Total Tayangan Halaman

Kamis, 31 Desember 2009

Jeritan hati hamba Allah yang dhaif

(diharap dengan sangat dan kerendahan hati agar dibaca dengan seksama dan direnungkan, muda2an menggugah kesdaran kita untuk lebih dekat kepada Allah dan Rasul-Nya)

Ya Allah terpujilah Engkau selalu, dengan pujian yang pantas dengan Keagunga-MU yg mana lisan ini tak pernah sungguh2 benar memujiMu, Kau Yg Maha terpuji sebelum tercipta pujian, lalu bagaimanakah kami dapat memujiMu, kecuali dengan bantuan-Mu. Haadza minka wa ilayka. Hamba memuji-Mu dengan segala pujian yang kami ketahui dan yang kami tidak mengetahuinya, atas segala nikmatMu kepada kami baik yang kami ketahui ataupun yang kami tidak ketahui, sebanyak makhlukMu baik yg kami ketahui maupun yg tidak kami ketahui.
Salawat yang paling indah dan salam yang paling harum semoga selalu Allah limpahkan kepadamu Ya habiibi ya Rasululloh. Juga atas ahli baitmu yang suci dan di sucikan dan segenap para sahabatmu dan para pengkut mereka dalam kebaikan hingga kelak kami berjumpa denganmu dan dengan TuhanMu dalam keadaan selamat insya Allah Amiin.
Ingatlah kami Ya Allah, ingatlah kami Ya Rasuululloh walaupun sedikit sekali kami mengingat Engkau, dan bantulah kami agar selalu mengingatMu.
YA Allah jadikanlah kami org2 yg beradab kepadaMu dan kepada RasulMu SAW.
Ya Allah Aku tahu Engkaulah Yang Maha Penyayang kepada hamba2Mu ini yg selalu kurang ajar kepadaMu.
Aku tahu Ya Rasululloh engkaulah rahmat (kasih sayang) terbesar yg pernah Allah ciptakan di alam ini untuk kami ummatmu, yang belum betul-betul berterimakasih kepadamu. Walaupun kami tahu engkau berjuang tanpa pamrih apapun. Tak dapat kami menggambarkan keikhlasanmu. Ya Habiib
Aku ingat Ya Rasul betapa kau diakhir-hayatmu mengingat kami, kau tak rela sebelum kau melihat tempat kami di surga. Ya Rasuululloh Ya Habiiballoh.
Ya Allah, Apatah artinya rasa ibaku ini kepada keadaan ummatMu dibandingkan dengan rasa sayangMu kepada mereka, dan dibanding dengan rasa sayang KekasihMu, RasulMu. Namun inilah yg hanya bisa hambaMu buat. Semoga ini ikhlas untukMu dan dapat mambuatMu ridho kepada hamba-Mu yg lemah ini. Sebab aku tahu bahwa tak ada yg lebih besar dan lebih berharga di alam ini selain RidhoMu dan ridho RasulMu.
Ya Allah benarlah FirmanMu, dalam kitbMu yg suci:
ولن ترضى عنك اليهود والنصارى حتى تتبع ملتهم قل إن هدى الله هو الهدى(البقرة: 120)
“Sungguh tidaklah akan rela yahudi dan nasrani hingga kalian (wahai muslimiin, wahai yg merasa muslimiin) mengikuti ajaran mereka. Katakanlah: sesugguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar…” (Al-Baqoroh :120) 
Ya Allah jadiknlah kami orang yang beradab terhadap Kalam-Mu.
Dari firman-Mu itu kami tahu tak ada jalan untk selamat dari ajakn yahudi dan nasrani kecuali dg berpegang teguh sekuat mungkin dengan petunjukMu, dengan jalanMu. Namun apa yang kami perbuat kami tak berpeganteguh dengan itu, bahkan kami masa bodho dan todak mengetahui syari’at mud an terkadang kami tak mau menuntut ilmu untuk mengetahuiNya. Maka bantulah kami untuk mengetahui dan mengamalkannya dan berpegang teguh dgnnya. Dan Ampunilah kami.
Ya Rasululloh benarlah sabdaMu 15 abad tahun yg lalu:
لتتبعن سنن من قبلكم شبرا بشبر وذراعا بذراع حت لو دخلوا جحر ضب لدخلتموه قالوا: اليهود والنصارى قال: فمن؟
“Demi Allah Sungguh kalian akan mengikuti tradisi org2 sebelum kalian, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga seandainya mereka msuk ke lubang biawak, pastilah kalian pun masuk ke dalamnya.” Lalu para sahabatmu bertanya: “Apakah yahudi dan nasrani (yg kau maksud Ya Rasululloh)?” lalu Engkau menjawab: “Siapa lagi (jka bukan mereka)?” Doakn kami Ya Rasul agar Allah menjadikn kami semua org2 yg beradab kepadamu dan kepada kalammu.
Namun apa yg terjadi? ummatmu ini sedikit demi sedikit melakukan apa yg kau khawatirkn itu. Mereka meninggalkn ajaran dan tradisi yg kau ajarkn dan mengikuti sedikit demi sedikit ajaran selain islam, siapa lagi? Tepat seperti sabdamu, yahudi dan nasrani. Mereka, ummatmu, ikut merayakan hari raya pergantian tahu nasrani, hari valentine, dan entah apalagi yg akan mereka lakukan, yg itu semua membuat sedih hatimu. Sebab Kau sendiri bersabda: “Pada hari kamis amal ummat ku disodorkan kepada aku. Jika baik maka aku senang dan memuji tuhanku, namun jika tidak baik maka aku pun bersedih karenanya.” Engkau memikirkan keselamatan kami, sedangkan kami lalai akan keselamatan kami sendiri, dan sering melupakanmu. Kapankah kami akan sadar tentang kekurang-ajaran kami kepadamu ya Rasululloh.
Engkau pun pernah bersabda, benarlah sabdamu itu, sebab kami yakin kau tak pernah berbohong walau satu huruf pun, Assolaatu was salaamu ‘alika Ya Rasulalloh: “Bagaimanakah kalian ketika perempuan2 / isteri2 kalian membangkang / berbuat keji dan para pemuda kalian senang berbuat kemaksiatn dan kalian meninggalkn jihad kalian.” Lalu para sahbatmu yg mulia bertanya kepadamu dengan penuh ketidak percayaan: “Apakah itu akan benar2 terjadi Ya Rasululloh?” lalu kau menjawabnya: “ya demi Allah Yang mana jiwaku berada dlm genggamanNya, bahkan yang lebih buruk lagi akan terjadi?” mereka bertanya dengan penuh heran kepadamu: “Apa yang lebih hebat dari itu YA Rasululloh?” Lalu engkau bersabda: “Bagaimana kalian jika kalian sudah tidak memerintah kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran.” Lalu para sahabatmu bertanya kepadamu dengan penuh ketidak percayaan: “Apakah itu akan benar2 terjadi Ya Rasululloh?” Engkau menjawabnya: “ya, demi Allah Yang mana jiwaku berada dlm genggamanNya, bahkan yang lebih buruk dari itu akan terjadi?” Mereka bertanya dengan penuh heran kpdmu: “Apa yang lebih hebat dari itu YA Rasululloh?” Engkau bersabda: “Bagaimana kalian jika kalian melihat / menganggap yang ma’ruf itu munkar dan yang munkar itu ma’ruf.” Lalu para sahbatmu yg mulia bertanya kepadamu dengan penuh ketidak percayaan: “Apakah itu akan benar2 terjadi Ya Rasululloh?” Lalu kau menjawabnya: “ya, demi Allah Yang mana jiwaku berada dlm genggamanNya, bahkan yang lebih buruk dari itu akan terjadi?” mereka bertanya dengan penuh heran kpdmu: “Apa yang lebih hebat dari itu Ya Rasululloh?” Engkau bersabda: “Bagaimanakah kalian, ketika nanti kalian menyeru kepada kemunkaran dan mencegah kema’rufan.” Lalu para sahbatmu yg mulia bertanya kepadamu dengan penuh ketidak percayaan: “Apakah itu akan benar2 terjadi Ya Rasululloh?” lalu kau menjawabnya: “Ya, demi Allah Yang mana jiwaku berada dlm genggamanNya, bahkan yang lebih buruk dari itu akan terjadi?” Allah berfirman: “Demi Dzat-Ku Aku bersumpah Aku akan gulirkan sebauh fitnah / cobaan yang membuat orang2 yang sangat sabar pun menjadi terheran/ terkejut.”
Namun Engkau masih menghibur kami dengan sabdamu: bahwa di saat fitnah / ujian itu datang, orang2 yang berpegang kepada ajaranmu, memperoleh pahala 50 sahabatmu. Maka para sahabatmu bertanya: bukan 50 orang dari mereka, Ya Rasululloh? Engkau menjawab: “bukan, tetapi 50 orang dari kalian.”
Namun karena terlalu cintanya kami kepada dunia, dan mengkiuti hawa nafsu kami, kamipun tidak tergerak untuk memperoleh kabar gembira itu.
Ya Rasululloh, doakan kami agar menjadi sebaik-baik ummatmu, dan slalu tetap dalam sunnahmu, dan semoga kami kelak dapat berkumpul denganmu baik di dunia, di alam kubur dan di akhirat. Amiin.
Adriknaa Ya RAsululloh, Darkah yahlal madiinah, Adrik Ummatak Ya RAsululloh.
Ya Allah persatukanalah kaum muslimin, YA Allah kasihanilah kamu muslimin, YA Allah menangkanlah kaum mulimin, khususnya saudara kami di Palestin dan seluruh mujahidin, YA Allah ampunilah kaum muslimin, YA Allah selamatkanlah kami dan mereka dari segala musibah dunia dan agama. Amiin.

