Total Tayangan Halaman

Jumat, 28 Maret 2014

penjelasan wasiat Al-Habib Abdulloh Alhaddad: tentang sifat tawadhu'

Sang Penggubah nazhom ini (Al-Habib Abdulloh Al-Haddad) berkata:
وَارْضَ التَّوَاضُعَ خُلْقٌ إِنَّهُ خُلُقُ الْـ * ـأَخْيَارِ فَاقْتَدْ بِهِمْ تَنْجُوْ مِنَ الْوَصَبِ 
Dan ridholah engkau bahwa sifat rendah hati (tawadhu’) mejadi akhlakmu. Sesungguhnya ia adalah akhlak para orang yang baik maka teladanilah mereka, pasti engkau akan selamat dari segala penyakit. 

Maksudnya: berakhlaklah engkau dengan sifat tawadhu’ dan menerima (keputusan Allah) dan bergembiralah dengan hal tersebut sebagai akhlakmu. Sebab itu merupakan akhlak orang-orang yang baik maka bertingkah-lakulah seperti mereka, dan berjalanlah diatas jalan mereka yang mulia lagi terpuji. Sebab dengan begitu engkau akan lolos dari penyakit hati. Tawadhu’ / rendah hati adalah menurunkan derajat diri kita dari derajat sebenarnya dan menghinakannya dengan ketundukan kepada kebenaran. Dikatkan pula: bahwa tawadhu’ adalah menerima kebenaran dengan akhlak yang bagus. Atau tawadhu’ adalah meninggalkan pembangkangan dan melepaskan diri dari kekuatan dan daya upaya sendiri. Atau tawadhu’ adalah merendahkan diri kepada Allah dan meninggalkan penghinaan terhadap hak Allah. atau tawadhu’ adalah menjaga perintah Allah dan meninggalkan dosa. Atau tawadhu’ adalah melihta kekurangan diri ditengah-tengah pujian (dari orang lain kepadanya). 
Rasululloh SAW bersabda:
مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ 
Artinya: “Tidaklah seorangpun merendahkan hatinya maka Allah akan mengangkat (derajat)-nya.” 
Beliau SAW juga bersabda:
طُوْبَى لِلْمُتَوَاضِعِيْنَ
Artinya: “Keberuntunganlah bagi orang-orang yang tawadhu’ / rendah hati.” 
Rasululloh SAW bersabda kepada para sahabat beliau:
مَالِيْ لاَ أَرَى عَلَيْكُمْ حَلاَوَةَ الْعِبَادَةِ؟ قَالُوْا: وَمَا حَلاَوَةُ الْعِبَادَةِ؟ قَالَ: التَّوَاضُعُ
Artinya: “Mengapakah aku tidak melihat pada diri kalian manisnya ibadah?” Mereka bertanya: “Apa manisnya ibadah itu?” Beliau menjawab: “Sifat tawadhu’ (rendah hati).” 
Diriwayatkan bahwa Umar RA keluar ke pasar dan di tangannya ada cambuk, dengan memakai kain sarung yang bertmabal 14 tambalan. Bahkan diriwayatkan bahwa dia membawa daging dengan tangannya yang kiri dan cambuk dengan tangannya yang kanan lalu dia berkeliling di pasar hingga dia masuk ke rumahnya. Dan diriwayatkan oleh Al-Junaid RA: “Seandainya tidak karena sabda Rasuululloh SAW: “Pada akhir zaman nati adalah pemimpin kaum orang yang terhina diantara mereka.”, maka aku tak akan berbicara / memberi nasihat kepada kalian.” Al-Hasan Al-Bashriy berkata: “Tidakkah kalian tahu apa tawadhu’ itu?” Tawadhu’ adalah engkau keluar dari rumahmu dan tidaklah engkau bertemu dengan seorang muslimpun kecuali engkau meyakini bahwa dia lebih mulia darimu.” Abu Yazid berkata: “Selama seorang hamba menduga bahwa diantara makhluk ini ada yang lebih jelek darinya maka dia adalah seorang yang sombong.” Lalu ditanyakanlah kepadanya: “Kapan seorang menjadi tawadhu’?” Dia berkata: “Jika dia tidak melihat pada dirinya bahwa dia menduduki sebuah kedudukan atau posisi.” Kesimpulannya adalah bahwa kepala, panutan, dan peminpin segala orang yang baik adalah Muhammad Rasululloh SAW. Sungguh beliau telah mmeberi makan hewan peliharaannya sendiri, beliau mengikat untanya sendiri, beliau menyapu rumahnya, memerah susu kambingnya sendiri, menambal sandalnya sendiri, menambal bajunya sendiri, makan bersama pelayannya, menumbuk tepung untik menolong pelayannya jika dia lelah, beliau membeli sesuatu dari pasar sendiri, dia tidak malu untuk membawa keperluannya dengan tangan kanannya atau dibawanya dengan ujung bajunya, beliau berjabat tangan dengan orang fakir, orang kaya, anak kecil, orang dewasa, dan tidak enggan untuk datang jika diundang, dan tidak pernah menghina orang yang mengundangnya, walaupun dia tidak mendapati hidangan apapun kecuali….amat mulia tabiat beliau, bagus pergaulannya, murah senyum wajahnya, rendah hati tanpa merendahkan dirinya, kemiskinan lebih dia sukai daripada kemudahan hidup. Inilah sekelumit daripada akhlak sebaik-baik makhluk. Maka teladanilah akhlak tersebut. Sebab beliau adalah makhluk yang paling mulia di dunia dan di akhirat, maka dengan itu mudah-mudahan Allah mengangkatmu, menyelamatkanmu, dan mensucikanmu (penyakit-penyakit hati).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar