Total Tayangan Halaman

Selasa, 31 Desember 2013

Penjelasan Wasiat Al-Habib Abdulloh Al-Haddad: Rukum Islam: yang kedua mendirikan sholat dan yang ketiga menunaikan zakat

Adapun rukun Islam yang kedua adalah salat yang mana ia merupakan tiang agama dan rukun Islam yang paling besar setelah dua kalimat syahadat. Telah sepakat para ulama kaum muslimin bahwa salat fardhu dalam sehari semalam adalah lima waktu. Jumlahnya 17 rakaat yang Allah fardhukan atas setiap muslim laki-laki yang baligh dan berakal sehat, begitu juga atas muslim wanita yang baligh dan berakal yang suci / bersih dari penghalang salat (seperti haidh, nifash, hilang akal). 
Telah sepakat pula para ulama bahwa orang yang wajib melaksanakan salat dari orang-orang mukallaf kemudian ia meninggalkannya dengan mengingkari kewajiban salat 5 waktu maka ia telah kafir / murtad. Sedangkan orang yang meninggalkannya karena malas maka para ulama berbeda pendapat tentangnya. Adapun menurut Al-Imam Asy-Syafi’iy dan Al-Imam Malik hukumannya adalah dibunuh dengan pedang (dipenggal) namun tidak kafir. Maka setelah ia mati, ia tetap diperlakukan seperti jenazah kaum muslimin, yaitu dikafani, dimandikan, salati, dikuburkan, dan hartanya diwarisi oleh keluarganya. Pendapat yang sahih dalam mazhab Asy-Syafi’iy adalah dibunuh hanya dengan meninggalkan satu salat saja dengan syarat ia menunda-nunda salat sampai waktu darurat dan dengan syarat sebelum dihukum ia diminta (dan dinasehati) untuk bertaubat. Jika ia menyesal dan bertaubat maka gugurlah hukuman itu dan jika ia tidak bertaubat / menyesal maka ia pun dibunuh. Adapun menurut Al-Imam Abu Hanifah, orang tersebut ditahan / dipenjarakan hingga ia mau salat. Al-Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa orang tersebut dibunuh dengan pedang karena meninggalkan salat satu kali, dan jenazahnya adalah seperti jenazah orang kafir / murtad. Dan pendapat Al-Imam Ahmad adalah pendapat yang banyak dianut pula oleh para sahabat Nabi SAW seperti Sayyidina Umar bin Al-Khoththob, Sayyidina Ali bin Abi Tholib, Sayyidina Abdurrahman bin ‘Auf, Sayyidina Abdulloh bin Al-‘Abbas, Sayyidina Jabir, Sayyidina Abu Huroiroh, Sayyidina Abud Darda’, semoga Allah meridhoi mereka semua. 
Syaikhul Islam Ibnu Hajar berkata dalam kitab beliau Mukhtashorul Iidhooch: “Hati-hatilah, hati-hatilah!!! Jangan sampai engkau teledorkan salatmu. Sebab jika pun engkau berhajji seribu kali dan engkau melalaikan satu salat saja yakni engkau akhirkan dari waktunya maka engkau akan merugi. Lebih baik engkau meninggalkan hajji. Banyak orang justeru terus-menerus berhajji namuun ia melalaikan salatnya. Ini sungguh merupakan sebuah kerugian dan kesesatan yang nyata.” Ia juga berkata dalam kitabnya Al-Jauharul Munazh-zhom fii Ziyaarotil Qobril Mukarrom: “Banyak orang yang rutin berziarah kepada Nabi SAW namun sayang mereka melalaikan kewajiban-kewajiban mereka. Ini semua karena kedunguan dan kejahilan mereka. Sebab melakukan satu fardhu saja itu lebih baik dari ribuan kali ziarah, sebab ziarah adalah sunnah hukumnya. Maka bagaimanakah engkau mengerjakan amal sunnah lalu menyia-nyiakan sebuah amalan fardhu? Padahal, bagaimanapun juga, melaksanakan perintah Nabi SAW yang wajib dan menjauhi larangan-larangan beliau yang haram adalah lebih agung dalam menunjukkan rasa cinta kepada beliau, dan lebih tinggi dalam memuliakan beliau, dari pada ziarah kepada beliau (dengan meninggalkan semua itu). Maka hati-hatilah wahai para peziarah, janganlah engkau menyia-nyiakan sedikitpun dari kewajiban agamamu. Sebab khawatir engkau akan tertimpa murka Allah SWT, dan (jika demikian) engkau akan pulang (dari ziarah itu) dengan kerugian yang sangat dan kehampaan yang sangat. Semoga Allah melindungi kita dari yang seperti itu, dengan berkat karunia dan anugerah-Nya.” 
Maka renungkanlah oleh mata hatimu betapakah keagungan posisi salat dalam agama engka pasti akan memahaminya. Lalu engkau pun akan merasa tidak senang dengan kemunkaran yang terjadi dalam zaman ini yang dilakukan oleh orang dewasa, tua renta, dan pemudanya, serta orang fakir dan yang empunya harta, yaitu mereka memaksakan diri untuk berhajji atau berziarah namun mereka menyia-nyiakan salat fardhu, bahkan terkadang mereka banyak mengerjakan hal-hal yang diharamkan. Dengan begitu mereka masih menyangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang mendekatkan diri kepada Rasululloh atau kepada wali yang mereka ziarahi, tanpa mereka peduli kepada tipuan yang dilontarkan oleh Iblis untuk menejerumuskan mereka sehingga mereka pun meninggalkan / mengorbankan salat fardhunya demi mencapai amalan sunnah dan mengerjakan dosa-dosa besar yang mana seluruh kaum muslimin telah bersepakat tentang hal itu. 
Maka لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَإِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ Tiada daya (untuk menghindar dari maksiat) dan tiada upaya (untuk taat) kecuali dengan (pertolongan) Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Dan kita hanyalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kita dikembalikan. Dengarkanlah – semoga Allah memberi kita semua taufiq – sebagian yang tersebut dalam beberapa hadits yang mulia sebagaimana yang tersebut dalam kitab Az-Zawaajir karya Al-Imam Ibnu Hajar bahwasanya orang yang meniinggalkan salat akan mati dalam keadaan hina, kelaparan, dan kehausan, walaupun ia diberi minum dengan seluruh air laut di dunia ini. Juga diriwayatkan bahwa kuburnya akan menggencetnya hingga hancur berantakan-lah tulang rusuk-nya dan dinyalakanlah api di kuburnya dan berbaringlah dia di atas api yang membara itu malam dan siang hari. Tidak hanya itu, Allah menguasakan kepada orang itu dikuburnya seekor ular yang bernama Asy-Syujaa’ul Aqro’ (Si Pemberani Yang Menakutkan), dua matanya dari api, kuku-kukunya dari besi. Panjang setiap kukunya adalah sepanjang perjalanan satu hari. Ular itu berbicara kepada si mayyit (yang meninggalkan salat): “Aku adalah Asy-Syujaa’ul Aqro’”, suaranya seperti halilintar yang menyambar, ia berkata: “Allah SWT menyuruhku untuk memukulmu karena engkau meninggalkan salat. Salat subuh engkau akhirkan hingga setelah terbit matahari. Aku memukul engkau karena engkau meninggalkan salat zhuhur hingga datang waktu ashar. Aku pukul engkau karena mengakhirkan salat ashar hingga waktu maghrib. Aku pukul engkau karena mengakhirkan salat maghrib hingga datang waktu isya’. Aku pukul engkau karena mengakhirkan salat isya’ hingga waktu fajar. Setiap kali ular itu mmemukulnya tenggelamlah orang itu 70 hasta (kurang lebih 35 meter) ke dalam bumi. Dan teerus ia akan diazab / disiksa di kuburnya hingga hari kiamat. Dia akan datang pada hari kiamat sedang di wajahnya tertulis 3 baris: baris pertama tertulis “Wahai orang yang menyia-nyiakan hak Allah”, baris kedua tertulis: “Wahai orang yang dikhususkan untuk mendapat murka Allah”, baris ketiga tertulis: “Sebagaimana di dunia engkau telah menyia-nyiakan hak Allah maka hendaklah engkau sekarang putus asa dari rahmat Allah.” Bahkan diriwayatkan pula bahwa yang pertama akan dihitamkan wajahnya pada hari kiamat adalah orang-orang yang meninggalkan salat. Bahkan diriwayatkan bahwa di Jahannam ada sebuah lembah yang disebut lamlam pada lembah itu terdapat ular-ular. Setiap ularnya sebesar leher unta, panjangnya sepanjang perjalanan sebulan, yang mana ular-ular itu menyengat orang-orang yang meninggalkan salat. Lalu mendidihlah bisa ular dalam tubuh orang-orang tersebut selama 70 tahun, maka berguguranlah dagingnya. Oleh karena itu jagalah salat! jagalah salat wahai hamba Allah! Sebab barangsiapa menjaga salat maka Allah akan menjaganya dan barangsiapa yang menyia-nyiakan salat maka Allah pun akan menyia-nyiakannya dan ia akan pulang menghadap Allah dengan murka dari Allah. Adapun awal waktu salat adalah keridhoan Allah sedangkan akhirnya adalah maaf Allah. Maka kita memohon kepada Allah agar menolong kita untuk menjaga salat dengan segala kesempurnaannya dan tepat pada waktunya, dan agar Allah menunjuki kita dengan petunjuk-Nya, dan menjadikan kita orang-orang yang bergegas untuk mencapai keridhoan-Nya, dan janganlah Dia menjadikan bagi kita pelindung selain-Nya dan janganlah Dia menjadikan kita orang-orang yang melanggar perintah-Nya, dan bermaksiat kepada-Nya, dengan berkat kebenaran dan orang-orang yang mengikuti beliau. 
Adapun rukun Islam yang ketiga adalah zakat. Zakat itu adalah hak dalam harta, dan merupakan kewajiban dalam agama. Yang mana dengan menunaikannya, harta akan menjadi suci dan berkembang, dan akan tertolak segala hal-hal yang menakutkan. Sebaliknya, dengan mencegah zakat maka dapat menyebabkan harta binasa, dan membawa pemiliknya kepada siksa. Allah SWT berfirman:
 وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِيْنَ (6) الَّذِيْنَ لاَ يُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُوْنَ (7) (حم السجدة / فصلت: 6 – 7)
Artinya: “…Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan (-Nya) (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat …” (Q.S Fush-shilat: 6 – 7)
Allah menyebut orang-orang yang tidak menunaikan zakat sebagai kaum musyrikin. Allah juga berfirman:
 وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَا آتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرٌ لَّهُمْ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (آل عمران: 180)
Artinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak dilehernya di hari kiamat…..” (Q.S Aalu ‘Imroon: 180) 
Allah juga berfirman:
 يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوْبُهُمْ وَظُهُوْرُهُمْ هذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوْقُوْا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُوْنَ (التوبة: 35)
Artinya: “pada hari dipanaskan emas-perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta benda kalian yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanllah sekarang (akibat dari) apa yang kalian simpan itu.” (Q.S At-Taubah: 35) 
Rasululloh SAW bersabda:
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّيْ مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمِ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَظَهْرُهُ – أَيْ وَيُوَسَّعُ جِسْمُهُ لَهَا كُلُّهَا وَإِنْ كَثُرَتْ
Artinya: “Tiada seorang pun dari pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya kecuali nanti ketika hari kiamat emas dan peraknya tersebut akan dipanaskan dan digunakan untuk menyeterika lambung dan punggungnya yakni diperluas / perbesar badannya sehingga terkena kepada semua bagian dari emas an peraknya itu.” Sebagaimana juga diriwayatkan oleh Ath-Thobroniy:
 كُلَّمَا بَرُدَتْ أُعِيْدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْداَرُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
Artinya: “Setiap kali dingin akan dikembalikan lagi seperti itu, di suatu hari yang kadarnya adalah 50.000 tahun, terus menerus hingga diputuskan perkara kepada seluruh hamba, sehingga ia (setelah putusan itu) dapat melihat kemanakah jalannya: ke surga atau ke neraka.”
 قِيْلَ: يَا رَسُوْلُ اللهِ فَاْلإِبِلُ قَالَ: وَلاَ صَاحِبُ إِبِلٍ لاَ يُؤَدِّي حَقَّهَا ومِنْ حَقِّهَا حَلْبُهَا يَوْمَ وُرُوْدِهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بُطِحَ لَهَا بِقَاعٌ قَرْقَرٌ – أَيْ مَكَانٌ مُسْتَوٍ أَمْلَسُ – أَوْفَرَ مَا كَانَتْ لاَ يُفْقِدُ فَصِيْلاً وَاحِدًا تَطَؤُهُ بِأَخْفَافِهَا وَتَعَضُّهُ بِأَفْوَاهِهَا كُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ أُوْلاَهَا رُدَّ عَلَيْهِ أُخْرَاهَا فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ....إلخ الحديث.
Artinya: Kemudian Rasululloh ditanya: “Bagaimana dengan (pemilik) unta (yang tidak menunaikan zakatnya)?” Beliau bersabda: “Demikian juga pemilik unta yang tidak menunaikan haknya dan termasuk haknya adalah memerah susunya pada saat unta-unta itu baru datang, maka ketika hari kiamat akan dibentangkan baginya sebuah tanah lapang yang datar yang mencukupik untuk unta-untanya itu. Lalu tidaklah terlewat satu ekor unta bahkan anak unta yang dia miliki kecuali akan menginjaknya dengan kaki-kaki mereka. Setelah selesai satu ekor dilanjutken dengan yang berikutnya, pada suatu hari yang kadarnya 50.000 tahun hingga diputuskan perkara antara para hamba…..dan seterusnya hingga akhir hadits.” Abu Dzar berkata: “Aku berhenti dihadapan Rasululloh SAW sedangkan beliau tengah duduk di bawah naungan ka’bah. Ketika beliau melihat aku, beliau bersabda:
 هُمُ اْلأَخْسَرُوْنَ وَرَبِّ الْكَعْبَةِ فَقُلْتُ: مَنْ هُمْ؟ فَقَالَ: َاْلأَكْثَرُوْنَ أَمْوَالاً إِلاَّ مَنْ قَالَ بِالْمَالِ هَكَذَا وَهَكَذَا مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ وَعَنْ يَمِيْنِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ وَقَلِيْلٌ مَا هُمْ.
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang merugi, demi Tuhan Pemilik Ka’bah.” Aku pun berkata: “Siapakah mereka itu?” Beliau bersabda: “Yaitu orang-orang yang banyak hartanya kecuali orang yang mendermakan hartanya begini dan begitu, baik dari depan, belakang, sebelah kanan, dan sebelah kiri. Namun mereka itu sedikit sekali jumlahnya.” 
Penggubah wasiat ini (yakni Al-Habib Abdulloh Al-Haddad) – semoga Allah merahmatinya – berkata dalam kitab An-Nashoo-ich: “Dan ketahuilah barangsiapa yang salat, puasa, dan berhajji, namun ia tidak menunaikan zakat hartanya maka Allah tidak akan menerima salatnya, puasanya, dan hajjinya hingga ia mengeluarkan zakat. Hal itu karena kesemuanya saling terkait satu sama lain. Allah tidak menerima amalan orang yang beramal hanya dengan sebagiannya hingga ia mengamalkan keseluruhannya, sebagaimana tersebut dalam hadits Rasululloh.” Adapun mencegah zakat (tidak membayarnya) termasuk dosa yang amat besar. Sebab sungguh telah datang dari Allah SWT dan Rasululloh SAW berbagai ancaman yang menakutkan bahkan orang yang tak menunaikan zakat dikhawatirkan iaa meninggal dalam keadaan suu-ul khootimah (buruk akhirnya) dan ia keluar dari dunia ini dengan tidak dalam keadaan Islam (dan tidak membawa iman). Kita mohon perlindungan kepada Allah dari hal yang semacam itu. Bahkan terkadang ia akan menerima siksa juga sebelum ia mati. Sebagaimana yang terjadi pada Karun dari kaum Bani Israil ketika ia mencegah zakat. Allah berfirman:
 فَخَسَفْنَا بِهِ وَ بِدَارِهِ الأَرْضَ... (القصص: 81)
Artinya: “Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi…” (Q.S Al-Qoshos: 81)
Dan sungguh tertera keterangan bahwa harta orang yang tidak menunaikan zakat akan diserupakan dengan seekor ular yang besar pada hari kiamat dan akan digantungkan di lehernya. Allah SWT berfiman:
 ...سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ... (آل عمران: 180)