Senin, 21 Desember 2009

antara anak berbakti dan anak yang durhaka

Sungguh telah tersebut dalam kitab-kitab tafsir: bahwasanya dahulu ada seorang salih dari Bani Israil, dan ia mempunyai seorang anak yang masih kecil lalu dan ia memiliki seekor sapi maka ia pun membawa sapinya tersebut ke suatu semak-semak dan berkata: “Ya Allah sesungguhnya aku menitipkan sapi ini untuk anakku ketika ia nanti telah dewasa. Lalu matilah laki-laki salih ini, dan jadilah sapi itu tetap tinggal di semak-semak tersebut hingga menjadi besar dan sapi itu akan lari bila melihat orang / manusia. Ketika anak tersebut dewasa dan ia adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada ibunya. Dia membagi malamnya menjadi tiga bagian: sepertiga untuk salat, sepertiga untuk tidur dan sepertiga duduk di dekat ibunya. Setelah datang pagi, ia pergi mencari kayu baker, lalu setelah itu ia pergi ke pasar untuk menjualnya. Lalu sepertiga dari hasilnya di sedekahkan, sepertiga lagi untuk makan, sepertiga lagi untuk ibunya.”
Suatu hari ibunya berkata kepadanya: “Wahai anakku, sesungguhnya ayahmu mewariskan seekor sapi yang ia titipkan kepada Allah di semak-semak yang terletak di tempat ini, maka pergilah engkau ke sana dan berdoalah kepada Allah Tuhan Ibrahim, Isma’il dan Ishaq agar Dia mengembalikannya kepadamu. Tandanya adalah jika engkau melihatnya maka seolah-olah keluar cahaya matahari dari kulitnya. Dan dia disebut ‘Al-Mudzahhabah’ (yang berwarna keemasan) karena amat indah warnanya, dan kekuning-kuningan. Maka pergilah anak / pemuda itu ke semak-semak tersebut dan ia mendapati sapinya itu sedang merumput di sana. Lalu pemuda itu berkata kepada sapi itu: “Aku memintamu menghadap dengan nama Allah Tuhan Ibrohim, Isma’il dan Ishaq.” Lalu sapi itu pun menghadap dan pergi menuju kepadanya dan pemuda itu pun menuntunnya dan membawanya ke rumahnya. Maka berbicaralah sapi itu dengan izin Allah: “Wahai pemuda yang taat kepada ibunya naikilah aku sebab itu akan meringankanmu.” Pemuda itu menjawab: “Sesungguhnya ibuku tidak menyuruhku melakukannya” sapi itu pun berkata: “Seandainya engkau menunggangiku, maka engkau tak akan mampu menguasaiku / menunggangiku selamanya , berjalanlah engkau, karena seandainya engkau memerintahkan gunung sekalipun agar ia tercerabut dari dasar / akarnya maka gunung itu akan tercabut dari dasarnya, karena sangat berbaktinya engkau kepada ibumu.” Maka pemuda itu membawa sapi itu kepada ibunya. Ibunya berkata: “Sesungguhnya engkau ini seorang yang fakir, tak memiliki harta, engkau akan terasa berat bagimu mencari kayu baker di siang hari dan bangun di malam hari, maka pergilah dan juallah sapi ini.” Anaknya bertanya: “Berapa harus aku jual sapi ini?” Ibunya menjawab: “Tiga dinar, namun janganlah engkau jula kecuali dengan saran / persetujuanku.”
Adalah harga sapi itu 3 dinar. Pergilah pemuda ini ke pasar, lalu Allah mengutus malaikat (dalam wujud seorang laki-laki) kepada pemuda itu untuk menguji akhlaknya, sejauh manakah baktinya kepada ibunya, dan Allah Maha Tahu. Maka malaikat itu bertanya kepadanya: “Berapa harga sapi ini?” Pemuda itu menjawab: “Tiga dinar dan aku mensyaratkan kepadamu ridho / persetujuan ibuku.” Malaikat itu berkata: “(Aku akan membelinya) 6 dinar namun kau tak usah meminta persetujuan ibumu.” Pemuda itu berkata: “Seandainya engkau beli saharga emas yang seberat sapi ini maka aku tak akan menjualnya kecuali dengan ridho ibuku.” Lalu pemuda itupun pulang kepada ibunya dan memberitahukan ibunya atas harga tersebut. Lalu ibunya berkata: “Juallah dengan harga 6 dinar, namun kau tak boleh menjualnya tanpa persetujuan dariku.” Pemuda itu kembali ke pasar dan menemui malaikat itu, dan malaikat itu berkata: “Bagaiamana, apakah engkau telah meminta persetujuan ibumu?” Pemuda itu berkata: “Ya, sesungguhnya ia menyuruhky agar menjualnya dengan harga tak kurang dari 6 dinar, sesuai dengan persetujuannya.” Malaikat itu berkata: “Aku akan memberimu 12 dinar namun janganlah engkau meminta persetujuan ibumu.” Pemuda tadi tak mau, dan ia pulang kepada ibunya untuk memberitahu hal itu.
Ibunya berkata: “Sesungguhnya yang datang epadamu itu adalah seorang malaikat dalam wujud manusia untuk menngujimu. Maka jika engkau bertemu lagi dengan orang itu, katakanlah kepadanya: “Engkau ini menyuruhku untuk menjual sapi ini ataukah tidak?” Kemudian si pemuda itu pun melakukan apa yang disuruh oleh ibunya tadi. Malaikat itu pun akhirnya berkata: “Pergilah engkau kepada ibumu dan katakanlah: “Tahanlah dulu sapi ini (jangan dijual), sebab Musa bin Imron akan membelinya darimu untuk seorang yang terbunuh dari Bani Isroil. Maka janganlah engkau menjualnya kecuali dengan harga emas seberat sapi ini.” Lalu ia pun tidak menjual sapi itu, hingga (ada kejadian pembunuhan dan) Allah menentukan atas Bani Isroil untuk menyembelih seekor sapi, hingga mereka terus meminta agar Musa mensifati sapi itu dengan terperinci, sehingga Allah sifati sapi itu (melalui lisan Musa) persis seperti sapi milik si pemuda taat itu, karena ketaatannya kepada ibunya. Sebagai karunia dari Allah dan rahmat-Nya. Kemudian mereka membeli sapi itu dengan harga emas seberat sapi tersebut, lalu mereka menyembelihnya dan memukulkan sebagian tubuhnya ke tubuh si terbunuh, maka orang itu pun hidup kembali seketika dan bangun dengan izin Allah sedang lehernya masih bercucuran darah, dan si mayit itu berkata: “Yang membunuhku adalah si Fulan.” Yakni sepupunya sendiri. Kemudian mayit itu terjatuh kembali dan mati.

Telah banyak hadits tentang larangan durhaka kepada kedua orang tua, di antaranya:

ما روى البخاري عن عبد الله بن عمر قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: {مِنَ الْكَبَائِرِ اْلإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّاسِ وَاْليَمِيْنُ الِغَمُوْسُ}
Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy dari Abdulloh bin Umar, ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau – bersabda: “Termasuk dosa besar adalah syirik kepada Allah, durhaka kepada dua orang tua, membunuh manusia, dan sumpah palsu.”

وفي الصحيحين عن عبد الله بن عمرو قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: {مِنَ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ} قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَهَلْ يَشْتُمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قال: {نَعَمْ يَسُبُّ الرَجُلَ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ}.
Dalam sahih Al-Bukhoriy dan Muslim diriwayatkan dari Abdulloh bin ‘Amr, ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau – bersabda: “Termasuk dosa besar adalah jika seseorang mencela kedua orang tuanya sendiri.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasululloh, apakah mungkin seseorang mencela kedua orang tuanya sendiri.” Rasululloh menjawab: “Ya. Seseorang mencela orang lain maka orang yang dicelanya itu menghina ayahnya dan menghina ibunya.”

وروى البيهقي عن ابن عباس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: {مَنْ أَصْبَحَ مُطِيْعًا للهِ فِي وَالِدَيْهِ أَصْبَحَ لَهُ بَابَانِ مَفْتُوْحَانِ مِنَ الْجَنَّةِ وَإِنْ كَانَ وَاحِدًا فَوَاحِدًا. وَمَنْ أَصْبَحَ عَاصِيًا للهِ فِي وَالِدَيْهِ أَصْبَحَ لَهُ بَابَانِ مَفْتُوْحَانِ مِنَ النَّارِ وَإِنْ كاَنَ وَاحِدًا فَوَاحِدًا. قاَلَ رَجُلٌ: وَإِنْ ظَلَمَاهُ؟ قَالَ: وَإِنْ ظَلَمَاهُ وَإِنْ ظَلَمَاهُ}
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bayhaqiy dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau – bersabda: “Barangsiapa pagi hari taat kepada Allah dengan cara berbakti kepada kedua orang tuanya, maka akan dibukakan untuknya dua pintu surga, jika taat kepada salah satunya maka dibukakan satu pintu. Dan barangsiapa yang pada pagi hari bermaksiat kepada Allah dengan cara durhaka kepada kedua orang tuanya, maka dibukakan baginya dua pintu neraka, jika durhaka kepada salah satunya maka dibukakan satu pintu.” Kemudian seseorang bertanya kepada beliau: “Walaupun kedua orang tuanya menzaliminya?” Rasululloh menjawab: “Walaupun keduanya menzaliminya. Walaupun kedunya menzaliminya. (beliau mengulanginya dua kali).”

وروى البيهقي عن أبي بكرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: {كُلُّ الذُّنُوْبِ يَغْفِرُ اللهُ مِنْهَا مَا شَاءَ إِلاَّ عُقُوْقَ الْوَالِدَيْنِ فَإِنَّهُ يُعَجِّلُ لِصَاحِبِهِ فِي الْحَيَاةِ قَبْلَ الْمَمَاتِ}
Al-Bayhaqiy meriwayatkan dari Abu Bakroh, ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau – bersabda: “Semua dosa Allah akan mengampuninya menurut kehendaknya kecuali dosa durhaka kepada kedua orang tua, maka sesungguhnya akan dipercepat balasannya bagi pelakunya di kehidupan dunia ini sebelum (ia menerima siksanya) di akhirat.”

Akibat anak durhaka

Al-Ishbahaniy dan yang lainnya meriwayatkan dan begitu juga Abul ‘Abbas Al-Ashomm pernah membawakan riwayat ini di hadapan para pengahafal hadits dan mereka semua tidak mengingkarinya: bahwasanya Al-‘Awamm bin Chawsyab berkata: “Suatu kali aku singgah di suatu kampung dan di dekat kampung itu ada pekuburan. Ketika setelah waktu asar terbelaahlah salah satu dari kubur itu lalu keluarlah dari kubur itu seorang laki-laki, kepalanya kepala keledai dan badannya badan manusia, lalu orang itu bersuara / berteriak tiga kali seperti suara keledai, kemudian kubur itu tertutup kembali. (Dan didekat tempat tinggal itu) aku melihat seorang wanita tua yang sedang menenun kain wol, maka berkatalah seorang wanita kepadaku: “Apakah engkau tahu siapa wanita tua itu? Aku bertanya: “Ada apa dengan wanita tua itu?”, wanita itu berkata: “Dia adalah ibu dari orang yang kau lihat di kubur tadi.” Aku bertanya: “Bagaimanakah kejadiannya?” Wanita itu berkata: “Orang laki-laki yang kau lihat tadi, ketika hidupnya ia selalu minum khomr (minuman keras). Ketika sore hari ibunya berkata kepada anaknya itu (yakn lelaki tersebut): “Wahai anakku, bertaqwalah / takutlah kepada Allah! Hingga kapan engkau meminum khomr itu?” maka anak laki-laki itu pun menjawab denganberkata: “Engkau – wahai ibu – berteriak-teriak seperti teriakan keledai.” Wanita itu melanjutkan ceritanya: “Maka matilah anaknya itu setelah asar, dan setiap setelah asar kuburnya itu terbelah setiap harinya dan ia pun berterial 3 kali teriakan, seperti teriakan keledai kemudian kuburnya tertutup kembali.” kita berlindung kepada Allah dari murkaNya.

Oleh karena itu harus menjaga diri dari sikap durhaka kepada kedua orang tua, dan bersungguh-sungguh dalam berbakti kepada keduanya, walaupun kedua orang tua itu musyrik / kafir. Sebagaimana Allah Yang Maha Tinggi berfirman: “Dan jika keduanya (yakni dua orang tua) menyuruhmu untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang mana engkau tak memiliki pengetahuan tentang itu, maka janganlah engkau metaati keduanya dan perlakukanlah keduanya di dunia dengan baik.”

وفي الصحيحين عن أسماء بنت أبي بكر قالت: قدمت عليّ أمي وهي مشركة في عهد قريش فقلت: يا رسول الله إن أمي قدمت علي وهي راغبة أفأصلها؟ قال: نعم صليها
Dalam kitab sahih Al-Bukhoriy dan Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Asma’ binti Abubakar, ia berkata: “Ibuku datang kepadaku sedangkan ketika itu ia masih musyrik (belum masuk Islam), pada masa kafi Quraisy , maka aku bertanya: “Ya Rasululloh sesungguhnya ibuku datang kepadaku sedangkan dia senang (datang kepadaku), apakah aku harus menyambung hubunganku dengannya (sedang dia musyrik / kafir)?” Beliau menjawab: “Ya, sambunglah (hubunganmu dengan) dia.”
.
Kemudian jika kedua orang tua telah meninggal dunia maka cara berbaktinya adalah dengan mendoakan keduanya dan memohonkan ampunan bagi mereka, dan semacamnya.
. روى أبو داود عن ابن أسيد الساعدي قال: بينما نحن عند رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ جاءه رجل من بني سلمة فقال: يا رسول الله هل بقي من بر أبوَيَّ شيء أبرهما بعد موتهما. قال: نعم الصلاة عليهما والاستغفار لهما وإنفاذ عهدهما من بعدهما وصلة الرحم التي لاتوصل إلا بهما وإكرام صديقهما
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ibnu Usaid As-Saa’idiy, ia berkata: “Ketika pada suatu kali kami berada bersama Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau – tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari Bani Salamah, orang itu bertanya: “Ya Rasululloh, apakah masih tersisa untukku suatu amalan yang dapat aku kerjakan sebagai baktiku kepada kedua orang tuaku setelah mereka berdua meninggal dunia.” Beliau menjaawa: “Ya, yaitu mendoakan keduanya, memintakan ampunan bagi keduanya, melaksanakan janji keduanya setelah wafat keduanya, dan menyambung silaturrahim (hubungan rahim) yang tak dapat terhubung kecuali melalui keduanya, serta memuliakan teman keduanya.”

