Total Tayangan Halaman

Minggu, 30 Desember 2012

Perayaan Tahun Baru Masehi dan Krisis Identitas Muslim (edisi revisi)



Allah Yang Maha Tinggi berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara kaaffah (menyeluruh) dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan.” (Q.S Al-Baqoroh: 208)

Rasululloh – semoga salawat dan salam atas beliau – bersabda: “Sungguh kalian akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demia sehasta, sehingga seandainya mereka masuk ke lubang biawak pun kalian akan masuk juga.” Sahabat bertanya: apakah mereka yang anda maksud itu yahudi dan nashrani?” Rasul menjawab: “Lalu siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (H.R Al-Bukhooriy dan Muslim dari Abu Sa’iid Al-Khudriy – semoga Allah meridhoinya –)
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya dan benarlah Rasululloh dengan sabdanya.

Perlu diketahui bahwa lubang biawak itu sempit, gelap dan dalamnya berkelok-kelok serta kotor. Maka silakan anda pikirkan bagaimana senangnya kaum muslimin mengikuti yahudi dan nasrani secara sadar atau tidak dalam berbagai hal sehingga jika diajak masuk pun ketempat yang demikian mereka pun ikut (noro’ bunte’, kata orang madura) atau kata peribahasa melayu: “bagai kerbau dicocok hidungnya” (ke mana saja ikut)
Salah satunya dalam perayaan tahun baru masehi, valentine day (hari kasih sayang), april mop, dan seabreg budaya non-muslim yang menghapus identitas islam dari diri setiap muslim kecuali dari KTP-nya.

Mengapa seorang muslim tak pantas dan tak boleh merayakan tahun baru atau yang semacamnya?

1.      Kebanyakan orang kita cuma ikut-ikutan nggak tau dasarnya sama sekali, hari apa yang dia rayakan? Perayaan macam apa itu? sedangkan Allah melarang kita untuk mengikuti sesuatu –  apalagi masalah peradaban yang menyangkut pola pikir dan akidah / keyakinan – yang mana sesuatu itu kita tidak mengetahuii hakikat / dasarnya, firman Allah Yang Maha Luhur: “Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu yang engkau tak memiliki ilmu / pengetahuan apapun tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan dimintai pertanggung jawaban atasnya.” (Q.S Al-Isroo’: 36)

2.      januari di ambil dari nama dewa janus, dewa yang digambarkan memiliki dua wajah, sebagai dewa pintu / permuulaan dari semuanya, dan mereka orang Romawi pada zaman kaisar mereka Julius Caesar (penggagas kalender masehi pertama, yakni pada tahun 45 Sebelum Masehi) dan masa-masa sebelumnya merayakan 1 januari sebagai hari dewa Janus, begitu juga pada agama-agama berhala lainnya. Julius ini pula yang menyusun pertama kali kalender masehi yang dikenal dengan nama Kalender Julian. Dia memasukkan namanya sebagai nama salah satu bulan yakni JULI (yang sekarang dikenal sebagai bulan ketujuh), dan nama penggantinya yakni Kaisar Augustus sebagai nama bulan ke 8 yakni AGUSTUS. Sebelum Kalender Julius diberlakukan, bulan pertama adalah maret, sehingga urutannya adalah sebagai berikut:
1.      maret diambil dari nama dewa mars dewa perang romawi atau menurut orang yunani adalah dewa ares
2.      april terambil dari kata bahasa latin aperire yang berarti membuka, atau ada yang menengarai bahwa april terambil dari kata aphrodite, dewi cinta mereka
3.      mei terambil dari dewi maia, dewi keberuntungan
4.      juni Sedangkan nama juni diambil dari nama dewi juno (dewi penasehat) atau menurut bangsa yunani namanya adalah hera isteri dari jupiter / zeus (raja para dewa)
5.      juli nama asli bulan ini adalah quintilis (bulan kelima)
6.      agustus nama bulan ini asalnya adalah sextilis (bulan keenam)
7.      september dari kata septim artinya 7 yakni bulan ke 7
8.      oktober dari kata okto artinya: 8, yakni bulan ke 8
9.      november dari novum = 9, yakni bulan ke 9
10.  desember dari decim = 10, yakni bulan ke 10,
11.  januari, dari nama dewa janus, dewa mereka yang digambarkan berwajah dua, sebagai dewa pembuka, asal dari segala sesuatu
12.  februari, terambil dari nama dewa februus, dewa kesucian
kemudian Julius merubahnya dan meletakkan januari sebagai bulan pertama dan februari sebagai bulan kedua, dan dia sekaligus merayakan tahun baru itu juga sebagai persembahan / perayaan bagi dewa juno.
[tentang asal-usul nama-nama serta awal penetapan tahun baru masehi yang terlait dengan itu daripada nata dsb bi9sa dlihat / dirujuk di ensiklopedi-ensiklopedi barat khususnya Ensiclopedia Britanica dan Ensiclopedia Americana, dll]