Artinya: “…harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak dileher mereka pada hari kiamat…” (Q.S Aalu ‘Imroon: 180) 
Oleh karenanya, sudah seharusnya bagi orang yang beriman dan membenarkan akan janji Tuhannya yang berkeyakinan akan bertemu dengan Tuhannya untuk mengeluarkan zakat hartanya dengan suka rela / jiwa yang lapang tidak terpaksa dan tidak berat bahkan dengan senang hati karena apa yang Allah janjikan baginya yaitu berupa balasan yang amat besar. Hendaknya pula ia menanamkan keyakinan bahwa harta yang diberikannya itu adalah memang hak orang-orang fakir, dan hendaklah ia tidak mengungkit-ungkit pemberiannya itu. Sebab mengungkit-ungkit pemberian / sedekah itu dapat menghapus pahalanya. Dan hendaknya si pemberi melihat bahwa si penerima lebih utama / mulia darinya sebab syari’at sangat memuji kefakiran jika dihadapi dengan kesabaran dan ketaatan kepada Allah. Sedekah yang paling utama baik zakat atau sedekah sukarela adalah yang diberikan kepada orang-orang yang memang benar-benar membutuhkan, dan ia ternasuk orang yang bertaqwa dan taat kepada Allah, serta orang yang menjaga kehormatan dirinya, dan masih memiliki hubungan kerabat, hubungan rahim, dan tetangga. Khususnya orang-orang yang sibuk mempelajari ilmu agama dan amal salih. Ini sebagai bentuk pertolongan kepada hamba-hamba Allah yang salih. Sebab Rasululloh SAW bersabda:
 لاَ يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِيٌّ
Artinya: “Dan janganlah memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa.” 
Dan hendaknya harta yang diinfakkan adalah harta yang terbaik. Dalam hadits tersebut:
 صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ
Artinya: “Sedekah secara sembunyi-sembunyi dapat memadamkan murka Tuhan.”

Sejarah Rasululloh SAW berdasar riwayat-riwayat yang sahih 5

Kabar Dari Para Dukun Tentang Pengutusan Beliau – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau –
[13] Diriwayatkan dari Abdulloh bin Umar – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoi keduanya – ia berkata: “Saya tida pernah mendengar Umar berkata tentang sesuatu atau kepada sesuatu: “Sesungguhnya aku menduga bahwa ia ataub perkara ini adalah begini.” kecuali terjadi atau tepat seperti apa yang diduganya. Sementara Umar (bin Al-Khoththoob – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya –) duduk lalu lewat padanya seorang lelaki yang bagus, lalu Umar berkata: “Sungguh prasangkaku telah salah, atau ia masih berada pada agama jahiliahnya, atau ia (orang ini) dahulu adalah seorang dukun bagi mereka (orang-orang jahiliah), tahanlah orang itu untukku.” Maka dipanggillah orang itu untuknya, lalu ia bertanya kepada orang itu. orang itu berkata: “Aku tidak pernah merasakan seperti perasaan pada pagi hari ini, ……….Aku dahulu adalah dukun mereka (orang-orang kafir Makkah) pada masa jahiliah.” Umar berkata: “Apa kabar yang paling ajaib yang dibawa oleh jinmu?” Orang itu berkata: “Ketika suatu hari aku di pasar datanglah jinku itu dan aku mengetahui ketakutan yang ada pada dirinya. Ia berkata: “Tidak engkau melihat para jin dan keputus-asaannya, setelah kekalahan mereka dan dijadikannya mereka itu seperti unta-unta dan pelananya (yakni karena dengan diutusnya Nabi Muhammad, mereka para jin dilarang untuk mencuri berita langit dari para malaikat sehingga apabila ada yang coba-coba mencuri mereka akan diikuti oleh api yang bergejolak yang mengejar mereka sebagaimana tercantum dalam surat Al-Jinn, sehingga itu membuat mereka ketakutan).” Umar berkata: “Benar. Ketika aku tidur dekat tuhan-tuhan mereka tiba-tiba datang seorang dengan membawa seekor anak sapi lalu ia sembelih (untuk berhala-berhala itu) maka terdengarlah suara teriakan dari patung-patung itu (yakni suara yang berasal dari jin atau setan yang merasuki sesembahan itu) yang mana saya belum pernah mendengar teriakan sekeras itu: “Wahai Jaliich (orang yang botak), (telah datang) perkara yang sukses, (yang dibawa oleh) seorang yang fasih, yang mana ia mengatakan: “Tiada Tuhan selain Allah.” maka kaum yang ada disitu pun segera bangkit meninggalkan tempat itu. Saya berkata: “Saya akan terus disini sehingga saya mengetahui apa yang ada dibalik peristiwa ini.” Kemudian suara itu pun memanggil-manggil kedua dan ketiga kali, lalu saya pun tidak bangun (meninggalkan tempat itu) dan tidak lama kemudian dikatakanlah: “Ia adalah seorang nabi.” (yakni Rasululloh yang datang atau diutus itu). [Diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy dalam sahihnya pada bab Islamnya Umar dari bab Pengutusan Nabi dan Al-Bayhaqiy dalam kitab Dalaa-ilun Nubuwwah-nya] 
[14] Dan diriwayatkan dari Jaabir – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Sesungguhnya kabar pertama yang datang kepada kami tentang pengutusan Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – adalah bahwa seorang perempuan memiliki seekor jin yang selalu mendampinginya, lalu jin itu datang dalam rupa burung lalu ia hinggap di salah satu dahan dekat mereka.” Jaabir berkata: “Wanita itu berkata: “Sudikah engkau turun agar kami bisa memberimu kabar berita dan engkau pun memberi kabar berita kepada kami.” Jin itu berkata: “Sesungguhnya telah keluar (diutus) seorang lelaki di Makkah yang mana ia mengharamkan atas kita perzinaan….” Diriwayatkan oleh Ahmad, dan oleh Ibnu Sa’d dalam Thobaqotnya, dan sanadnya hasan. Dalam dua hadits di atas disebutkan bahwa jin memiliki pengetahuan tentang akan diutusnya Nabi – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – ketika mereka dahulu pernah mendengarkan kabar-kabar dari para malaikat ketika mereka mencuri dengar, dan mereka lalu mengabarkan kawan-kawan mereka yang terdiri dari paara dukun tentang hal itu, dan tentang hal ini banyak terdapat hadits yang menceritakannya, namun kami hanya mencukupkan dengan apa yang telah tersebut di atas.