Pokoknya ilmu dan ilmu yang aneh

Pokoknya Ilmu dan Ilmu yang Aneh

Diriwayatkan oleh Asy-Syekh Nashr As-Samarqondiy dalam kitabnya Tanbiihul Ghoofiliin dari Abdulloh bin Miswar Al-Hasyimiy, ia berkata: “Datang seorang laki-laki kepada Nabi – semoga salawat dan salam tetap atas beliau dan keluarga beliau – orang itu berkata: “Aku datang kepada anda dengan niat agar anda mengajarkanku ilmu yang asing / aneh.” Rasul bertanya: “Apa yang engkau perbaut dengan pokoknya ilmu?” orang itu berkata: “Apa pokoknya ilmu itu?” Rasul bertanya: “Apakah engkau kenal / tahu Tuhanmu Yang Maha Mulia.” Orang itu menjawab: “Ya.” Rasul bertanya lagi: “Lalu apa yang engkau perbuat dalam hak-Nya?” Orang itu berkata: “Apa yang dikehendaki oleh Allah.” Rasul bertanya: “Apakah engkau tahu kematian?” Orang itu menjawab: “Ya” Rasul bersabda: “Lalu apa yang engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab: “Apa yang dikehendaki oleh Allah.” Rasul bersabda: “Sekarang kembalilah perbaikilah / sempurnakanlah hal-hal tersebut lalu setelah itu datanglah ke sini, maka aku akan ajarkan engkau ilmu yang aneh-aneh.” Lalu pulanglah orang itu. Kemudian setelah beberapa tahun datanglah orang itu kepada Rasul – semoga salawat dan salam tetap atas beliau dan keluarga beliau – maka Rasul berkata: “Sekarang letakkanlah tanganmu di dadamu, maka apa yang engkau tidak senangi untuk dirimu sendiri janganlah engkau senangi itu terjadi / menimpa saudara muslimmu, dan apa saja yang engkau senangi untuk dirimu maka senangilah hal itu untuk saudara muslimmu. Ini termasuk di antara ilmu yang aneh / asing.”

Minggu, 20 Desember 2009

Asal-Usul Al Bin Yahya

keluarga bin Yahya adalah keturunan Al-Habib Yahya bin Hasan bin Ali Al-'Anaz bin Alwi bin Muhammad Mawladdawiilah bin Ali bin Alwi Alghoyyur bin AlFaqiihil Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Kholi’ Qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Muhaajir ilallooh Ahmad bin Isa bin Muhammad Annaqiib bin Ali Al-‘Uroydhi bin Ja’far Ash-Shoodiq bin Muhammad Al-baaqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Tholib dan putera Fathimah AzZahroo’ Al-Batuul binti Sayyidinar Rosuul Shollalloohu ‘alaihi wa ‘aalihi wa shochbihi wa sallam.
Keturunan Al-Habib Yahya ini ada di Masileh Hadramaut, diantaranya adalah Al-Imam Abdulloh bin Umar bin Abubakar bin Umar bin Toha bin Muhammad bin Syekh bin Ahmad bin Al-Habib Yahya yang tersebut diatas, Alhabib Abdulloh tsb lahir di Masileh tahun 1209 H dan wafat di sana tahun 1265 H, serta anak beliau bernama Umar bin Abdulloh wafat tahun 1277 H. keluarga Bin Yahya selain di hadramaut, juga di makkah, Gujarat, Delhi,
Tersebar pula keluarga bin Yahya di Jakarta di antarayang terkenal adalah Assayyid Agil bin Umar bin Yahya yg wafat pada 1242 H dan cucunya yaitu mufti Batavia Al-Habib Utsman bin Abdulloh bin Agil bin Yahya wafat di Betawi / Jakarta tahun 1332 H, anaknya: As-Sayyid Yahya bin Utsman bin Abdulloh bin Agil bin Yahya. Dan banyak anak dan saudara2nya.
dan tersebar pula keluarga bin Yahya di Surabaya, Pekalongan, Palembang, dan lain-lain, juga di India, diantaranya adalah: Al-Habib Al-Wali Abubakar bin Umar bin Yahya yang wafat di surabaya thun 1331H dimakamkan di Majannatul Arob (pekuburan Arab) di Pegirikan Surabaya, diantara anaknya: As-Sayyid Ali bin Abubakar bin Umar bin Yahya di Solo.
Diantaranya adalah: As-Sayyid Ahmad bin Umar bin Yahya dan anak-anaknya, dinatara anaknya adalah: di Singapura yaitu Abdulloh bin Ahmad bin Umar bin Yahya.
Diantaranya lagi adalah: Al-Allamah As-Sayyid Muhammad bin Agil bin bin Abdulloh bin Umar bin Abubakar bin Umar bin Toha bin Muhammad bin Syekh bin Ahmad bin Al-Habib Yahya tersebut, lahir di Masileh tahun 1279 H wafat di Hudaydah tahun 1350 H dan meninggalkan 15 orang anak.
Diantara keturunannya yang terkenal adalah pelukis termasyhur Raden Saleh nasabnya Solih bin Husain bin ‘Awadh bin Hasan bin ‘Awadh bin Idrus bin Muhammad bin Hasan bin Al-Habib Yahya. RAden Saleh memiliki saudara yaitu Ali, Alwi dan ‘Awadh. ‘Awadh ini masih memiliki keturunan di bebrapa daerah di Jawa tengah, Kebumen, Purworejo, ddan Jakarta.
Dikutip dari Khidmatul ‘Asyiiroh halaman 41.

Sabtu, 19 Desember 2009

Pernikahan Zaman Jahiliyah dalam hubungannya dengan kesucian nasab Rasululloh

Allah Yang Maha Tinggi berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ (التوبة: 128)
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari golongan kalian sendiri.”
Kata anfusikum dapat dibaca dengan dhommah huruf faa’-nya أَنْفُسِكُمْ yakni anfusikum yang arinya ‘dari golongan kalian’. Maknanya menurut para ahli tafsir: tidaklah satu pun dari kabilah yang ada dari kabilah2 arab kecuali ada hubungan nasab dengan Rasululloh. Tentang makna kata anfusikum adapula riwayat Al-Imam Ali – semoga Allah memuliakan wajahnya – bahwa Rasululloh – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – mengomentari kata-kata dalam ayat ini dengan sabda beliau: “termasuk golongan kalian, yakni dari nasaab / hubungan darah, keturunan, dan hubungan pernikahan, dan tiada satu pun dari ayah juga nenek moyangku hingga nabi Adam yang tercampur perzinahan (sifaach) semuanya lahir melalui proses pernikahan (yakni secara syar’iy).” Dan dapat pula dibaca dengan fatcah أَنْفَسِكُمْ (anfasikum) yang artinya: ‘dari yang terbaik di antara kalian’, ini lebih pantas untuk memuji Rasululloh.
Perlu diketahui bahwa nikah pada zaman jahiliyah itu ada 4 macam:
1. pernikahan seperti yang kita kenal sekarang.
2. seorang berkata kepada isterinya ketika sang isteri suci dari haidhnya: “Pergilah engkau kepada si fulan (biasanya adalah seorang yang tampan / bagus rupanya, dsb), dan kumpullah engkau dengannya (yakni jima’)”. Setelah itu suami yang pertama tadi tidak akan menyentuhnya sama sekali sampai jelas bahwa si isteri itu hamil dari laki-laki tersebut. Jika telah nyata hamil maka si laki-laki yang terakhir ini dapat memiliki isteri itu, jika ia mau. Ia melakukan hal itu hanya karea berharap anak yang bagus. Nikah semacam ini disebut dengan nikah Istibdhoo’ . 
3. berkumpul beberapa orang antara 1 hingga 9 orang lalu mereka mengumpuli seorang wanita yang sama. Jika wanita itu hamil lalu melahirkan maka dipanggillah semua laki-laki yang pernah mengumpulinya itu, lalu wanita itu meminta pertanggung jawaban dari salah seorang laki-laki di antara mereka yang paling dia sukai, dan ank itu menjadi anaknya. 
4. adalah yang paling hina yaitu kawinnya para pelacur, mereka memiliki bendera tersendiri di pintu rumahnya, maka datanglah setiap orang yang mau lalu ia mengumpuli wanita itu, jika ia hamil dan melahirkan maka ia pun memanggil seorang ahli qiyaafah (penelusur jejak) maka ahli itu memperhatikan anak yang lahir itu dan menasabkan anak itu kepada yang paling mirip diantara para laki-laki yang pernah mengumpulinya.
Setelah datang islam maka Rasul SAW mengahpus semua jenis pernikahan jahiliyah itu kecuali pernikahan syar’iy yg kita kenal sekarang. Riwayat ini diriwayatkan oleh Al-Imam AlBukhoriy dan Al-Imam Muslim, serta Al-Imam Abu Dawud, dari riwayat Abdulloh bin Zuber dari Siti Aisyah binti Abubakar Assiddiq, semoga Allah meridhoi mereka semua.
Sedangkan daliil tentang kesucian nasab Rasul dari pernikahan jahiliyah yang tidak syar’iy diatas, salah satunya adalah keterangan beliau sendiri, pada riwayat yang tersebut diatas. Juga ayat: وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِيْنَ (الشعراء: 219) artinya: dan perpindahanmu berada dalam (tulang sulbi dan rahim) orang-orang yang ahli sujud (Q.S Asy-Syu’aroo’: 219) kurang lebih itulah makna ayat ini menurut Ibnu Abbas.
Bahkan diriwayatkan dalam sahih Al-Bukhoriy dari Abu Huroyroh, ia berkata: “Rasululloh SAW bersabda: “Aku diutus oleh Allah (ke dunia ini) dari kurun / masa-masa terbaik bani Adam, dari suatu masa ke masa berikutnya hingga masa di aman aku diwujudkan pada masa itu (di alam dunia).” Dan diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Isa Atturmudziy, dari Watsilah bin Al-Asqo’, ia berkata: “Rasuulloh SAW bersabda: “Allah telah memilih Isma’il diantara anak-anak Ibrohim, lalu Allah pilih Bani Kinanah dari anak-anak / keturunan Isma’il, lalu Allah pilih Quraisy (nama aslinya: Fihr) dari antara anak-anak Kinanah, lalu Allah pilih Bani Hasyim diantara keturunan Quraisy, lalu Allah pilih aku dari antara Bani Hasyim.” Dalam riwayat lain ada tambahan: “maka aku adalah pilihan dari pilihan dari pilihan.”
Diriwayatkan oleh Al-Imam Ath-Thobariy dalam kitab tarikhnya dari Abdulloh bin Umar - semoga Allah meridhoi keduanya – bahwasanya Rasul SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah memilih Bani Adam diantara sekian banyak makhluk-Nya, lalu Allah memilih bangsa Arab dari antara Bani Adam, lalu Allah memilih Quraisy diantara bangsa Arab, lalu Allah memilih bani Hasyim diantara Quraisy, lalu Allah memilih aku diantara Bani Hasyim. Maka Aku adalah pilihan diantara pilihan. Ketahuilah barangsiapa yang mencintai bangsa Arab, mak aku cintai mereka karena kecintaan mereka itu. Dan barangsiapa yang membenci bangsa Arab mak aku membenci mereka karena kebencian mereka itu.”
اللهم صل على سيدنا محمد وآل سيدنا محمد.
Disarikan dari kitab Bahjatul Machaafil.