3.      Tahun Masehi yang tonggaknya adalah kelahiran Yesus yang diakui sebagai Tuhan sehingga mereka menyebut tahun masehidengan sebutan Anno Domini disingkat AD (artinya: Tahun Tuhan kita) jika di Indonesia disingkat M (Masehi) dari kata almasih julukan Nabi Isa. Jadi tanggal itu diyakini oleh sebagian kristiani – walaupun belum terbukti akurat – sebagai hari lahir tuhan mereka, selain hari natal. Dan tahun masehi ini adalah sebagai kelanjutan dari kalender romawi Julius Caesar tersebut, yang dipelopori oleh seorang pemimpin gereja keristen tingkat dunia yaitu Paus Gregorius XIII pada tahun 1582. Meskipun tahun 1 dianggap sebagai tahun kelahiran Yesus, namun bukti-bukti historis terlalu sedikit untuk mendukung hal tersebut Para ahli menanggali kelahiran Yesus secara bermacam-macam, dari 18 SM hingga 7 SM.

4.    Rasul melarang kita salat pada waktu-waktu tertentu yaitu: menjelang terbit matahari hingga terbit sempurna, menjelang terbenam hingga terbenam sempurna, dan pada saat matahari tepat di atas kepala kita, karena waktu-waktu tersebut adalah waktu penyembahan para penyembah berhala. Sebagaimana haditsnya yang sudah popular yang termaktub dalam sahih bukhori. Oleh karenanya tidak boleh pula kita menyamai orang2 non-muslim dalam hal waktu ibadah mereka. Juga ketika Rasul menyuruh berpuasa pada hari asyuro’ (tanggal 10 Muharram) beliau melarang ummatnya berpuasa hanya pada hari asyuuro’nya saja sebab hal itu menyamai kebiasaan orang yahudi, namun haruslah disertai puasa tanggal 9 Muharram (tasuu’aa) atau tanggal 11 Muharram sebagaimana juga termaktub dalam berbagai hadit sahih di antaranya yang tercantum dalam sahih Al-Bukhooriy. Dan masih banyak contoh-contoh kasus yang kesemuanya itu bermuara pasa satu kesimpulan bahwa kita dilarang menyerupai atau menyamai kebiasaan-kebiasaan orang diluar Islam, terutama yahudi dan nasrani.

5.      tidak sepinya perayaan tahun baru dari perbuatan-perbuatan yang mengganggu orang padahal Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau – bersabda: “Orang muslim adalah orang yang mana orang lain selamat dari gangguan lisan (perkataan) dan tangannya (perbuatannya).” (H.R Muslim). Jangankan mengganggu orang dengan suara2 bising (seperti suara knalpot, mercon, terompet, dsb, khusunya di malam tahun baru masehi) yang tak berguna, mengganggu orang dengan bacaan Al-Qur’an yang terlalu keras pun tak boleh. Seumpama seorang ketika salat berjamaah, sebagai makmum dia membaca surat Al-Fatichah atau doa-doa dalam salat dengan suara yang keras melebihi batas wajar sehingga mengganggu jamaah lain, itu dilarang, apalagi mengganggu orang lain dengan hal yang tak berguna atau bahkan merugikan. Dan perlua diketahui bahwa terompet termasuk alat Yahudi untuk memanggil orang dalam sembahyang mereka, sebagaimana lonceng juga adalah alat pemanggil para jemaat nasrani untuk bersembahyang di gereja-gereja mereka. (Hal ini sebagaimana tertera dalam hadits riwayat Abdulloh bin Zaid dalam hadits tentang asal-mula adzan).

6.      Tidak sepinya perayaan tahun baru dari maksiat dan orang yang ridho dengan kemaksiatan (perzinaan, khomr, ikhtilath / campur baurnya laki-laki dan perempuan, buka aurat, dan masih banyak lagi), apalagi menghadiri perayaan-perayaan seperti itu yang berisi kemaksiatan sedang dia tidak bisa mencegahnya, maka ikut menghadirinya pun termasuk kemasiatan. Sebab setiap kita wajib beramar ma’ruf nahyi munkar (menyuruh kepada kebaika dan mencegah kemunkaran). Sebagaimana sabda Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau: “Barangsiapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya (kekuatan / kekuasaan), jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan inilah selemah2 iman.” (H.R Muslim), yakni tidak rela hatinya terhadap kemunkaran itu. Oleh karenanya jika ada seorang berbuat kemunkaran di barat, dan kita yang berada di timur rela dengan itu maka kita pun terkena dosanya. Bahkan Rasul bersabda: “Barangsiapa yang menolong orang lain berbuat kemaksiatan meskipun dengan sepotong kata maka ia mendapat bagian dosa sama dengan pembuat maksiat tersebut.” Sehingga orang yang menolong memodifikasi seperda motor sehingga menimbulkan suara yang sangat bising dan memekakkan teling ikut juga menanggung dosanya dan penghasilan yang ia dapat darinya adalah Haram. Allah berfirman: “…Tolong-menolonglah kalian dalam kebaktian dan ketaqwaan dan janganlah kalian tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan…” (Q.S Al-Maa-idah: 2) yang kita sayangkan adalah bahwa sesungguhnya POLISI tidak berdaya dan terkesan diam menghadapi hal yang demikian itu yang mana semua itu sangat mengganggu dan meresahkan masyarakat banyak.

7.      perayaan tersebut adalah bentuk isroof (pemborosan) entah itu untuk membeli petasan, atau bahan-bakar sepeda motor atau memodifikasi sepeda motor juga pesta pora bahkan di hotel-hotel berbintang. Sedangkan isroof dalam bersedekah saja (yakni terlalu belebihan hingga menterlantarkan anak-isteri / keluarga) adalah dilarang dalam firman Allah: “dan dan tunaikanlah haknya (hak Allah dalam tanam-tanaman) dihari memetik hasilnya (dengan mengeluarkan zakatnya), janganlah kalian berlebihan, sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (Q.S Al-An’aam: 141) menurut sebagia ahli tafsir yang dimaksud berlebihan disini adalah berlebihan dalam bersedekah, sebagaimana terlihat dalam konteks ayat tersebut. Silakan kita berfikir, jika dalam kebaikan saja kita tak boleh berlaku isroof apa lagi dalam kemaksiatan.

 Na’uudzubillahi min dzaalik (kita berlindung kepada Allah dari hal-hal yang semcam itu)

YA ALLAH SAKSIKANLAH hamba-MU ini SUDAH MENYAMPAIKAN.

Mudah2an Allah menjauhkan kita dari segala bentuk maksiat lahir & batin dan menjadikan kita muslimin, mu’miniin sejati dan ummat Rasululloh yang terbaik amiin. Hanya Allah-lah Yang Maha Tahu dan Pemilik segala pengetahuan.

SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG SADAR AKAN KESALAHANNYA DAN SEGERA BERTAUBAT DARI KESALAHANNYA.
DAN SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG BERMANFAAT BAGI MANUSIA LAINNYA.
JADILAH ORANG YANG BERMANFAAT DAN JIKA TIDAK BISA JADILAH ORANG YANG TIDAK MERUGIKAN SESAMA.

Sabtu, 29 Desember 2012

sejarah Rasulullah berdasar riwayat-riwayat yang sahih 2

Kabar Gembira Kenabian Rasulullah, saw, melalui lisan Nabi Ibrahim dan Isa Kepada keduanya tercurah salam

[7]. Dari Al Irbadl bin Sariyah, semoga Allah meridhainya, dia berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – bersabda: @“Sesungguhnya aku di sisi Allah di dalam Ummul Kitaab (Kitab Induk, yakni Lawcul Machfuuzh, yang mana di situ Allah menulis apa yang terjadi mulai dari awal dicciptakannya alam hingga hari kiamat) adalah penutup para nabi, dan sesungguhnya saat itu nabi Adam masih berupa tanah, dan aku akan mengabarkan (memberitahukan) kalian ta’wilan (makna) tersebut: (yakni aku) adalah doa ayahku Ibrahim, dan kabar gembira Isa kepada kaumnya, dan mimpi ibuku yang mana ia melihat bahwa ada cahaya yang keluar darinya kemudian cahaya itu menerangi istana-istana Syam, dan begitu pula yang telah dilihat oleh ibu dari para nabi – semoga salawat Allah tetap atas mereka semua.“#
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibn Chiibbaan dalam beberapa tempat pada karyanya, juga oleh Al-Chaakim, dan Al-Bayhaqiy dalam Dalaail An-Nubuwwah dan yang selain mereka, sedangkan sanadnya sahih menurut Ahmad dan Ibnu Chibbaan, dan lihatlah pula kitab: Majma’uz Zawaa-id, dan hadits ini memiliki pendukung yanitu sebuah hadits hasan dari Abu Umaamah yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Sa’d dan Al-Bayhaqiy dalam kitab Dalaa-il-nya dan juga oleh ulama selain mereka.
Maksud dari kata-kata ’masih berupa tanah’ adalah teronggok di tanah, maknanya adalah pemberitaan tentang kenabian beliau, yakni bahwa kenabian beliau melekat juga pada ruh beliau yang suci yang telah ada sebelum ruh-ruh yang lainnya. Dan bahwasanya Allah telah melimpahkan pangkat kenabian pada saat Adam masih teronggok di bumu (tanah) daan belum ditiupkan ruh kepadanya. Ini merupakan salah satu kekhususan untuk Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – yang membuat belliau teristimewakan dari semua makhluk ciptaan-Nya.
Sedangkan arti dari kata ’doa nabi Ibrahim’ (dalam hadits beliau di atas) adalah isyarat kepada firman-Nya Yang Maha Luhur: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.“ (Q.S Al-Baqoroh: 129) karena nabi Ibrahim telah berdoa dengan berbagai macam doa di Baitullah, yang mana diantaranya adalah berdoa agar Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung selalu bersama (yakni menjaga) keturunannya, dan agar Allah mengeluarkan (yakni mengutus) dari keturunannya seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, serta mengajari mereka Kitab dan Hikmah. Maka Allah kabulkan doanya, dengan dianugerahkannya Nabi yang mulia ini – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – (di antara keturunannya).
Adapun perkataan ’kabar gembira Isa’ adalah mengisyaratkan kepada firman-Nya Yang Maha Luhur: “Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).“...(Q.S Ash-Shoff: 6) ini adalah teks  yang menyatakan bahwa Isa mengkabarkan kepada kaumnya, bani Israil, sebuah kabar gembira tentang diutusnya Nabi yang agung ini – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – (yakni Rasululloh Muhammad).
Adapun perkataan ‘mimpi ibuku….dst’ dalam sabda beliau di atas, akan datang pembahasan tentang ini dalam kelahiran beliau dan penyusuan beliau – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau –

Minggu, 11 November 2012

sejarah Rasulullah berdasar riwayat-riwayat yang sahih 1


Nasab Beliau Yang Mulia – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau –
[1]. Diriwayatkan dari Al-Asy’ats bin Qois – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Aku datang kepada Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – dalam suatu rombongan yang mana mereka tidak memandang bahwa aku adalah orang yang paling utama di antara mereka, maka aku berkata: “Ya Rasululloh, sesungguhnya kami menyangkan bahwa anda adalah termasuk golongan (suku atau kabilah) kami?” Beliau bersabda: @“Kami adalah keturunan An-Nadhr bin Kinaanah, kami tidak mencela menuduh ibu kami (dengan keburukan) dan kami tidak dinafikan (diputuskan) dari ayah kami.”# Perawi berkata: “Lalu (setelah kejadian itu) Al-Asy’ats berkata: “Tidaklah didatangkan kepadaku seseorang yang menafikan Quraisy dari An-Nadhr bin Kinanah kecuali aku mencambuknya sebagai hukuman.” (sebab ia telah menisbatkan seseorang ke bukan ayahnya atau memalsukan jati diri seseorang) Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Maajah dalam bab Chuduud, Al-Buushiiriy berkata: “Sanad ini sahih dan para perawinya dapat dipercaya.” Adapun IBnu Katsiir berkata: “Sanad ini baik lagi kuat.” 
[2]. Dari Kulaib bin Wail – semoga Allah Yang Maha Luhur merahmatinya – berkata: “Anak tiri Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – Zainab putri Abi Salamah, berkata kepadaku saat aku menanyakan sesuatu kepadanya: “Apa pendapatmu tentang Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – saw, apakah baginda dari keturunan Mudhor?” Maka Zainab berkata: “Dari siapa beliau jika bukan dari Mudhor.” dalam riwayat lain: “Katakan padaku, dari keturunan siapakah Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau? Apakah dari Mudhor?” Zainab pun menjawab: “Maka dari mana lagi kalau bukan dari Mudhor? Baginda adalah anak keturunan dari An-Nadhor bin Kinanah.“ Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Manaqib (Sejarah) Quraisy. Mudhor – dengan men-dhommah-kan huruf miim-nya dan mem-fatchah-kan huruf dhood-nya – adalah salah satu kakek buyut Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau. 
 [3]. Diriwayatkan dari Watsilah bin Al-Asqo’ – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – berkata: “Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – bersabda: @“Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari keturunan Isma’il, dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, dan memilih Hasyim dari keturunan Quraisy, dan kemudian memilihku dari keturunan Hasyim.”#. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Muslim dalam kitab Fadhoil, dan At-Turmudziy dalam kitab Al-Manaaqib, dan Al-Bukhooriy dalam At-Taariikh Al-Kabiir, Al-Khothiib dalam kitab At-Taariikh, dan dinilai sebagai hadits hasan dan sahih oleh At-Turmudziy. 
[4]. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – bahwa Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – bersabda: @“Aku diutus dari sebaik baiknya masa keturunan anak Adam, masa demi masa, hingga sampailah aku pada masa yang aku sudah ditakdirkan (untuk berada) di masa tersebut.“# Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Bukhari dalam Sifat Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – 