sejarah Rasululloh SAW berdasar riwayat-riwayat yang sahih 4

Kabar Gembira Dari Yahudi, Para Ulama Mereka dan Para Rahib Mereka Tentang Beliau – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – 

[10]. Dan diriwayatkan dari Salamah bin Salaamah bin Waqsy, semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya, – ia termasuk peserta perang Badr – ia berkata: “Dahulu kami memiliki seorang tetangga Yahudi di antara Bani Abdil Asyhal. Lalu ia keluar kepada kami suatu hari dari rumahnya sesaat sebelum pengutusan Nabi – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – maka ia berhenti di tempat berkumpul kelompok bani Abdil Asyhal.” Salamah berkata: “Dan aku ketika itu adalah yang termuda usianya diantara yang ada disana, aku sedang berbaring di atas sebuah selimut di dekat beranda rumah keluargaku, lalu si Yahudi itu menyebutkan tentang kebangkitan, kiamat, hisab, mizaan (neraca timbangan amal), surga, dan neraka. Maka ia mengucapkan hal itu kepada kaum yang ahli syirik, penyembah berhala, yang mana mereka tidak meyakini bahwa kebangkitan akan terjadi setelah kematian. Mereka semua (yang ada di sana) berkata kepadanya: “Kasihan kamu wahai Fulan, apakah kamu meyakini hal ini, bahwasanya manusia akan dibangkitkan setelah kematian mereka ke sebuah alam yang di sana ada surga dan neraka, mereka akan dibalas di sana sesuai dengan amal mereka.” Ia berkata: “Ya. Demi Dzat Yang (nama-Nya) digunakan untuk sumpah, sungguh mereka penduduk neraka sangatlah ingin seandainya digantikan siksanya itu dengan tungku yang paling besar di dunia yang membakar mereka dan mereka masuk ke dalamnya lalu di tutup, dan dengan itu mereka berharap selamat besok dari siksa neraka.” Mereka berkata: “Celaka kamu. Apa tanda benarnya hal itu?” Ia berkata: “Seorang nabi akan diutus dari negeri itu.” ia memberi isyarat ke arah Makkah dan Yaman. Mereka berkata: “Kapan kau akan melihatnya?” Lalu ia melihat kepadaku sedang aku adalah yang paling muda usianya di antara mereka semua, jika umur anak ini sudah mencapai dewasa ia akan menemui nabi itu.” Salamah berkata: “Demi Allah tidak lewat hari-hari dan malam-malam hingga Allah mengutus Nabi Muhammad – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – sedang beliau hidup di antara hadapan kami dan kami pun beriman kepada beliau sedangkan ia (si Yahudi itu) mengingkari beliau karena sombong dan iri hati (hasud).” Ia (Salamah) berkata: “Kami berkata kepadanya: “Kasihan engkau wahai Fulan, bukankah engkau yang telah mengatakan apa yang kau katakan kepada kami.” Ia (si Yahudi) berkata: “Ya. Namun bukan itu orangnya.” Diriwayatkan oleh Ibn Ishaq pada Tahdziib karya Ibn Hisyam juga di kitab Ar-Rowdh, dan dalam jalur periwayatan yang sama juga diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Chaakim, dan Al-Bukhooriy dalam kitab Taarikhnya, juga oleh Al-Bayhaqiy dalam Dalaa-il-nya, dan disahihkan oleh Al-Chaakim menurut syarat Muslim dan disetujui pensahihan itu oleh Adz-Dzahabiy, dan Ibnu Ishaaq menjelaskan dengan kata-kata yang tegas (yakni ‘diberitakan kepada kami dari fulan’). Lihat pula Majma’uz Zawaa-id. ‘Waqsy’ (pada hadits di atas) dengan mem-fatchah-kan wawu, men-sukuun-kan qoof dan setelahnya adalah huruf syiin adalah seorang dari kabilah Aus. Adapun Bani Abdul Asyhal adalah salah satu nama kabilah Anshoor, dan Asyhal adalah nama sebiah berhala yang ada pada mereka pada zaman jahiliah. Achdatsu semakna dengan kata ashghoru (yang berarti yang paling muda atau termuda). ‘Beranda’ (teras) adalah yang memanjang dari pada salah satu sisi rumah.

[11]. Dan diriwayatkan dari Abdulloh bin Sallaam – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Sesungguhnya Allah ketika hendak memberi petunjuk kepada Zaid bin Su’nah, Zaid bin Su’nah berkata: “Sesungguhnya tidak tersisa dari tanda-tanda kenabian sesuatu pun kecuali aku telah mengetahuinya pada diri Muhammad – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – ketika aku melihatnya, kecuali dua hal yang aku belum mencobanya pada dirinya, kesantunannya tidak akan didahului oleh sifat bodoh, dan kerasnya sifat bodoh kepada dirinya tidak menambah kecuali kesantunan. Lalu aku pun berlembut kepadanya suapaya aku dapat bergaul dengannya, sehingga aku mengetahui sifat kesantunannya dan kebodohannya. Lalu aku pun membeli darinya kurma (dengan memesan) hingga batas waktu yang telah diketahui, dan aku telah memberikan kepadanya harganya. Lalu dua atau tiga hari sebelum waktu yang ditentukan itu aku mendatanginya dan aku menarik baju dan ridaa’ (serban yang diselempangkan dibahu)-nya, dan aku memandang kepadanya dengan wajah yang kasar, kemudian aku berkata: “Mengapakah engkau tidak menunaikan hakku Ya Muhammad? Sungguh – demi Allah – kalian anak-anak Abdul Muththolib suka menunda-nunda membayar hutang, dan sungguh aku sudah mempunyai pengalaman bergaul dengan kalian.” Umar berkata: “Wahai musuh Allah, apakah engka berani mengatakan kepada Rasululloh apa yang aku dengar barusan, Demi Allah seandainya tidak karena apa yang aku takutkan kehilangannya aku akan menebas kepalamu dengan pedangku.” Sedangkan Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau – memandang kepada umar dengan tenang dan sambil tersenyum, kemudian berkata: @“Saya dan dia lebih membutuhkan kepada perlakuan yang bukan seperti ini darimu, wahai Umar. Yaitu engkau suruh aku melunasi dengan baik dan suruhlah ia menagih dengan baik. Pergilah engkau wahai Umar tunaikanlah haknya dan tambahkanlah baginya 20 gantang lagi sebagai ganti engkau telah mengancamnya tadi.”# Maka Umar pun melakukan itu. lalu aku berkata: “Wahai Umar, tidak tersisa dari tanda-tanda kenabian sesuatu pun kecuali aku telah mengetahuinya pada diri Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – ketika aku melihatnya, kecuali dua hal yang aku belum mencobanya pada dirinya, (yaitu): kesantunannya tidak akan didahului (atau dikalahkan) oleh sifat jahil (bodoh), dan kerasnya sifat bodoh kepada dirinya tidak menambah kecuali kesantunan. Dan sekarang aku telah mengujinya. Maka aku persaksikan dirimu bahwa aku telah ridho Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai nabiku.” [H.R Ath-Thobroniy, Ibnu Chibbaan, Al-Chaakim, dan Abu Nu’aim] Diriwayatkan oleh Ibn Hibban bersama dengan riwayat-riwayat lain (atau di beberapa tempat dalam kitabnya), Abu Nu’aim dalam kitab Dalaa-il-nya, dan di sahihkan oleh Al-Chaakim, adapaun perawinya yang bernama Al-Waliid bin Muslim telah jelas menjelaskan dengan kalimat tegas bahwa ia mendapatkan (mendengar) hadits itu, seangkan Muhammad bin Al-Mutawakkil berselisih para ulama tentang kesahihan haditsnya, namun hadits ini memiliki pendukung menurut Inu Sa’d dan yang lainnya. Dan hadits ini juga diketengahkan oleh An-Nuur dalam Al-Majma’ dengan riwayat Ath-Thobroniy, dan ia berkata: “Para perawinya dapat dipercaya.” Maka hadits ini hasan. 