Jumat, 18 Desember 2009

bacaan yang diajurkan dibaca ketika 10 hari awal bulan dzulhijjah

دعوات تقرأ في أيام العشر الأولى من ذي الحجة
Doa yang dibaca pada 10 hari awal bulan Dzul Hijjah

Sebagian ulama menganjurkan untuk membaca dzikir ini untuk dibaca setiap hari 10 kali mulai dari tanggal 1 hingga 10 Dzul Hijjah, inilah dzikirnya:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ اللَّيَالِيْ وَالدُّهُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ اْلأَيَّاِم وَالشُّهُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَمْوَاجِ الْبُحُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَضْعَافِ اْلأُجُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الْقَطْرِ وَالْمَطَرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَوْرَاقِ الشَّجَرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الشَّعْرِ وَالْوَبَرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الرَّمْلِ وَالْحَجَرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الزَّهْرِ وَالثَّمَرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَنْفَاسِ الْبَشَرِ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ لَمْحِ الْعُيُوْنِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ مَا كَانَ وَمَا يَكُوْنُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ تَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ فِي اللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ فِي الصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الرِّيَاحِ فِي الْبَرَارِيْ وَالصُّخُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ خَلْقِهِ أَجْمَعِيْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Artinya: Tiada Tuhan selain Allah sebanyak / sepanjang malam-malam dan masa, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak hari-hari dan bulan-bulan, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak ombak di lautan, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak pelipat gandaan pahala-pahala, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak rintik-rintik hujan, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak dedaunan di pohon-pohon, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak rambut dan bulu, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak pasir dan batu, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak bunga dan buah, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak hembusan nafas manusia, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak kedipan mata, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, Tiada Tuhan selain Allah Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan, Tiada Tuhan selain Allah lebih baik dari segala yang mereka kumpulkan (dari harta benda), Tiada Tuhan selain Allah pada malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, Tiada Tuhan selain Allah pada waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak angin (yang bertiup) di gurun dan tanah berbatu, Tiada Tuhan selain Allah mulai hari ini hingga hari di mana ditiup sangkakala, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak seluruh makhluk-Nya, Tiada Tuhan selain Allah mulai hari ini hingga hari pembalasan.

Al’Allamah Al-Wanaa’iy – semoga Allah merahmatinya – berkata dalam salah satu karyanya: “Al-Imam Ath-Thobrooniy – semoga Allah merahmatinya – meriwayatkan dalam kitab haditsnya ‘Al-Mu’jamul Kabiir’ dari Nabi – semoga Allah selalu melimpahkan salawat dan salam atas beliau – bahwasanya beliau bersabda: “Barangsiapa membaca dalam sepuluh hari awal bulan Dzul Hijjah, setiap harinya 10 kali (inilah bacaan yang dimaksud):
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الدُّهُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَمْوَاجِ الْبُحُوْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ النَّبَاتِ وَالشَّجَرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ الْقَطْرِ وَالْمَطَرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ عَدَدَ لَمْحِ الْعُيُوْنِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ.
Artinya: Tiada Tuhan selain Allah sebanyak / sepanjang masa, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak ombak di lautan, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak tetumbuhan dan pepohonan, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak rintik-rintik hujan, Tiada Tuhan selain Allah sebanyak kedipan mata, Tiada Tuhan selain Allah lebih baik dari segala apa yang mereka kumpulkan (dari harta benda duniwi), Tiada Tuhan selain Allah mulai hari ini hingga hari ditiupnya sangkakala.
Maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan kemudian.”

Al-Allamah Asy-Syekh Al-Hath-thoob Al-Makkiy – semoga Allah merahmatinya dan memberi manfaat dengannya – berkata: “Dianjurkan untuk mengulang-ulang doa ini setiap hari mulai 1 Dzul Hijjah hingga tanggal 10 dengan tidak terikat bilangan tertentu:
اَللَّهُمَّ فَرَجَكَ الْقَرِيْبَ، اَللَّهُمَّ سَتْرَكَ الْحَصِيْنَ، اَللَّهُمَّ مَعْرُوْفَكَ الْقَدِيْمَ، اَللَّهُمَّ عَوَائِدَكَ الْحَسَنَةَ، اَللَّهُمَّ عَطَاءَكَ الْحَسَنَ الْجَمِيْلَ، يَا قَدِيْمَ اْلإِحْسَانِ، إِحْسَانَكَ الْقَدِيْمَ، يَا دَائِمَ الْمَعْرُوْفِ، مَعْرُوْفَكَ الدَّائِمِ.
Artinya: Ya Allah (aku memohon) kelapangan-Mu yang dekat, Ya Allah (berilah aku) penutupan-Mu yang kokoh, Ya Allah (aku mohon) kebaikan-Mu yang terdahulu, Ya Allah (berilah aku) kebajikan-Mu yang baik, Ya Allah (aku mohon) pemberian-Mu yang baik lagi indah, Ya Allah Yang Maha Terdahulu kebaikan-Nya, (aku mohon) kebaikan-Mu yang terdahulu, Ya Allah Yang Maha Langgeng kebaikannya, (berilah aku) kebaikan-Mu yang langgeng.

sedang Al-'Allaamah Asy-Syariif Maa-ul 'aynain menyebutkan dalam kitab Na'tul Bidaayaat wa Tawshiifun Nihaayaat: bahwasanya diantara yang memberi faedah dalam setahun adalah kalimat yang dianjurkan untuk diperbanyak ketika sepuluh hari pertama bulan Dzul Chijjah, ia berkata: "Aku diberikan kalimat-kalimat ini oleh guru kami - semoga Allah meridhoinya dan membuatnya ridho - dan aku mendapati dalam sebagian kitab bahwasanya Rasululloh mengajarkan kalimat-kalimat ini kepada sebagian sahabat-sahabat beliau yang khusus, inilah kalimatnya:
  حَسْبِيَ اللهُ وَكَفَى، سَمِعَ اللهُ لِمَنْ دَعَا، لَيْسَ وَرَاءَهُ مُنْتَهَى، مَنْ تَوَكَّلَ عَلَى اللهِ كُفِيَ، وَمَنِ اعْتَصَمَ بِاللهِ نَجَا.
Artinya: Cukuplah bagiku Allah Yang telah mencukupi, Allah mendengar kepada siapa saja yang berdoa, tiada di “baliknya” batasan, barangsiapa berserah-diri kepada Allah maka ia akan dicukupi, dan barangsiapa berpegang teguh kepada-Nya maka ia akan selamat.