[5]. Diriwayatkan dari Al-Muththolib bin Abi Wada’ah – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – berkata: “Al-Abbas – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – mendatangi Rasulullah – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – dan seakan-akan dia mendengar sesuatu, maka Rasulullah berdiri diatas mimbar dan bersabda: @“Siapa aku?”#. Sahabat menjawab, “Engkau adalah Rasul (Utusan Allah) Salam untukmu.” Baginda berkata: @“Aku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib. Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk dan menjadikan aku makhluk paling baik (sempurna) diantara mereka, lalu Allah jadikan mereka menjadi dua kelompok lalu Dia menjadikanku di kelompok yang terbaik diantara mereka. Kemudian Allah jadikan mereka beberapa kabilah (suku) dan Allah golongkan aku didalam kabilah (suku atau golongan) yang terbaik, lalu Allah kelompokkan mereka dalam satu rumah (yakni keluarga), lalu Allah jadikan aku berada pada rumah yang paling baik, dan jiwa yang paling bagus di antara mereka.”# Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Toyalisi dan At Tirmidzi dalam kitab “Al-Manaqib” juga dinilainya sebagai hadits hasan dan sahih, dan juga diriwayatkan dari Al-Abbaas dan yang lainnya yang diriwayatkan oleh Ahmad, dan At-Turmudziy. Al-Haytsamiy berkata: “Para perawinya adalah para perawi hadits sahih.” 
[6]. Diriwayatkan dari Imam Ali – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhainya – bahwa Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – bersabda: @“Aku dilahirkan dari pernikahan dan aku tidak dilahirkan dari zina (atau hubunga yang tidak syar’iy), dari sejak Nabi Adam sampai orangtuaku melahirkanku, aku sama sekali tidak tersentuh dari kejelekan (kekejian) masa Jahiliyah.”# Diriwayatkan oleh Al-‘Adaniy dalam musnadnya, hadits musalsal dari para perawi ahli bait (keluarga Rasul), namun ada pula hadits yang mursal. Diriwayatkan dari Abdur Razzaq dari Muhammad Al-Baaqir – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – dalam firman Allah Yang Maha Luhur: “Telah datang kepada kalian satu utusan dari golongan kalian.” Beliau berkata (menafsirkan): “Rasulullah tidak pernah tersentuh kejelekan Jahiliyah sama sekali. Dan Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – pun bersabda: @“Sesungguhnya aku dilahirkan dari pernikahan dan aku tidak dilahirkan dari zina (hubungan yang keji atau yang tidak syar’iy).”# Al-Bayhaqiy juga meriwayatkan dalam Sunan-nya dan hadits ini memiliki saksi (penguat) dari riwayat Ibnu ‘Abbaas, ‘A-isyah, dan Abu Huroiroh, Ibnu Katsiir berkata tentangnya dalam kitab Al-Bidaayah: “Hadits ini adalah Mursal namun baik. An-Nuur mengetengahakannya dalam Al-Majma’ dengan riwayat Ath-Thobrooniy dalam kitan Al-Awsath-nya.” Dan maksud sabda Rasul yang berbunyi “Aku diutus” adalah roh (jiwa atau cahaya) Rasul berpindah-pindah dari rusuk kakek moyang beliau dan dari rahim ibu-ibu beliau yang mana mereka hidup dalam tingkatan yang baik di zamannya, tingkatan demi tingkatan, generasi demi generasi, hingga beliau – semoga salam tetap atas beliau – wujud di masa beliau yang mana disaat itu rumah (yakni keluarga) beliau adalah keluarga yang paling mulia dan paling suci. Al-Qorn (abad) adalah suatu generasi ketika mereka telah terputus. Sifaach adalah zina dan nikah yang tidak sesuai dengan syari’at. 
Dalam hadis-hadis diatas, ada beberapa faidah yang dapat kita simpulkan: 