[12]. Dari (Abdulloh) bin Abbas – semoga Allah meridhoi mereka berdua – ia berkata: “Salman Al-Faarisiy – semoga Allah Yang Maha Tinggi meridhoinya – menceritakan kepadaku, ia berkata: “Dahulu aku termasuk orang Persia dan ayahku adalah seorang kepala di negerinya, ia sangat mencintaiku sehingga ia menahanku di rumahnya seperti ditahannya seorang gadis belia, dan aku sangat tekun dengan agama majusi (penyembah api) sehingga aku menyembah api yang ia nyalakan, demikianlah aku tidak mengetahui dunia luar kecuali apa yang aku geluti. Ayahku memiliki kebun kecil di sana ada beberapa pekerja, maka suatu kali ia memanggilku dan berkata kepadaku: “Wahai anakku, aku telah disibukkan dengan beberapa hal sehingga aku tidak sempat mengurus ladangku itu, sedangkan aku harus memperbaiki keadaannya maka pergilah engkau ke sana dan perintahkanlah para pekerja untuk melakukan ini dan itu, maka janganlah engkau berlama-lama untuk kembali kepadaku, sebab jika engkau berlama-lama dariku berarti engkau telah menyibukkan aku dari segala sesuatu. Aku pun keluar menuju ladangnya dan aku melewati gereja Nasrani, lalu aku dengar suara mereka di dalam gereja itu, maka akupun kagum ketika melihat mereka, dan demi Allah aku terus berdiam di situ hingga terbenam matahari. Lalu ayahku mengutus seseorang untuk mencariku di segala arah, hingga aku pun datang kepadanya ketika petang dan aku belum pergi ke ladangnya. Ayahku bertanya: “Dari mana saja kamu? Bukankah aku sudah berkata kepadamu?” Maka aku berkata: “Wahai ayahku, aku melewati sekelompok orang yang disebut Nasrani, lalu salat mereka dan doa mereka membuatku kagum, maka akupun duduk untuk melihat apa yang mereka lakukan.” Ayaku berkata: “Wahai anakku, agamamu dan agama nenek moyangmu lebih baik dari agama mereka.” Aku berkata: “Tidak, demi Allah, agama kita itu tidak lebih baik dari agama mereka, mereka kaum yang menyembah Allah, berdoa dan salat untuk-Nya, sedangkan kita menyembah api yang kita nyalakan dengan tangan kita sendiri yang mana jika kita tinggalkan pastilah ia mati.” Maka ayahku pun mengancamku, dan meletakkan besi di kakiku serta menahanku di sebuah rumah miliknya. Lalu aku pun mengutus seseorang kepada orang-orang Nasrani itu (mereka pun mendatangiku) dan aku bertanya kepada mereka: “Di mana aku bisa mendapati agama yang aku lihat kalian memeluknya itu?” Mereka berkata: “Di Syam.” Aku berkata: “Jika datang sekelompok orang dari sana maka beritahukanlah aku.” Mereka berkata: “Kami akan lakukan.” Lalu ketika datang kepada mereka sekelompok para pedagang (dari Syam) itu mereka memberitahuku, dan mengutus seseorang kepadaku dan mengatakan: “Sesungguhnya telah datang kepada kami beberapa pedagang kami.” Lalu akupun mengutus orang kepada mereka dan berkata: “Jika mereka telah menyelesaikan keperluan mereka dan hendak pergi (dari negeri ini) maka beritahukanlah kepadaku.” Ketika mereka (para pedagang itu) telah menyelesaikan keperluan mereka dan hendak pergi, orang-orang Nasrani itu mengirim orang untuk memberitahuku tentang itu. lalu akupun meletakkan besi yang di kakiku dan aku menyusul mereka, lalu pergi bersama mereka sehingga aku tiba di Syam. Ketika aku sampai di sana, aku berkata kepada mereka: “Siapakah orang yang paling utama dalam agama kalian ini?” Mereka berkata: “Uskup, pemimpin gereja.” Lalu akupun mendatanginya dan berkata kepadanya: “Aku ingin sekali tinggal bersamamu di gerejamu dan menyembah Allah bersamamu di sini, dan mempelajari kebaikan darimu.” Ia berkata: “Jika begitu marilah engkau bersamaku.” Ia (Salman) berkata: “Aku pun (tinggal) bersamanya.” Dan ternyata ia adalah seorang lelaki yang buruk, ia menyuruh para pengikutnya bersedekah dan menganjurkan mereka, setelah terkumpul ia menimbunnya. Maka dari itu aku pun sangat membencinya karena yang aku lihat itu dari keadaannya. Lalu tidak lama kemudian ia mati. Ketika mereka datang untuk menguburkannya, aku berkata kepada mereka: “Sesungguhnya Uskup ini seorang yang buruk. Ia menyuruh kalian untuk bersedekah dan menganjurkannya, lalu setelah terkumpul ia menimbunnya dan tidak memberikanya kepada orang miskin.” Mereka berkata: “Apa buktinya?” Aku berkata: “Aku akan mengeluarkan harta yang ia pendam itu untuk kalian.” Mereka berkata: “Silakan.” Lalu aku pun mengeluarkan tujuh gentong berisi emas. Ketika mereka melihat hal itu, mereka berkata: “Demi Allah, ia tidak akan dikubur selamanya.” Lalu mereka pun menyalibnya di sebuah kayu dan melemparinya dengan batu. Kemudian mereka mengangkat seorang yang lain untuk menggantikannya. Demi Allah tidak pernah aku melihat seorang yang lebih rajin dan giat salatnya. Lebih zuhud kepada dunia dan lebih rajin beribadah siang dan malam melebihi orang ini. Dan aku tidak pernah mencintai seseorang (ahli ibadah) yang seperti dia seperti kecintaanku kepadanya. Maka aku pun senantiasa bersamanya hingga ia dijemput oleh kematian. Maka aku pun mengatakan kepadanya: “Wahai Fulan, telah (hampir) datang kepadamu apa yang kau lihat dari sisi Allah (yakni kematian), dan aku – demi Allah – tidak pernah mencintai seseorang melebihi kecintaanku kepadamu maka apa yang kau akan perintahkan kepadaku dan kepada siapa engkau mewasiatkanku?” Ia berkata kepadaku: “Wahai anakku, aku tidak mengetahui seseorang (yang aku wasiatkan kepadamu) kecuali rahin yang berada di Maushil maka datangilah ia maka engkau akan mendapati dia seperti keadaanku.” Ketika ia telah meninggal dunia maka aku pun pergi ke Maushil, aku datangi rahib / uskup di sana dan aku dapati ia seperti keadaan rahib yang baru meninggal tadi, yakni ia bersungguh-sungguh dalam beribadah dan zuhud kepada dunia. Aku pun berkata kepadanya: “Sesungguhnya si Fulan telah mewasiatkan kepadaku untuk mendatangimu dan tinggal bersamamu.” Ia berkata: “Tinggallah engkau bersamaku, wahai anakku.” Aku pun tinggal bersamanya seperti yang diwasiatkan hingga datang kematian menjemputnya.” Aku pun berkata kepadanya: “Sesungguhnya si Fulan mewasiatkan aku untuk pergi kepadamu, dan sekarang telah (hampir) datang perintah Allah seperti yang engkau lihat (yakni kematian), maka kepada siapakah engkau mewasiatkanku?” Ia berkata: “Demi Allah, aku tidak mengetahui seseorang pun, wahai anakku, kecuali rahib di Nashiibiin (suatu wilayah di Iraq), dia berada pada ajaran seperti yang kita lakukan.” Ketika kami menguburkannya, akupun pergi kepada rahib yang lain (yang telah ditunjukkan itu). Aku pun berkata kepadanya: “Wahai Fulan, sesungguhnya si Fulan telah mewasiatkanku aku kepada Fulan, dan Si Fulan kemudian mewasiatkanku kepadamu.” Maka ia berkata kepadaku: “Tinggallah (di sisiku) wahai anakku.” Aku pun tinggal di sisinya seperti keadaanku sebelum ini hingga maut menjemputnya. Aku berkata kepadanya: “Sesungguhnya si Fulan mewasiatkan aku kepada Fulan, lalu si Fulan mewasiatkanku untuk pergi kepada Fulan, lalu si Fulan mewasiatkanku untuk pergi kepadamu, maka kepada siapakah engkau mewasiatkanku?” Ia berkata: “Wahai anakku, aku tidak mengetahui seseorang pun yang berada pada ajaran seperti apa yang ada pada kita, wahai anakku, kecuali rahib di ‘Amuuriyyah, salah satu negeri di Syam, maka engkau akan mendapatinya berada pada ajaran seperti yang ada pada kita.” Setelah aku menguburkannya aku keluar hingga aku mendatangi rahib yang di ‘Amuuriyyah itu, maka aku dapati ia seperti keadaan mereka (para rahib yang telah meninggal itu). Aku pun tinggal di sisinya dan aku bekerja sehigga aku memiliki seekor kambing dan beberapa ekor sapi, kemudian hadirlah waktu kematian Rahib itu. Aku berkata kepadanya: “Wahai Fulan, sesungguhnya si Fulan mewasiatkan aku kepada Fulan, lalu si Fulan mewasiatkanku untuk pergi kepada Fulan, lalu si Fulan mewasiatkanku untuk pergi kepada Fulan, lalu si Fulan itu mewasiatkanku untuk pergi kepadamu, dan sudah hampir datang kepadamu apa yang engkau lihat dari perintah Allah (yakni ajal) maka kepada siapakah engkau mewasiatkanku?” Ia berkata: “Wahai anakku, demi Allah, aku tidak mengetahui ada seorang yang tersisa daripada orang-orang yang berpegang kepada sesuatu seperti yang kita pegang ini. Namun telah datang padamu masa diutusnya seorang nabi dari tanah haram, tempat hijrahnya di negeri antara dua bukit, suatu yang negeri yang subur dan memiliki banyak pepeohonan kurma. Sesungguhnya pada dirinya ada tanda-tanda yang tidak tersembunyi: di antara dua pundaknya ada cap (segel) kenabian, ia memakan hadiah dan tidak mau memakan sedekah. Jika engkau bisa pergi ke negeri itu maka lakukanlah sebab telah datang padamu masanya. Setelah aku menguburkannya aku pun tinggal beberapa lama lagi di tempat itu hingga lewat beberapa orang pedagang arab dari kabilah Kalb. Aku pun berkata kepada mereka: “Bawalah aku bersama kalian sehingga aku memasuki tanah Arab, aku akan memberikan kepada kalian kambingku dan beberapa ekor sapiku.” Mereka berkata: “Ya.” Aku pun memberikan hewan-hewanku itu kepada mereka dan mereka pun membawaku. Hingga sampai di Waadil Quroo mereka menzalimi aku dan menjualku sebagai budak kepada seorang Yahudi yang tinggal di Waadil Quroo. Sungguh demi Allah aku telah melihat pohon kurma dan aku sangat berharap bahwa inilah negeri yang disifatkan oleh si Rahib kawanku itu. Hingga suatu kali datanglah seorang Yahudi dari bani Quroyzhoh yakni dari kalangan Yahudi yang tinggal di Waadil Quroo, lalu ia pun membeliku dari majikanku yang pertama. Lalu ia keluar membawaku hingga sampailah aku di kota Madinah. Dami Allah tidak lah kota Madinah ini aku lihat kecuali aku mengenali sifatnya. Aku pun tinggal sebagai budak bersama majikanku itu, dan Allah pun mengutus Rasul-Nya – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – di Makkah, dan aku tidak mendengar kabar sedikitpun tentangnya sebab aku hanyalah sebagai budak. Hingga datang Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – ke Quba’ sedangkan aku tengah bekerja untuk majikanku di kebun kurmanya. Demi Allah, majikanku itu ada di kebun tersebut lalu tiba-tiba datang kepadanya sepupunya lalu berkata: “Wahai Fulan, semoga Allah membinasakan bani Qoylah (penduduk Madinah), Demi Allah mereka sungguh berkumpul di Quba’ mengelilingi seorang lelaki yang datang dari Makkah yang mengira dirinya seorang nabi.” Demi Allah sungguh aku mendengar berita itu, lalu aku ditimpa kegemetaran sehingga aku mengira bahwa diri akan jatuh menimpa majikanku, aku turun dan berkata: “Berita apa tadi? Apa yang terjadi?” Lalu majikanku mengangkat tangannya dan menamparku dengan keras. Ia berkata: “Apa urusanmu dengan kabar ini? Pergilah kembali kepada pekerjaanmu.” Aku berkata: “Tidak apa-apa, hanyasaja aku mendengar sebuah kabar dan aku ingin mengetahuinya.” Lalu setelah itu aku pun keluar dan bertanya kepada orang-orang, lalu aku bertemu dengan seorang wanita dari penduduk negeri asalku, aku bertanya kepadanya tentang kabar itu, dan ternyata ia dan keluarganya telah masuk Islam, maka ia pun menunjukkan aku kepada Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau. Katika petang hari aku memiliki sedikit makanan maka aku pun membawa makanan itu dan pergi menuju Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – sedang beliau ketika itu berada di Quba’, aku berkata: “Sesungguhnya telah sampai berita kepadaku bahwa engkau seorang lelaki yang salih dan bersamamu ada kawan-kawanmu dan kalian adalah orang-orang yang baru datang dari jauh, dan aku memiliki sesuatu yang aku sedekahkan, sedangkan aku melihat bahwa kalian adalah orang yang paling pantas menerimanya di antara seluruh penduduk negeri ini. Inilah yang aku sedekahkan, maka makanlah darinya.” Lalu Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – menahan tangannya dan berkata kepada para sahabatnya: “Makanlah kalian.” Sedangkan beliau tidak memakannya. Aku pun berkata dalam diriku: “Ini adalah salah satu sifat yang diberitakan oleh kawanku (si Rahib).” (yakni beliau tidak menerima sedekah). Kemudian aku pun pulang dan Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – pindah ke pusat kota Madinah, lalu aku pun mengumpulkan sesuatu yang aku punya dan aku datang kepada beliau. Aku berkata: “Aku melihatmu tidak memakan sedekah, maka ini adalah hadiah dan pemuliaan, bukan sedekah.” Maka Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – memakannya dan para sahabatpun ikut memakannya. Aku berkata (dalam hatiku): “Ini sudah dua sifat.” (yakni beliau tidak menerima sedekah namun menerima hadiah). Kemudian aku mendatangi Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – sedang beliau tengah mengantarkan jenazah dan beliau memakai dua potong pakaian luar (jubah dan serban yang diselempangkan di pundaknya) beliau ketika itu berada di tengah para sahabatnya. Aku pun mengitari beliau untuk melihat cap (segel) kenabian di punggungnya, ketika Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – melihatku berputar beliau mengetahui bahwa aku sedang memastikan sesuatu yang disifatkan kepadaku, maka beliau menyingkirkan serban (selendangnya) dari punggungnya, sehingga aku pun melihat kepada segel kenabian yang disifati kepadaku oleh kawanku (si Rahib itu) maka akupun segera memeluk dan menciuminya dan aku menangis. Beliau bersabda: @“Berpindahlah engkau wahai Salman demikian (yakni ke depanku).”