doa berbakti kepada kedua orang tua dan doa orang tua untuk anak

دعاء بر الوالدين للشيخ محمد بن أحمد بن أبي الحب الحضرمي التريمي
Do’a Birrul Waalidain (berbakti kepada kedua orang tua)
Susunan Asy-Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Abil Hubb Al-Hadhromiy At-Tariimiy
Wafat pada 6 Dzul Hijjah tahun 611 H
بسم الله الرحمن الرحيم
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِشُكْرِ الْوَالِدَيْنِ وَاْلإِحْسَانِ إِلَيْهِمَا، وَحَثَّنَا عَلَى اغْتِنَامِ بِرِّهِمَا وَاصْطِنَاعِ الْمَعْرُوْفِ لَدَيْهِمَا. وَنَدَبَنَا إِلَى خَفْضِ الْجَنَاحِ لَدَيْهِمَا إِعْظَامًا وَإِكْبَارًا، وَوَصَّانَا بِالتَّرَحُّمِ عَلَيْهِمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا.
Segala puji bagi Allah Yang telah memerintahkan kami untuk berterimakasih kepada kedua orang tua dan berbuat baik kepada keduanya, dan mendorong kami untuk berbakti kepada keduanya dan berbuat kebaikan dihadapan keduanya. Dan telah menganjurkan kami untuk merendahkan diri dihadapan keduanya sebagai pemuliaan dan pengagungan, dan menyuruh kami untuk memohonka mereka rahmat / kasih sayang (dari Allah) sebagaimana keduanya merawat kami ketika kami masih kecil.
(اَللَّهُمَّ فَارْحَمْ وَالِدِيْنَا 3 ×) وَاغْفِرْلَهُمْ وَارْضَ عَنْهُمْ رِضًا تُحِلُّ بِهِ عَلَيْهِمْ جَوَامِعَ رِضْوَانِكَ، وَتُحِلُّهُمْ بِهِ دَارَ كَرَامَتِكَ وَأَمَانِكَ، وَمَوَاطِنَ عَفْوِكَ وَغُفْرَانِكَ، وَأدِرَّ بِهِ عَلَيْهِمْ لَطَائِفَ بِرِّكَ وَإِحْسَانِكَ.
(Ya Allah kasihilah kedua orang tua kami 3 x) dan ampunilah mereka serta ridhoilah mereka dengan keridhoan yang karenanya Engkau mencurahkan kepada mereka segala keridhoan-Mu, dan karenanya Engkau menempatkannya di tempat kemuliaan-Mu dan kebaikan-Mu (yakni surga).
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ مَغْفِرَةً جَامِعَةً تَمْحُوَ بِهَا سَالِفَ أَوْزَارِهِمْ وَسَيِّءَ إِصْرَارِهِمْ، وَارْحَمْهُمْ رَحْمَةً تُنِيْرُ لَهُمْ بِهَا الْمَضْجَعَ فِيْ نُشُوْرِهِمْ.
Ya Allah Ampunilah mereka dengan sebuah ampunan yang menyeluruh yang karennanya Engkau menghapus segala kesalahan mereka yang telah lalu, dan kejelekannya sering mereka lakukan, dan kasihilah mereka dengan rahmat yang karenanya Engkau menerangi kubur mereka.
اَللَّهُمَّ تَحَنَّنْ عَلَى ضَعْفِهِمْ كَمَا كَانُوْا عَلَى ضَعْفِنَا مُتَحَنِّنِيْنَ، وَارْحَمِ انْقِطَاعَهُمْ إِلَيْكَ كَمَا كَانُوْا لَنَا فِي حَالِ انْقِطَاعِنَا إِلَيْهِمْ رَاحِمِيْنَ, وَتَعَطَّفْ عَلَيْهِمْ كَمَا كَانُوْا عَلَيْنَا فِيْ حَالِ صِغَرِنَا مُتَعَطِّفِيْنَ.
Ya Allah kasihanilah kelemahan mereka sebagaimana mereka dahulu mengasihani kelemahan kami, dan kasihilah
اَللَّهُمَّ احْفَظْ لَهُمْ ذَلِكَ الْوُدَّ الَّذِيْ أَشْرَبْتَهُ قُُلُوْبَهُمْ، وَالْحَنَانَةَ الَّتِيْ مَلأْتَ بِهَا صُدُوْرَهُمْ، وَاللُّطْفَ الَّذِيْ شَغَلْتَ بِهِ جَوَارِحَهُمْ.
Ya Allah jagalah rasa cinta mereka yang mana Engkau telah menanamkannya dalam hati mereka, dan rasa kasihan yang mana Engkau telah penuhi hati mereka dengannya, dan kelembutan yang mana Engkau telah sibukkan anggota badan mereka dengannya.
وَاشْكُرْ لَهُمْ ذلِكَ الْجِهَادَ الَّذِيْ كَانُوْا فِيْنَا مُجَاهِدِيْنَ، وَلاَ تُضَيِّعْ لَهُمْ ذَلِكَ اْلاِجْتِهَادَ الَّذِيْ كَانُوْا فِيْنَا مُجْتَهِدِيْنَ، وَجَازِهِمْ عَلَى ذَلِكَ السَّعْيِ الَّذِيْ كَانُوْا فِيْنَا سَاعِيْنَ، وَالرَّعْيِ الَّذِيْ كَانُوْا لَنَا رَاعِيْنَ، أَفْضَلَ مَا جَزَيْتَ بِهِ السُّعَاةَ الْمُصْلِحِيْنَ، وَالرُّعَاةَ النَّاصِحِيْنَ.
Dan berikanlah tanda terimakasih / balasan bagi mereka atas kesungguhan-sungguhan yang mereka lakukan untuk kami, dan janganlah Engkau menyia-nyiakan usaha mereka yang telah mereka lakukan untuk kami, dan berilah ganjaran atas usaha yang telah mereka usahakan untuk kami, dan perhatian yang mereka curahkan kepada kami, dengan balasan yang paling utama yang Engkau berikan kepada orang-orang yang mengusahakan kebaikan, dan orang-orang yang mencurahkan perhatian dan nasihat.
اَللَّهُمَّ بِرَّهُمْ أَضْعَافَ مَا كَانُوْا يَبِرُّوْنَنَا، وَانْظُرْ إِلَيْهِمْ بِعَيْنِ الرَّحْمَةِ كَمَا كَانُوْا يَنْظُرُوْنَنَا.
Ya Allah berbuatlah baik kepada mereka lebih dari perbuatan baik mereka kepada kami, dan lihatlah mereka dengan pandangan kasih saying sebagaimana mereka dahulu memandang kami.
اَللَّهُمَّ هَبْ لَهُمْ مَا ضَيَّعُوْا مِنْ حَقِّ رُبُوْبِيَّتِكَ بِمَا اشْتَغَلُوْا فِي حَقِّ تَرْبِيَتِنَا، وَتَجَاوَزْ عَنْهُمْ مَا قَصَّرُوْا فِيْهِ مِنْ حَقِّ خِدْمَتِكَ بِمَا آثَرُوْنَا بِهِ فِيْ حَقِّ خِدْمَتِنَا، وَاعْفُ عَنْهُمْ مَا ارْتَكَبُوْا مِنَ الشُّبُهَاتِ مِنْ أَجْلِ مَا اكْتَسَبُوْا مِنْ أَجْلِنَا، وَلاَ تُؤَاخِذْهُمْ بِمَا دَعَتْهُمْ إِلَيْهِ الْحَمِيَّةُ مِنَ الْهَوَى لِمَا غَلَبَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مِنْ مَحَبَّتِنَا، وَتَحَمَّلْ عَنْهُمُ الظَّلاَمَاتِ الَّتِي ارْتَكَبُوْهَا فِيْمَا اجْتَرَحُوْا لَنَا وَسَعَوْا عَلَيْنَا، وَالْطُفْ بِهِمْ فِي مَضَاجِعِ الْبِلَى لُطْفًا يَزِيْدُ عَلَى لُطْفِهِمْ فِي أَيَّامِ حَيَاتِهِمْ بِنَا.
Ya Allah berilah bagi mereka apa hak-hak ketuhanan-Mu yang dahulu tidak mereka penuhi karena mereka sibuk merawat kami, dan ampunilah apa-apa yang mereka kurangi dari hak kebaktian kepada-Mu karena mereka lebih mengutamakan dalam melayani kami, dan maafkanlah apa yang mereka lakukan dari hal-hal syubhat karena mereka mencari nafkah untuk kami, dan janganlah Engkau siksa mereka karena apa yang mereka lakukan dengan dorongan kecintaan di hati mereka kepada kami, dan tanggunglah kezaliman / dosa-dosa yang mereka lakukan dalam usaha mereka untuk kami, dan berlembutlah terhadap mereka di alam kubur dengan kelembutan yang melebihi kelembutan mereka kepada kami ketika mereka masih hidup bersama kami.
