maka Dialah yang mencukupiku (cukuplah Dia bagiku).

Syaqiiq berkata: "Wahai Chaatim, semoga Allah memberimu taufiq (kekuatan untuk melakukan ketaatan). Sesungguhnya aku telah merenung tentang ilmu-ilmu Taurot, Injil, Zabur dan Al-Qur`an Yang Agung, maka aku dapati semua macam kebaikan dan keagamaan berpusat pada delapan masalah tersebut. Siapa saja yang mengamalkannya maka dia telah mengamalkan empat Kitab Allah.



[Sumber: Chilyatul Awliyaa' jilid 8 halaman 79, Ichyaa' Ulumiddiin cet. Daarul Minhaaj jilid 1 halaman 241 – 243]