Pertama, Ditetapkan nasab (garis keturunan) baginda sampai pada kakeknya yang bernama Adnan. Dialah Rasulullah keturunan Hasyim, Quraisy, Kinanah, Mudhor, Adnan, yang terpilih dari anak keturunan nabi Ismail bin Ibrohim, kepada keduanya solawat dan salam. Ini adalah nasab beliau dan nama-nama kakek-kakek beliau hingga ‘Adnaan: Al-Bukhooriy berkata dalam bab Pengutusan Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau –: “Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththolib bin Haasyim bin Abdu Manaaf bin Qushoyy bin Kilaab bin Murroh bin Ka’b bin Lu-ayy bin Ghoolib bin Fihr bin Maalik bin An-Nadhr bin Kinaanah bin Khuzaymah bin Mudrikah bin Ilyaas bin Mudhor bin Nizaar bin Ma’add bin ‘Adnaan.” Maka ini adalah nasab yang mulia yang disepakati oleh ahli hadits dan ulamaa siroh dan selainnya, dan tidak sahih suatu keterangan pun setelah ‘Adnaan. Meskipun demikian para ulama sepakat bahwa ‘Adnaan adalah termasuk keturunan Ismaa’iil – semoga salam tetap atasnya – Ibnu Abdil Barr – semoga Allah Yang Maha Luhur merahmatinya – berkata dalam Al-Istii’aab: “Ini merupakan sesuatu yang tidak diperselisihkan oleh seorang pun.” Kemudian ia menjelaskan bahwa mengangkat ‘Adnaan kepada Ismaa’iil adalah kesepakatan ulama ahli sejarah dan ahli hadits. An-Nawawiy menukil pada awal kitab beliau Tahdziibul Asmaa’ tentang kesepakatan ummat atass hal itu. Ibnul Qoyyim – semoga Allah Yang Maha Luhur merahmatinya – berkata dalam Al-Hadyun Nabawiy: “Sampai di sini – yakni ‘Adnaan – telah dikethaui kesahihannya dan disepakati antara para ahli nasab dan tidak ada perselisihan sama sekali, dan yang di atas ‘Adnaan diperselisihkan.” Ia berkata: “Dan tidak ada perselisihan di antara mereka bahwa ‘Adnaan termasuk anak keturunan Ismaa’iil – semoga salam tetap atasnya – dan Adz-Dzahabiy – semoga Allah merahmatinya – berkata dalam kitab As-Siiroh An-Nabawiyyah: “Dan ‘Adnaan termasuk anak keturunan Ismaa’iil bin Ibroohiim – semoga salam tetap atas mereka berdua – dengan kesepakatan manusia, akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang ayah-ayah beliau antara ‘Adnaan dan Ismaa’iil.” Lihatlah pula: Syarchus Sunnah karya Al-Baghowiy, Al-Fatch, dan Ath-Thobaqoot karya Ibnu Sa’d, dan yang lainnya. 
Kedua, Dalam hadis-hadis diatas diterangkan bahwa kakek-kakek buyut beliau adalah orang-orang yang paling mulia dan bermartabat di masanya, dan para pemimpin serta yang paling pilihan. Dan bahwasanya Allah memilih mereka di antara mereka, karena memandang apa yang (dibawa) berpindah-pindah antara mereka yaitu berupa nuur (cahaya) Nabi yang mulia ini dan jiwa (ruh) beliau. Ini termasuk sesuatu yang tak mungkin bisa diragukan lagi. Sebab beliau sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim dalam Al-Hady: “Sebaik-baik penduduk bumi dari sisi nasabnya, maka kaum yang paling mulia adalah kaum beliau, dan keluarga yang paling mulia adalah keluarga beliau. Oleh karenanya, ketika orang-orang kafir mencela nasab beliau – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – dan menyerupakannya dengan sebuah pohon kurma yang tumbuh di tempat sampah dan tempat yang kotor, beliau langsung berdiri dan berpidato, menjelaskan keterpilihan nasab beliau di setiap masa, dan bahwasanya beliau adalah keturunan Adam yang termulia dari sisi kelompok, kabilah, keluarga dan nasabnya. Dan sungguh musuh beliau ketika itu Abu Sufyaan telah mengakui akan hal itu (yakni kemuliaan nasab Rasul) di depan Kaisar Heraklius, ia berkata: “Sesungguhnya ia adalah seorang yang memiliki nasab (yang terkenal atau baik) di antara kita.” 