اَللَّهُمَّ وَمَا هَدَيْتَنَا لَهُ مِنَ الطَّاعَاتِ، وَيَسَّرْتَهُ لَنَا مِنَ الْحَسَنَاتِ، وَوَفَّقْتَنَا لَهُ مِنَ الْقُرُبَاتِ، فَنَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ أَنْ تَجْعَلَ لَهُمْ مِنْهَا حَظًّا وَنَصِيْبًا، وَمَا اقْتَرَفْنَاهُ مِنَ السَّيِّئَاتِ، وَاكْتَسَبْنَاهُ مِنَ الْخَطِيْئَاتِ، وَتَحَمَّلْنَاهُ مِنَ التَّبِعَاتِ، فَلاَ تُلْحِقْهُمْ مِنَّا بِذَلِكَ حُوْبًا، وَلاَتَحْمِلْ عَلَيْهِمْ مِنْ ذُنُوْبِنَا ذَنُوْبًا.
Ya Allah ketaatan apapun yang Engkau tunjukkan kami untuk melakukannya, dan segala kebaikan yang Engkau mudahkan bagi kami, serta segala amal kedekatan kepada-Mu yang Engkau tolong kami untuk melaksanakannya. Maka kami mohon kepada-Mu Ya Allah agar Engkau jadikan dari semua amal kami itu bagian pahala bagi mereka. Dan segala kejelekan yang kami lakukan, dan kesalahan-kesalahan yang kami kerjakan, serta segala dosa yang kami tanggung, maka janganlah Engkau timpakan dosa kepada mereka karena semua itu, dan janganlah Engkau bebankan dosa itu atas mereka.
اَللَّهُمَّ كَمَا سَرَرْتَهُمْ بِنَا فِي الْحَيَاةِ فَسُرَّهُمْ بِنَا بَعْدَ الْوَفَاةِ. اَللَّهُمَّ وَلاَ تُبَلِّغْهُمْ مِنْ أَخْبَارِنَا مَا يَسُوْءُهُمْ، وَلاَ تُحَمِّلْهُمْ مِنْ أَوْزَارِنَا مَا يَنُوْءُهُمْ, وَلاَ تُخْزِهِمْ بِنَا فِي عَسْكَرِ اْلأَمْوَاتِ، بِمَا نُحْدِثُ مِنَ الْمُخْزِيَاتِ وَنَأْتِيْ مِنَ الْمُنْكَرَاتِ، وَسُرَّ أَرْوَاحَهُمْ بِأَعْمَالِنَا فِيْ مُلْتَقَى اْلأَرْوَاحِ، إِذَا سُرَّ أَهْلُ الصَّلاَحِ بِأَبْنَاءِ الصَّلاَحِ، وَلاَ تَقِفْهُمْ مِنَّا عَلَى مَوْقِفِ افْتِضَاحٍ، بِمَا نَجْتَرِحُ مِنْ سُوْءِ اْلاِجْتِرَاحِ.
Ya Allah sebagaimana Engkau buat mereka bangga dengan kami dalam kehidupan di dunia ini maka jadikanlah mereka bangga pula dengan kami setelah mereka wafat. Ya Allah janganlah Engkau sampaikan kepada mereka berita tentang kami yang membuat mereka sedih, dan janganlah Engkau bebankan kepada mereka dari dosa-dosa kami yang membuat mereka payah, dan janganlah Engkau hinakan mereka di (hadapan) barisan orang-orang yang telah mati karena kehinaan-kehinaan (kesalahan-kesalahan) yang kami buat, dan kemunkaran-kemunkaran yang kami lakukan. Jadikanlah mereka geembira dengan amal kami di tempat pertemuan para arwah, ketika para orang yang saleh bergembira karena anaknya yang saleh, dan janganlah Engkau jadikan mereka berdiri (di hadapan-Mu) dalam keadaan malu, karena dosa-dosa yang telah kami perbuat.
اَللَّهُمَّ وَمَا تَلَوْنَا مِنْ تِلاَوَةٍ فَزَكَّيْتَهَا، وَمَا صَلَّيْنَا مِنْ صَلاَةٍ فَتَقَبَّلْتَهَا، وَمَا تَصَدَّقْنَا مِنْ صَدَقَةٍ فَنَمَّيْتَهَا، وَمَا عَمِلْنَا مِنْ أَعْمَالٍ صَالِحَةٍ فَرَضِيْتَهَا, فَنَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ أَنْ تَجْعَلَ حَظَّهُمْ مِنْهَا أَكْبَرَ مِنْ حُظُوْظِنَا، وَقَسْمَهُمْ مِنَّا أَجْزَلَ مِنْ أَقْسَامِنَا، وَسَهْمَهُمْ مِنْ ثَوَابِهَا أَوْفَرَ مِنْ سِهَامِنَا، فَإِنَّكَ وَصَّيْتَنَا بِبِرِّهِمْ، وَنَدَبْتَنَا إِلَى شُكْرِهِمْ، فَأَنْتَ أَوْلَى بِالْبِرِّ مِنَ الْبَارِّيْنَ، وَأَحَقُّ بِالْوَصْلِ مِنَ الْمَأْمُوْرِيْنَ.
Ya Allah bacaan apa saja yang pernah aku baca lalu Engkau mensucikannya, dan segala salat yang pernah aku kerjakan lalu Engkau menerimanya, dan segala sedekah yang pernah aku sedekahkan lalu Engkau menggandakannya, dan amal apapun dari amal saleh yang pernah aku lakukan lalu Engkau meridhoinya; maka aku memohon kepada-Mu Ya Allah agar Engkau menjadikan bagian (pahala) mereka lebih besar dari bagian kami. Karena sesungguhnya Engkau telah menyuruh kami untuk berbakti (berbuat baik) kepada mereka, dan Engkau telah mendorong kami untuk berterima kasih kepada mereka, maka Engkau lebih utama untuk berbuat kebaikan dari pada segala makhluk yang berbuat kebaikan, dan lebih berhak untuk menyampaikan kebaikan dari pada semua makhluk yang Engkau perintahkan.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا لَهُمْ قُرَّةَ أَعْيُنٍ يَوْمَ يَقُوْمُ اْلأَشْهَادُ، وَأَسْمِعْهُمْ مِنَّا أَطْيَبَ النِّدَاءِ يَوْمَ التَّنَادِ، وَاجْعَلْهُمْ بِنَا مِنْ أَغْبَطِ اْلآبَاءِ بِاْلأَوْلاَدِ، حَتَّى تَجْمَعَنَا وَإِيَّاهُمْ وَالْمُسْلِمِيْنَ جَمِيْعًا فِي دَارِ كَرَامَتِكَ، وَمُسْتَقَرِّ رَحْمَتِكَ، وَمَحَلِّ أَوْلِيَائِكَ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ، وَحُسْنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا، ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفى بِاللهِ عَلِيْمًا.
Ya Allah jadikanlah kami penyejuk mata (hati) bagi mereka pada hari berdirinya para saksi (di hadapan pengadilan Allah), dan perdengarkanlah mereka panggilan yang terbaik pada hari kiamat, dan jadikanlah merela terhadap kami termasuk ayah-ayah yang paling bangga / gembira karena anaknya, hingga Engkau kumpulkan kami dan mereka serta seluruh kaum muslimin di rumah kemuliaan-Mu, dan tempat rahmat-Mu, serta tempat tinggal para kekasih-Mu (yakni surga), bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka dari golongan para Nabi, para shiddiq (orang-orang yang kuat / tinggi kualitas imannya), dan para orang saleh. Mereka itulah sebaik-baik teman, itulah keutamaan / karunia dari Allah, dan cukuplah Allah sebagai Tuhan Yang Maha Tahu.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
Maha Suci Tuhan-Mu – Tuhan Pemilik kemuliaan – dari apa yang mereka (orang-orang kafir) sifati, dan semoga salam / keselamatan tetap tercurah atas para rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan Penguasa sekalian alam. Semoga salawat dan salam yang melimpah tetap Allah karuniakan atas junjungan kita Nabi Muhammad, Nabi yang ummiy (tak pandai baca-tulis) dan atas keluarganya, serta para sahabatnya.