# Lalu aku pun berpindah posisi dan duduk di hadapan beliau. Beliau suka agar para sahabatnya mendengar ceritaku, maka aku pun menceritakannya hingga selesai, lalu beliau bersabda (kepadaku): @“Bebaskanlah dirimu Wahai Salman (dari perbudakan)”# (yakni dengan cara menebus diri dengan mencicil) Maka aku pun meminta kepada majikanku kemerdekaan dengan syarat aku menanam untuknya 300 pohon kurma dan 40 uuqiyah (1 uuqiyah = 119 gram, maka 40 uuqiyah = 4760 gram) uang emas. Lalu para sahabat Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – menolongku (untuk pembebasanku) dengan memberikan bibit kurma, ada yang memberi 30, ada yang 20, dan ada yang memberi 10, masing-masing menurut kemampuannya. Lalu Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: @“Buatlah lubang untuk bibit-bibit kurma itu, jika telah selesai beritahukan aku, sehingga akulah yang akan meletakkan bibit-bibit kurma itu dengan tanganku.”# Lalu aku pun membuat lubang-lubang dengan dibantu oleh para sahabatku hingga selesai. Setelah itu datanglah Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – maka kami membawakan untuk beliau bibit-bibit kurma itu dan beliau yang meletakkannya dengan tangannya dilubangnya dan meratakan tahan atasnya. Maka demi Allah Yang telah mengutus beliau dengan kebenaran, tidak mati satupun dari bibit-bibit kurma itu. dan tersisalah tanggunganku (kepada majikanku) berupa uang (emas). Lalu tiba-tiba datang seorang lelaki dari suatu tambang dengan membawa emas sebesar telur merpati. Maka Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: @“Manakah orang Persia muslim yang hendak menebus dirinya (dari perbudakan) tadi?”# maka aku pun dipanggil (untuk menghadap) kepada beliau. Lalu beliau bersabda: @“Ambillah ini wahai Salman dan tunaikanlah apa yang menjadi tanggunganmu.”# Lalu akupun berkata: “Wahai Rasululloh bagaimana bisa ini mencukupi atas tanggunganku?” Beliau bersabda: @“Sesungguhnya Allah akan menunaikannya dengan itu untukmu.”# Maka demi Dzat Yang mana jiwaku berada di genggaman-Nya aku menimbang dari emas tadi untuk majikanku 40 uuqiyah maka aku bayarkan itu kepada majikanku dan ternyata masih tersisa di sisiku seberat ketika (emas itu) diberikan tadi kepadaku (seolah-olah emas itu tidak berkurang sama sekali).” Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam sirohnya, dan Ahmad juga meriwayatkan melalui jaurnya (yakni Ibnu Ishaq), juga oleh Ibn Sa’d dalam Thobaqoot-nya, juga Al-Bayhaqiy, Abu Nu’aim keduanya dalam kitab Dalaa-il-nya masing-masing, juga oleh Al-Khothiib dalam Taarikh-nya, juga oleh Ath-Thobroniy dalam (Mu’jam) Al-Kabiir-nya dan sanadnya sahih menurut syarat Muslim, adapun Ibnu Ishaq menjelaskan dengan lafazh tachdiits (telah memberitakan si Fulan kepadaku) oleh karenanya Ibnu Katsiir menguatkannya dalam Siroh-nya, dan hadits ini memiliki beberapa jalur dan periwayatan yang mana dengan banyakanya jalu serta periwayatn itu maka hadts ini menjadi sahih, adapun An-Nuur telah mengetengahkan hadits ini dalam Al-Majma’-nya dengann riwayat dari Ahmad, dan Ath-Thobroniy dalam (Al-Mu’jam) Al-Kabiir-nya, dan ia (An-Nuur) berkata: “Sanad riwayat yang pertama menurut Ahmad dan Ath-Thobrooniy perawinya adalah para perawi hadits sahih, selain ‘Amr bin Abu Qurroh Al-Kindiy maaka ia tsiqoh (dapat dipercaya), kemudian ia menyebutkan hadits ini secara ringkas dengan riwayat Ahmad dan Al-Bazzaar, dan ia berkata: “Para perawinya adalah para perawi hadits sahih.” Faidah-faidah Yang Dapat Diambil Dari Hadits-hadits Di Atas Dalam kisah-kisah tersebut di atas ada tiga kisah, yaitu: Kisah seorang Yahudi dari Bani Abdul-asyhal, kisah Zaiid bin Su’nah, dan kisah Salman Al-Faarisiy. Adapun faidah-faidah yang dapat diambil kami ringkaskan seperti di bawah ini: - di antaranya adalah bahwa Yahudi dan Nasrani telah memiliki informasi (berita atau pengetahuan) tentang Nabi – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – khususnya para cerdik pandai di antara mereka serta para rahib mereka, menurut apa yang mereka ketahui tentang sifat-sifat Nabi – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – serta kabar gembira (yang mereka sampaikan), serta perintah untuk beriman kepada beliau dan mengikuti beliau, sebagaimana terdapat dalam Taurat dan Injil mereka, ini semua suatu perkara yang nyata, segala puji bagi Allah Yang Maha Luhur. - Di antaranya adalah bahwasanya Yahudi sejak mereka pertama kali ada mereka selalu mengingkari kebenaran dan menyalahinya meskipun mereka mengetahui beliau, itu karena keangkuhan dan iri hati dari mereka. Makadalammkisah di atas seorang Yahudi di kalangan Bani Abdul-asyhal meskipun ia beriman kepada Allah dan hari akhir dan ia mengetahui keluarnya (diutusnya) Nabi – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dari arah Makkah yang mana ia telah mengathauinya dari Taurat, namun ternyata ia kafir terhadapa beliau dan mengingkari beliau ketikaa beliau diutus dan muncul, maka Allah menyesatkannya atas ilmunya itu. hal ini sangat berbeda dengan Zaid bin Su’nah, seorang Yahudi yang lain, yang mengumumkan keislamannya dan keimanannya kepada Nabi – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – hanya dengan pembuktiannya dan keberadaan sifat-sifat yang ia kenali pada diri Nabi – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – yang mana ia telah mengenali sifat-sifat itu dari Taurat. Maka ia termasuk orang yang dingini baik oleh Allah dan Allah memberi pahala dua kali lipat baginya seperti Abdulloh bin Sallaam – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – dan yang lainnya dari kalangan Yahudi yang beriman kepada beliau. - Dalam kisah Salman – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – bahwasanya orang yang sudah ditentukan akan bahagia (di sisi Allah) maka ia tidak akan dibahayakan oleh kesalahan (yang telah ia buat). Sungguh Salma telah menggeluti (penyembahan) api yang ia sembah bersama ayahnya sebagai kepala kaum Majusiy, lalu ketika Allah menginginkan kebaikan terhadapnya karena ketentuan yang azali, maka Allah menyelamatkannya dari agama Majusi kepada Agama Allah yang benar. - Bahwasanya agama Nasrani telah tersebar sebelum diutusnya Nabi – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – sampai ke negeri Persia dan kita tidak tahu bagaimana tatacara beragama mereka, yang jelas mereka tersesat dari agama Isa – semoga salam tetap atasnya – dengan dalil atau bukti apa yang diperbuat oleh para pendeta mereka. - Bahwasanya agama Nasrani pusatnya adalah di Syam, sedangkan Syam meliputi: Palestina, Yordania, Suria, dan Libanon. Maka negeri-negeri ini semua disebut sebagai Syam dan negeri-negeri tersebut dengan kota-kotanya dan desa-desanya masih menjadi tempat bagi agama Nasrani hingga sekarang, namun mereka sesat dan menyesatkan. - Bahwasanya agama Isa yang benar telah menjadi terasing dengan bukti para pendeta yang disinggahi oleh Salman, mereka semua orang-orang yang terasingkan, dan yang terakhir ditemuinya adalah penutup mereka (yang berpegang padaa agama Isa yang benar). Oleh karenanya Salma diwasiatkan pergi ke negeri Arab yaang mana disana akan diutus seorang nabi dalam waktu dekat. Seandainya masih ada seseorang yang dapat dijadikan panutan dari kalangan Nasrani pada saat itu pastilah pendeta itu akan menunjukkan Salman kepadanya, akan tetapi ia berkata: “Demi Allah saya tidak mengetahui bahwa masih tersisa seorang pun yang berada dalam ajaran seperti yang kita jalani ini yang dapat aku suruh engkau untuk menemuinya.” - Pengetahuan paraa Uskup tersebut tentang sifat-sifat Nabi – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – seperti bahwa beliau diutus dari Makkah dan berhijrah ke Madinah, dan bahwa antara kedua pundak beliau terdapat stempel (capa tau segel) tanda kenabian, dan bahwa beliau memakan hadiah dan tidak memakan sedekah, dan juga mereka mengetahi waktu keluarnya beliau. Semuanya itu mereka ketahui dari Injil yang berbicara tentang beliau – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dan memberi kabar gembira tentang beliau. - Hidayah atau petunjuk yang diperoleh Salman untuk mencari agama yang benar, dan hijrahnya ia menjauhi kedua orang tuanya dan keluarganya serta negerinya ke tempat yang di sana didapati agama Allah, serta ia mengarungi perjalanan yang panjang dari negeri Persia ke Syam yang mana itu merupakan jarak yang sangat jauh yang membutuhkan bekal serta waktu yang sangat banyak, sehingga ia berhasil menempuhnya dan mendapatkan apa yang ia cari. - Kecerdasan beliau dengan bertanya tentang orang yang paling utama di antara pemeluk agama Nasrani agar ia dapat betul-betul mengambil gama tersebut langsung dari para ulamanya yang paling utama. - Kesabaran Salman dalam melayani para pendeta itu satu demi satu sehingga meninggal yang terakhir dari mereka. - Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung memudahkan jalan baginya untuk masuk ke tanah Arab sehingga ia sampai pada kota Madinah yang aman di sana ia akan bahagian dengan bertemu dengan Kekasih yang terpilih (Nabi Muhammad) – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – - Dan yang termasuk nilai paling penting adalah bantuan Nabi – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – serta para sahabat beliau kepada Salman dan pertolongan beliau dalam membebaskannya dari perbudakan, dan untuk memperoleh kemerdekaannya serta penyelematan beliau terhadapnya daripada penyembahan kepada selain Allah Yang Maha Tinggi. Terutama lagi Salman adalah budak dari seorang Yahudi. Olehkarenanya maka appa yang telag diperbuat oleh Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dan para sahabat beliau terhadap Salman patutlah untuk menjadi contoh bagi kaum muslimin dalam setiap masa. Sebab Islam sangat menyuruh hal itu dan menganjurkannya serta mendorong untuk melakukannya. Semoga Allah menunjuki kita dan seluruh kaum muslimin kepada apa yang diridhoi-Nya.