Ketiga, Keyakinan yang kita yakini untuk mengadap Allah Yang Maha Luhur kelak tentang para kakek buyut Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – bahwa mereka semua adalah orang-orang muslim pengikut Nabi Ibrahim – semoga salam tetap atasnya – dan keterangan yang menjelaskan sebaliknya amak itu harus dita’wil (ditafsirkan sesuai dengan yang layak bagi beliau) sebagaimana telah dikatakan oleh kebanyakan para ahli ilmu. Ibnu Chabiib dalam Tariikh-nya meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbaas – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoi keduanya – ia berkata: “Telah wafat ‘Adnaan beserta ayahnya, dan anak-anaknya Ma’ad, Robii’ah, Mudhor, Qois, Tamiim, Asad, dan Dhobbah dalam Islam menurut ajaran Ibroohiim.” Az-Zubair bin Bakkaar meriwayatkan dari sisi lain dari Ibnu ‘Abbaas pula: “Janganlah kalian mencela Mudhor dan juga Robii’ah sebab mereka berdua adalah muslim.” Di nukil kedua riwayat itu oleh Al-Chaafizh dalam Al-Fatch. 
Keempat, Mengaburkan (mencacatkan) nasab Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – adalah merupakan kekufuran, bahkan orang yang melakukannya harus dibunuh dan dilaknat, sebab itu merupakan pengumpulan antara qodzaf (tuduhan palsu tanpa bukti) dan menyakiti Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – dan menuduh beliau dengan tuduhan palsu adalah suatu kekafiran secara kesepakatan, begitu pula menyakiti beliau – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – Allah Yang Maha Luhur berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang menykiti Allah dan Rasul-Nya Allah akan mela’natnya di dunia dan di akhirat, dan Dia telah mempersiapkan bagi mereka azab yang menghinakan.” Dan lihatlah kitab Ash-Shoorimul Masluul karya Abul Abbaas Ibn Taymiyyah – semoga Allah merahmatinya – ini berbeda dengan selain beliau, sebab seorang yang mengeluarkan orang lain dari nasabnya dan mengkaburkan (mencacat)nya maka wajiblah ia dikenai hukuman qodzaf (yaitu berupa cambukan delapan puluh kali) jika ia tidak mendatangkan bukti yang benar yang menguatkan hal (tuduhannya) itu. maka hendaknya bertaqwa (takut) kepada Allah mereka-mereka yang membicarakan tentang nasab Nabi kita yang mulia dengan keburukan, an menyakiti beliau dengan mengkaburkannya (mencelanya) dalam sebagian ayah-ayah beliau dan kakek-kakek beliau. Sebab ibi adalah perkara yang berbahaya. 
Kelima, Sesungguhnya Allah telah membersihkan kakek-kakek beliau dari sifaach jahiliah, hanya saja mereka bertemu dengan nikah yang sahih, seperti nikah ajaran Islam. Dan ini termasuk hal yang disepakati oleh para ulama. Maka barangsiapa yang mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan itu maka ia bukkan termasuk orang-orang muslim. 
Keenam, Mengetahui suatu nasab kadangkala menjadi wajib seperti mengetahui nasab Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – bahwa beliau adalah keturunan Hasyim, Quraisy, Mudhor, Ibrohim, dan seperti mengenali orang yang sesaudara dengan dirinya, baik laki-laki dan perempuan agar dia tahu siapa saja yang tidak boleh dia nikahi, dan agar dia mengetahui siapa orang yang berhak mewarisi bersamanya dan lebih-lebih kagi untuk mengeetahui para kerabatnya agar ia dapat menyambung tali silaturahmi. Bersambung 
 [Perhatian: semua yang ada di bolg saya ini telah saya wakafkan untuk seluruh kaum muslimin. Silakan diperbanyak tulisan ini dan juga tulisan lain yang ada di blog ini dengan mencantumkan sumbernya dan tanpa tujuan komersil atau bisnis murni dakwah]