Jumat, 13 Desember 2013

wasiat Al-Habib Abdulloh bin Alwi Al-Haddaad Penyusun Ratibul Haddaad


وصية الحبيب عبد الله بن علوي بن محمد الحداد رضي الله عنه ونفعنا به وبعلومه وبعلوم سائر الصالحين في الدارين آمين 
Wasiat Al-Habib Abdulloh bin Alawiy bin Muhammad Al-Haddad Semoga Allah meridhoinya dan memberi kita manfaat dengan berkatnya dan berkat ilmunya serta ilmu semua orang yang salih di dunia dan di akhirat. Amin
 بسم الله الرحمن الرحيم

 وَصِيَّتِيْ لَكَ يَا ذَا الْفَضْلِ وَاْلأَدَبِ * إِنْ شِئْتَ أَنْ تَسْكُنَ السَّامِيْ مِنَ الرُّتَبِ 
Wasiatku kepadamu wahai yang memiliki keutamaan dan adab * jika engkau ingin menetapi derajat yang tinggi
 وَتُدْرِكَ السَّبْقَ وَالْغَايَاتِ تَبْلُغُهَا * مُهَنَّأً بِمَنَالِ الْقَصْدِ وَالأَرَبِ 
Dan engkau ingin mencapai peringkat juara dan memperoleh segala tujuan /cita-cita * dalam keadaan senang dan serta tercapaii segala maksud dan hajat
 تَقْوَى اْلإِلَهِ الَّذِيْ تُرْجَى مَرَاحِمُهُ * اَلْوَاحِدُ اْلأَحَدُ الْكَشَّافُ لِلْكُرَبِ 
Maka hendaklah ia melazimi (memegang teguh) ketaqwaan kepada Tuhan yang diharapkan kasih saying-Nya * Yang Maha Tunggal lagi Maha Esa, Yang Maha Menyingkap segala kesulitan.
 إِلْزَمْ فَرَائِضَهُ وَاتْرُكْ مَحَارِمَهُ * وَاقْطَعْ لَيَالِيْكَ وَاْلأَيَّامَ فِيْ القُرَبِ 
Pegang teguhlah frdhu / segala yang diwajibkannya, dan tinggalkanlah segala yang diharamkannya * dan isilah malam-malammu dan hari-hari dengan kedekatan kepada Allah.
 وَأَشْعِرِ الْقَلْبَ خَوْفًا لاَ يُفَارِقُهُ * مِنْ رَبِّهِ مَعَهُ مِثْلٌ مِنَ الرَّغَبِ 
Dan tanamkanlah rasa takut dalam hati yang tak pernah terpisah / hilang * (yakni) takut akan Tuhannya dan juga hendaklah ada pula rasa harap (pada rahmat / kasih sayang-Nya).
 وَزَيِّنِ الْقَلْبَ بِاْلإِخْلاَصِ مُجْتَهِدًا * وَاعْلَمْ بِأَنَّ الرِّيَا يُلْقِيْكَ فِي الْعَطَبِ 
Hiasilah hati dengan sifat ikhlash (kemurnian) secara sungguh-sungguh * dan ketahuilah bahwa sesungguhnya riya’ (pamer kebaikan) akan melemparkanmu dalam kehancuran.
 وَنَقِّ جَيْبَكَ مِنْ كُلِّ الْعُيُوْبِ وَلاَ * تَدْخُلْ مَدَاخِلَ أَهْلِ الْفِسْقِ وَالرِّيَبِ 
Dan bersihkanlah hatimu dari segala aib dan janganlah * kalian masuk ke tempat-tempat orang-orang fasik dan penuh keraguan.
 وَاحْفَظْ لِسَانَكَ مِنْ طَعْنٍ عَلَى أَحَدٍ * مِنَ الْعِبَادِ وَمِنْ نَقْلٍ وَمِنْ كَذِبِ 
Dan jagalah lidahmu dari mencela seseorang * dari hamba-hamba (Allah) dan dari memindahkan (omongan, yakni namimah / mengadu domba) dan dari dusta / bohong.
 وَكُنْ وَقُوْرًا خُشُوعًا غَيْرَ مُنْهَمِكٍ * فِي اللَّهْوِ وَالضَّحْكِ وَاْلأَفْرَاحِ وَاللَّعِبِ 
Dan jadilah engkau orang yang terhormat / dermawan serta penuh ketenangan serta tidak tenggelam * dalam kelalaian, tertawa (berlebihan), kesenangan serta permainan (yang kesemuanya melalaikan dari Allah dan iabadah kepada-Nya).
 وَنَزِّهِ الصَّدْرَ مِنْ غِشٍّ وَمِنْ حَسَدٍ * وَجَانِبِ الْكِبْرِ يَا مِسْكِيْنُ وَالْعُجُبِ 
Dan bersihkanlah dadamu (yakni hatimu) dari dengki, dan dari iri hati, dan jauhilah sifat sombong wahai miskin (orang yang patut dikasihani) dan juga jahilah sifat ‘ujub (berbangga dengan amal baik).
 وَارْضَ التَّوَاضُعَ خُلْقٌ إِنَّهُ خُلُقُ الْـ * ـأَخْيَارِ فَاقْتَدْ بِهِمْ تَنْجُوْ مِنَ الْوَصَبِ
Dan ridholah engkau bahwa sifat rendah hati (tawadhu’) mejadi akhlakmu. Sesungguhnya ia adalah akhlak para orang yang baik maka teladanilah mereka, pasti engkau akan selamat dari segala penyakit.
 وَاحْذَرْ وَإِيَّاكَ مِنْ قَوْلِ الْجَهُوْلِ أَنَا * وَأَنْتَ دُوْنِيْ فِي فَضْلٍ وَفِيْ حَسَبِ
Dan hati-hatilah terhadap perkataan orang-orang dungu / bodoh: “Saya adalah yang paling hebat dan engkau di bawah saya dalam hal keutamaan dan derajat.”
 فَقَدْ تَأَخَّرَ أَقْوَامٌ وَمَا قَصَدُوْا * نَيْلَ الْمَكَارِمِ وَاسْتَغْنَوْا بِكَانَ أَبِيْ 
Sebab terkadang suatu kaum mundur sedangkan mereka tidak bermaksud untuk memperoleh kemuliaan-kemuliaan dan mereka merasa cukup dengan (mengatakan): “Dahulu ayah saya begini dan begitu.”
 وَخَالِفِ النَّفْسَ وَاسْتَشْعِرْ عَدَاوَتَهَا * وَارْفُضْ هَوَاهَا وَمَا تَخْتَارُهُ تُصِبِ 
Dan janganlah engkau turuti hawa nafsu * dan tolaklah nafsu itu dan segala keinginan yang dipilihnya pastilah engkau akan benar.
 وَإِنْ دَعَتْكَ إِلَى حَظٍّ بِشَهْوَاتِهَا * فَاشْرَحْ لَهَا غِبَّ مَا فِيْهِ مِنَ التَّعَبِ 
Dan jika nafsu itu mengundangmu untuk mencintai dunia dengan syahwatnya * maka jelaskanlah kepada nafsumu itu tentang akibat yang akan diterima yaitu berupa kepayahan.
 وَازْهَدْ بِقَلْبِكَ فِي الدَّارِ الَّتِيْ فَتَنَتْ * طَوَائِفًا فَرَأَوْهَا غَايَةَ الطَّلَبِ 
Dan zuhudlah dengan hatimu dalam dunia ini yang telah menjerat sekelompok orang sehingga mereka menganggap dunia ini sebagai tujuan puncak (bukan sebagai ladang amal untuk akhirat).
 تَنَافَسُوْهَا وَأَعْطُوْهَا قَوَالِبَهُمْ * مَعَ الْقُلُوْبِ فَيَالِلّهِ مِنْ عَجَبِ 
Mereka berlomba-lomba (untuk memperoleh dunia) dan mereka memberikan segala dirinya dan hatinya untuk dunia itu, maka aduhai alangkah anehnya perilaku mereka.
 وَهِيَ الَّتِيْ صَغُرَتْ قَدْرًا وَمَا وَزَنَتْ * عِنْدَ اْلإِلَهِ جَنَاحًا فَالْحَرِيْصُ غَبِيْ 
Dan dunia adalah sesuatu yang amat kecil dan dunia itu tidaklah sebanding di sisi Allah dengan satu sayap (nyamuk), maka orang yang rakus akan dunia itu ialah seorang yang dungu.
 وَخُذْ بَلاَغَكَ مِنْ دُنْيَاكَ وَاسْعَ بِهِ * سَعْيَ الْمُجِدِّ إِلَى مَوْلاَكَ وَاحْتَسِبِ 
Dan ambillah bekalmu dari duniamu (untuk akhiratmu) dan usahalah * dengan usaha yang sangat kuat kepada Tuhanmu dan carilah pahala (dari-Nya).
 وَاعْلَمْ بِأَنَّ الَّذِيْ يَبْتَاعُ عَاجِلَهُ * بِآجِلٍ مِنْ نَعِيْمٍ دَائِمٍ يَخِبِ 
Dan ketahuilah bahwa orrang yang menjual (kebahagiaan) akhiratnya * dengan dunia, sedangkan nikmat akhirat adalah nikmat yang langgeng, maka orang itu akan kecewa.
 وَإِنْ بُلِيْتَ بِفَقْرٍ فَارْضَ مُكْتَفِيًا * بِاللهِ رَبِّكَ وَارْجُ الْفَضْلَ وَارْتَقِبِ 
Jika engkau ditimpa kefakiran maka ridholah dan merasa cukuplah dengan Allah Tuhanmu dan haraplah karunia (dari Allah) dan tunggulah (awasilah / hadanglah).
 وَإِنْ تَجَرَّدْتَ فَاعْمَلْ بِالْيَقِيْنِ وَبِالْـ * ـعِلْمِ إِذَا كُنْتَ مَوْقُوْفًا مَعَ السَّبَبِ 
Jika engkau berada dalam maqom tajarrud maka beramallah dengan keyaqinan (bergantung kuat kepada Allah) dan beramallah dengan ilmu jika engkau berada dalam maqom sebab.
 وَاتْلُ الْقُرْآنَ بِقَلْبٍ حَاضِرٍ وَجِلٍ * عَلَى الدَّوَامِ وَلاَ تَذْهَلْ وَلاَ تَغِبِ 
Bacalah Al-Qur’an dengan hati yang hadir lagi penuh takut * secara rutin dan janganlah engkau lalai dan jangan absen / luput.
 فَإِنَّ فِيْهِ الْهُدَى وَالْعِلْمَ فِيْهِ مَعًا * وَالنُّوْرَ وَالْفَتْحَ أَعْنِي الْكَشْفَ لِلْحُجُبِ 
Sebab di dalamnya (dalam Al-Qur’an) terdapat petunjuk, juga ilmu ada di dalamnya * cahaya, dan pembukaan yakni penyingkapan hijab (tirai / penutup hati).
 وَاذْكُرْ إِلَهَكَ ذِكْرًا لاَتُفَرِقُهُ * فَإِنَّمَا الذِّكْرُ كَالسُّلْطَانِ فِي الْقُرَبِ 
Dan ingatlah Tuhan-Mu dengan ingatan yang tidak lepas darinya * sebab hanya saja dzikir (mengingat Allah) itu seperti Raja dalam amalan pendekatan kepada Allah.
 وَقُمْ إِذَا هَجَعَ النُّوَّامَ مُجْتَهِدًا * وَكُلْ قِوَامًا وَلاَ تَغْفَلْ عَنِ اْلأَدَبِ 
Dan bangunlah jika orang-orang tidur terlelap dalam tidurnya untuk bertahajjud * dan makanlah untuk penyangga (ibadahmu) dan janganlah lupa akan adabnya (yakni adab makan).
 وَالْوَالِدَانِ لَهُمْ حَقٌّ يَقُوْمُ بِهِ * مَنْ يَتَّقِ اللهَ وَالْمُدْلُوْنَ بِالنَّسَبِ 
Anak-anak pun memiliki hak yang mana orang yang bertaqwa pastilah menegakkannya, juga orang-orang yang memiliki hubungan nasab dengan kita (yakni para kerabat kita; mereka juga memiliki hak yang harus dipenuhi)
 وَالْجَارُ وَالصَّحْبُ لاَ تَنْسَى حُقُوْقَهُمُ * وَاخْتَرْ مُصَاحَبَةَ اْلأَخْيَارِ وَانْتَخِبِ 
Begitu juga tetangga dan kawan-kawan janganlah engkau lupa akan hak-hak mereka * dan pilihlah untuk bersahabat dengan orang-orang baik dan seleksilah (kawan-kawanmu)
 وَخالِقِ النَّاسَ بِالْخُلْقِ الْجَمِيْلِ وَلاَ * تَغْتَبْ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ وَلاَتَعِبِ 
dan perlakukanlah manusia dengan akhlak yang indah dan janganlah * menggunjing (membicarakan aib) seseorang dari mereka itu dan janganlah mencela
 وَانْصِفْ وَلاَ تَنْتَصِفْ مِنْهُمْ وَنَاصِحْهُمُ * وَقُمْ عَلَيْهِمْ بِحَقِّ اللهِ وَانْتَدِبِ 
Berbuat adil-lah engkau (kepada mereka) namun jangan engkau tuntut dari mereka untuk berbuat adil dan bersikap tulus-lah kepada mereka * dan tegakkanlah atas mereka hak-hak Allah dan bergegaslah (untuk itu)
 وَاحْذَرْ مُصَاحَبَةَ اْلأَشْرَارِ وَالْحَمْقَى * وَالْحَاسِدِيْنَ وَمَن يَلْوِيْ عَلَى الشَّغَبِ 
Hati-hatilah dari bersahabat dengan orang-orang yang buruk (perilakunya) dan orang-orang dungu * serta orang-orang yang suka hasud / iri hati dan orang yang selalu membangkitkan keburukan (atas kita).
 وَحَالِفِ الصَّبْرَ وَاعْلَمْ أَنَّ أَوَّلَهُ * مُرٌّ وَآخِرُهُ كَالشَّهْدِ وَالضَّرَبِ 
Dan pegang teguhlah kesabaran dan ketahuilah bahwasanya awal dari kesabaran adalah pahit dan akhirnya seperti madu dan masu putih
 يَارَبِّ إِنَّكَ مَقْصُوْدِيْ وَمُعْتَمَدِيْ * وَمُرْتَجَايَ لِدُنْيَايَ وَمُنْقَلَبِيْ 
Ya Tuhanku sesungguhnya Engkau adalah tujuanku dan andalan * serta harapanku untuk duniaku dan akhiratku
 فَاغْفِرْ وَسَامِحْ عُبَيْدًا مَا لَهُ عَمَلٌ * بِالصَّالِحَاتِ وَقَدْ أَوْعَى مِنَ الْحُوَبِ 
Maka ampunilah dan maafkan hamba yang tidak memiliki amal salih sedikitpun dan ia telah payah karena (memikul beban) dosa-dosa
 لَكِنَّهُ تَائِبٌ مِمَّا جَنَاهُ وَقَدْ * أَتَاكَ مُعْتَرِفًا يَخْشَى مِنَ الْغَضَبِ 
Akan tetapi dia bertaubat dari segala apa yang ia telah kerjakan * dan ia datang kepada-Mu seraya mengakui (kesalahan) dan takut akan murka (Allah)
 فَإِنْ عَفَوْتَ فَفَضْلٌ مِنْكَ يَا صَمَدٌ * فَجُدْ عَلَيَّ إِلَهِيْ وَأَزِلْ رَهَبِيْ 
Oleh karena itu jika Engkau memaafkan maka itu karunia dari-Mu wahai Yang Maha Bergantung * maka karuniakanlah (pemberian-pemberian-Mu) atasku wahai Tuhanku dan hilangkan rasa takutku
 ثُمَّ الصَّلاَةُ عَلَى الْهَادِيْ وَعِتْرَتِهِ * مُحَمَّدٍ مَا هَمَى وَدْقٌ مِنَ السُّحُبِ 
Kemudian sholawat (semoga tetap) atas makhluk yang memberi petunjuk dan keturunannya * (yakni) Nabi Muhammad selama turun hujan dari awan
 وَمَا تَرَنَّمَتِ الْوَرْقَا عَلَى فَنَنٍ * وَمَا تَمَايَلَتِ اْلأَغْصَانُ فِي الْكُثُبِ 

Dan selama burung-burung berkicau di atas dahan-dahan pohon * dan selama batang-batang bergoyang di semak-semak.

Sabtu, 07 Desember 2013

sejarah Rasulullah berdasar riwayat-riwayat yang sahih 3


Kabar gembira Tentang Kedatangan Beliau – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau – didalam kitab Taurat dan Injil
[8]. Dan diriwayatkan dari ‘Athoo’ bin Yasaar ia berkata: “Saya bertemu dengan Abdulloh bin ‘Amr bin Al-Ash, aku berkata: “Beritahukanlah kepadaku tentang sifat Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan para keluarga serta para sahabat beliau – ia berkata: “Baiklah, demi Allah sesungguhnya beliau disifati dalam Taurat dengan sebagian sifat beliau dalam Al-Qur’an, yaitu: “Wahai Nabi, sesungguhnya kami telah mengutus kamu, sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan peringatan, dan benteng bagi orang-orang ummiy. Engkau adalah hamb-Ku dan utusan-Ku. Aku menamakanmu Al-Mutawakkil (orang yang berserah diri). Dia tidaklah kasar, tidak pula keras hati, dan tidak berteriak-teriak di pasar, dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan, akan tetapi ia mengampuni dan memaafkan. Dan Allah tidak akan mengambi (nyawa)nya hingga ia meluruskan ajaran agama yang bengkok, yang mana mereka semua akan mengatakan: “Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah membuka denga beliau mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang tertutup.” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Bukhooriy dalam kitab Al Buyuu’ (jual-beli) dan dalam tafsir surat Al-Fatch dan juga dalam kitabnya Al-Adabul Mufrod, dan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thobaqoot, dan juga oleh Al-Bayhaqiy dalam Dalaa-il-nya. Yang dimaksud ‘sebagai saksi’ yakni atas seluruh ummat pada hari kiamat. Yang dimaksud ‘pembawa kabar gembira’ yakni engkau (wahai Rasul) mengabarkan kepada siapa saja yang beriman kepadamu dan mengikutimu bahwa mereka akn meperoleh apa yang mereka senangi berupa kenikmatan abadi. Yang dimaksud dengan ‘pembawa peringatan’ adalah engkau sebagai pembawa kabar ancaman bagi siapa saja yang mengingkarimu yakni berupa azab yang pedih lagi langgeng (seterusnya). Yang dimaksud ‘benteng’ yakni engkau adalah benteng bagi orang-orang arab yang ummiy (tak pandai baca-tulis) yang mana beliau diutus kepada mereka sebagai pencegah mereka dari penyimpangan dan kesesatan serta penghalang bagi mereka dari api neraka, jika mereka beriman kepadamu dan menguatkanmu serta menolongmu dan mengikutimu. Yang dimaksud dengan ‘dia tidaklah kasar dan tidak pula keras hati’ yakni kekasaran dan ekkerasan sifat dan hati, maksudnya adalah sama. Yang dimaksud dengan ‘tidak berteriak-teriak’ yakni meninggikan suaranya dengan perkataannya, dan dikhususkan di pasar sebab meninggikan suara di pasar termasuk sifat orang-orang rendah dan dungu. Yang dimaksud dengan ‘ajaran agama yang bengkok’ yakni agama yang dipeluk oleh orang-orang jahiliah yang mana mereka menyangka bahwa mereka berada dalam agama Ibroohiim – semoga salawat dan salam tetap atasnya – sebab mereka mengada-adakan padanya apa yang bukan termasuk dari ajarannya dan menghapus ajarannya yang asli sama sekali serta membengkokkannya dengan bid’ah-bid’ah serta khurofat yang berbau syirik (penyekutuan Allah dengan sesuatu), maka Allah mengutus kepada mereka Rasul yang mulia – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan para keluarga serta para sahabat beliau – untuk menegakkan kembali di tengah-tengah mereka ajaran tersebut dan mengembalikan mereka kepada tauhid yang murni dan akidah yang selamat (bersih), maka dengan berkata (pengutusan) beliau terbukalah mata-mata yang buta (yang tak data melihat kebenaran), telinga-teinga yang tuli, dan hati-hati yang bisu. 
 [9]. Dan diriwayatkan dari [Ibnu ‘Abbaas bahwasanya ia bertanya kepada Ka’b Al-Achbaar: “Bagaimana engkau mendapati sifat Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dalam Taurat.”] Ka’b Al-Achbaar – semoga Allah Yang Maha Luhur merahmatinya – berkata: “Kami mendapatinya: “Muhammad utusan Allah – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – beliau bukanlah orang yang kasar dan keras hati, dan tidak pula berteriak-teriak di pasar-pasar, dan tidak pula membalsa kejelekan dengan kejelekan, akan tetapi memaafkan dan mengampuni. Ummatnya adalah orang-orang yang suka memuji Allah. Mereka membesarkan nama Allah (bertakbir) di setiap tanah yang tinggi, dan memuji Allah dalam setiap tempat, memakai sarung di pertengahan badan mereka, mereka mewudhui ujung-ujung badan mereka, orang yang menyeru / adzan diantara mereka (suaranya) melaung-laung dilangit. Barisan mereka dalam salat dan barisan mereka dalam peperangan adalah sama. Suara mereka (membaca Al-Qur’an & bertasbih) di malam hari seperti dengungan suara lebah. dilahirkan di Makkah, hijrahnya ke Thoybah (Madinah), dan kekuasaannya di Syam.” Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy di permulaan Sunan-nya dengan sanad yang sahih, dan diriwayatkan dari dua jalur yang lain seperti itu juga dan salah satunya bersanad hasan. 
Yang dimaksud dengan ‘orang-orang yang suka memuji Allah’ adalah orang-orang yang banyak memuji Allah dalam setiap keadaan mereka (susah ataupun senang). 
Yang dimaksud dengan najd (tanah tinggi) adalah setiap permukaan bumi yang tinggi (lebih dari sekitarnya). Yang dimaksud dengan ‘memakai sarung’ adalah mereka mengikat sarung-sarung mereka di pertengahan tubuh mereka (yakni pinggang). 
Yang dimaksud dengan ujung-ujung badan mereka adalah ujung-ujung badan manusia yaitu kedua tangan, kedua kaki, dan kepalanya. Yang dimaksud dengan dengungan adalah suara yang samara (tidak jelas atau sayup-sayup) yang tak dapat dipahami. 
 Dalam dua hadis ini (yakni no. 8 & 9) merupakan keterangan (penjelasan) sifat-sifat Nabi– semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dalam kitab Taurot dan kabar gembira tentang (kedatangan)nya. Adapun orang-orang Yahudi dan Nasrani mengetahui hal itu dengan pengetahuan yang baik, namun ketika datang kepada mereka sifat-sifat Nabi yang telah mereka ketahui, mereka mengingkarinya karena keangkuhan dan rasa hasud yang ada dalam hati mereka. Sebagaimana keterangan yang akan datang sebentar lagi. Dan telah datang keterangan dalam Al-Qur’an tentang sifat beliau yang teersebut dalam Taurat dan Injil, yaitu dalam surat Al-A’roof Allah Yang Maha Luhur berfirman: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka….” (Q.S Al-A’roof: 157) [Maksudnya: dalam syari'at yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu tidak ada lagi beban-beban yang berat yang dipikulkan kepada Bani Israil. Umpamanya: mensyari'atkan membunuh diri untuk sahnya taubat, mewajibkan qishoosh (hukuman setimpal, yakni bunuh dibalas bunuh, potong dibalas potong) pada pembunuhan baik yang disengaja atau tidak tanpa membolehkan membayar diat (denda untuk membebaskan diri dari qishoosh), memotong anggota badan yang melakukan kesalahan, membuang atau menggunting kain yang kena najis, dsb] 
Bahkan ada keterangan dalam sebuah ayat lain yakni dalam surat Al-Fatch bersama dengan penyebutan beliau dalam Taurat dan Injil disebut pula sifat para sahabat beliau. Yang mana Allah Yang Maha Luhur berfirman: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud [Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin)….” (Q.S Al-Fatch: 29)

Hukum Pemberian Orang Yang Sakit dan Pemberian Kepada Ahli Waris


Seseorang yang sakit yang mana sakitnya itu diikuti dengan kematian maka di dalam sakitnya tadi secara syari’at orang tersebut terkena Chajr حجر (pembatasan kuasa atas harta miliknya) yakni ia tidak boleh memberi wasiat atau hadiah atau pemberian dalam bentuk apapun lebih dari sepertiga hartanya sesuai dengan sabda Rasululloh:
 عَنْ مُعَاذَ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ تَصَدَّقَ عَلَيْكُمْ بِثُلُثِ أَمْوَالِكُمْ عِنْدَ وَفَاتِكُمْ زِيَادَةً فِيْ حَسَنَاتِكُمْ (رواه الدارقطني وأخرجه أحمد والبزار من حديث أبي الدرداء وابن ماجه من حديث أبي هريرة وكلها ضعيفة ولكن قد يقوي بعضها بعضا والله أعلم)
Artinya: Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal – semoga Allah meridhoinya – ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau – bersabda: “Sesungguhnya Allah bersedekah atas kalian dengan sepertiga harta kalian ketika menjelang wafat kalian untuk menambah pahala kebaikan kalian.” (hadits riwayat Ad-Daaruquthniy, diriwayatkan pula oleh Ahmad dan Al-Bazzaar dari hadits Abud Dardaa’, juga oleh Ibnu Maajah dari hadits Abu Huroiroh, dan semuanya dho’if lemah naum karena banyaknya riwayat maka satu sama lain saling menguatkan) Adapun wasiat yang diberikan kepada ahli waris – yang lebih dari sepertiga – maka tidak boleh dilaksanakan kecuali atas izin dari ahli-ahli waris yang lain. Berdasarkan hadits:
 عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن الله قد أعطى كل ذي حق حقه فلا وصية لوارث إلا أن يشاء الورثة (رواه الدارقطني وإسناده حسن وأخرجه أحمد و الترمذي وأبو داود وابن ماجه من حديث أبي أمامة الباهلي وحسنه أحمد والترمذي وقواه ابن الجارود وابن خزيمة)
Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbaas – semoga Allah meridhoi keduanya – ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau – sesungguhnya Allah telah memberikan hak masing—masing kepada setiap yang mempunyai hak (yakni dalam ketentuan waris surat An-Nisaa’ ayat 11 dan 12), maka tidak ada wasiat bagi ahli waris kecuali disetujui oleh ahli-ahli waris yang lain.” (hadits riwayat Ad-Daaruquthniy dan sanadnya hasan; dan diriwayatkan pula oleh Ahmad, At-Turmudziy, Abu Daawud, dan Ibnu Maajah dari hadits Abu Umaamah Al-Baahiliy, dihasankan oleh Ahmad dan At-Turmudziy, dan dikuatkan oleh Ibnul Jaaruud dan Ibnu Khuzaymah) 
 Adapun pembatasan sepertiga berdasar hadits sahih Al-Bukhooriy dan Muslim yang mana Rasul melarang Sa’d bin Abi Waqqosh untuk bersedekah atau memberikan hartanya lebih dari sepertiga belaiu bersabda:
 اَلثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيْرٌ إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُوْنَ النَّاسَ (متفق عليه)
Artinya: Sepertiga, sedangkan sepertiga itu banyak, jika engkau meninggalkan para ahli warismu dalam keadaan cukup maka itu lebih baik dari pada engkau meninggalkan mereka dalam keadaan faqir dan meminta-minta kepada manusia (H.R Al-Bukhooriy dan Muslim) 
Adapun hibah, hadiah, semua pemberian kepada ahli waris hukumnya sama dengan wasiat. Sebagaimana tersebut dan difatwakan oleh para ulama syafi’iyyah di antaranya adalah As-Sayyid Taqiyuddin Abu Bakar Al-Chishniy Al-Husayniy dalam kitabnya Kifaayatul Akhyaar jilid 2 halaman 31. Surabaya, 11 Romadhon 1433 H / 31 juli 2012 M 
Yang menulis ini Hamba Allah yang faqir kepada rahmat-Nya
 محمد علي بن توفيق بن عبد القادر بن محمد بارقبة