دعاء الوالدين لأولادهما
لبعض العلماء
Doa kedua orang tua untuk anak-anak mereka
yang disusun oleh sebagian para ulama

بسم الله الرحمن الرحيم
اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.
Segala puji bagi Allah dan salawat serta salam atas Rasululloh junjungan dan tuan kita Nabi Muhammad serta para keluarga dan sahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau.
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابِ.
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan keturunanku orang-orang yang medirikan salat, Ya Tuhan kami terimalah doaku. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku serta orang-orang mukmin, pada hari perhitungan amal.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.
Ya Tuhan kami berilah untuk kami pasangan-pasangan dan keturunan yang menjadi penyejuk hati kami dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.
رَبِّ أَوْزِعْنِيْ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْ أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَتِيْ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
Ya Tuhanku bantulah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang Engkau berikan atasku dan atas kedua orang tuaku dan perbaikilah untukku keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri).
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْ أَوْلاَدِيْ وَاحْفَظْهُمْ وَلاَ تَضُرَّهُمْ وَوَفِّقْهُمْ لِطَاعَتِكَ وَارْزُقْنِيْ بِرَّهُمْ وَاجْعَلْهُمْ قُرَّةَ عَيْنٍ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَلِوَالِدَيْهِمْ.
Ya Allah berkahilah untukku anak-anakku dan jagalah mereka, janganlah mereka dibawa kepada mara bahaya. Dan tolonglah mereka untuk selalu taat kepada-Mu, dan rezqikanlah aku kebaktian mereka, dan jadikanlah mereka penyejuk hati bagi Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dan juga (penyejuk hati) bagi orang tua mereka.
اَللَّهُمَّ فَقِّهْهُمْ فِي الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُمُ التَّأْوِيْلَ وَاهْدِهِمْ إِلَى سَوَاءِ السَّبِيْلِ.
Ya Allah pandaikanlah mereka dalam masalah agama, dan ajarkanlah mereka ta’wil / tafsir (Al-Qur’an) tunjukilah mereka kepada jalan yang lurus / benar.
اَللَّهُمَّ أَنْبِتْهُمْ نَبَاتًا حَسَنًا وَاجْعَلْهُمْ هَادِيْنَ مُهْتَدِيْنَ وَاجْعَلْهُمْ مِنَ الْعُلَمَاءِ الرَّاسِخِيْنَ فِيْ الْعِلْمِ الْعَامِلِيْنَ وَأَوْلِيَاءِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ya Allah tumbuhkanlah mereka dengan pertumbuhan yang baik dan jadikanlah mereka orang-orang yang memberi petunjuk, dan ditunjuki, jadikanlah mereka golongan para ulama yang mendalam ilmunya serta mengamalkannya, dan termasuk golongan para wali (kekasih Allah) yang saleh.
اَللَّهُمَّ ارْضَ عَلَيْهِمْ وَأَعِنْهُمْ وَوَفِّقْهُمْ لِمَحَابِّكَ وَطَاعَتِكَ وَمَرْضَاتِكَ وَعَلِّمْهُمْ مَا يَنْفَعُهُمْ وَانْفَعْهُمْ بِمَا عَلَّمْتَهُمْ.
Ya Allah sudilah Engkau ridho atas mereka, dan tolonglah mereka untuk mencintai-Mu, taat kepada-Mu, dan kepada hal-hal yang membuat-Mu ridho, dan ajarkanlah mereka segala yang bermanfaat untuk mereka, dan berilah mereka manfaat dalam segala ilmu yang Engkau ajarkan kepada mereka.
اَللَّهُمَّ سَهِّلْ أُمُوْرَهُمْ وَأَصْلِحْ أَحْوَالَهُمْ وَأَعْمَالَهُمْ وَنِيَّاتَهُمْ.
Ya Allah mudahkan urusan mereka, perbaikilah keadaan mereka, amal-amal mereka dan niat-niat mereka.
اَللَّهُمَّ أَحْيِهِمْ حَيَاةً طَيِّبَةً فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ.
Ya Allah hidupkanlah mereka dalam kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat.
اَللَّهُمَّ احْفَظْهُمْ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَمِنَ اْلأَذَى وَمِنْ كُلِّ سُوْءٍ.
Ya Allah jagalah mereka dari fitnah (cobaan), baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan jagalah dari segala gangguan, dan dari segala kejelekan.
اَللَّهُمَّ سَلِّمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ.
Ya Allah selamatkanlah mereka, berilah mereka kesehatan, dan maafkanlah mereka.
اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.
Ya Allah tolonglah mereka untuk mengingat-Mu, dan bersyukur kepada-Mu, serta beribadah dengan baik kepada-Mu.
اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَهُمْ فِي اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَأَجِرْهُمْ مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ.
Ya Allah perbaikilah akhir dari setiap urusan mereka, dan selamatkanlah mereka dari kehinaan dunia dan azab akhirat.
اَللَّهُمَّ مَتِّعْهُمْ بِأَسْمَاعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَقُوَّتِهِمْ فِي سَبِيْلِكَ وَاجْعَلْ هَوَاهُمْ تَبَعًا لِمَا جَاءَ بِهِ حَبِيْبُكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Ya Allah senangkanlah mereka dengan pendengaran mereka, penglihatan mereka dan kekuatan mereka dalam jalan-Mu, dan jadikanlah hawa nafsu mereka mengikuti ajaran yang dibawa oleh kekasih-Mu, Nabi Muhammad – semoga Allah selalu melimpahkan salawat dan salam –
اَللَّهُمَّ أَطِلْ أَعْمَارَهُمْ فِي طَاعَتِكَ وَمَرْضَاتِكَ وَتَقَبَّلْ مِنْهُمْ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَبِاْلإِجَابَةِ جَدِيْرٌ.
Ya Allah panjangkanlah usia mereka dalam ketaatan kepada-Mu, dan ridho-Mu, dan terimalah dari mereka (segala amal mereka), sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Engkaulah Yang Paling layak menerima doa.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Dan semoga Allah selalu melipahkan salawat atas junjangan kita Nabi Muhammad, nabi yang ummiy (yang tak pandai baca-tulis) dan atas keluarga serta sahabat beliau. Maha Suci Tuhan-Mu – Tuhan Pemilik kemuliaan – dari apa yang mereka (orang-orang kafir) sifati, dan semoga salam / keselamatan tetap tercurah atas para rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan Penguasa sekalian alam.

doa perlindungan yang diajarkan oleh Jibril kepada Rasululloh SAW

Bacaan yang diajarkan oleh Jibril kepada Rasululloh – semoga Allah selalu melimpahkan salawat dan salam atas beliau berdua – ketika perjalanan Isro’

Diriwayatkan bahwa ketika ditengah perjalanan Isro’ dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsho Rasululloh Muhammad – semoga Allah selalu melimpahkan salawat dan salam atas beliau – melihat permisalan dan penglihatan-penglihatan. Diantaranya: beliau melihat sesosok jin ifrit yang membawa obor dan mengikuti beliau dari belakang. Setiap kali beliau menoleh maka beliau mendapati ifrit itu selalu ada dibelakang beliau. Kemudian Jibril berkata: “Ya Muhammad, apakah engkau mau aku ajarkan beberapa kalimat yang mana jika engkau baca maka binasalah ifrit itu?” Rasululloh menjawab: “Ya.” Lalu Jibril mengajarkan kalimat ta’awwudz (perlindungan) dibawah ini dan kemudian kalimat itu dibaca oleh Rasululloh. Maka seketika itu juga ifrit tersebut jatuh tersungkur dan obor / api yang dibawanya pun mati dan dia pun binasa. Inilah kalimatnya:
أَعُوْذُ بِوَجْهِ اللهِ الْكَرِيْمِ وَ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ الَّتِيْ لاَ يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَ لاَ فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيْهَا وّمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فِي اْلأَرْضِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمِنْ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمِنْ طَوَارِقِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِلاَّ طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمنُ.
Artinya: Aku berlindung kepada dzat Allah Yang Maha Mulia dan dengan kalimat-kalimatnya yang sempurna yang tak dapat dilewati baik oleh orang salih maupun orang jahat, dari kejelekan segala yang turun dari langit (dari pada bala bencana), dan dari kejelekan segala yang naik ke langit (dari perbuatan maksiat dan dosa), dan dari kejelekan segala yang tercipta di muka bumi (baik manusia atau hewan atau yang lainnya) dan dari kejelekan segala yang keluar dari dalam bumi (baik berupa serangga, kalajengking, ular dan sebagainya), dan dari segala fitnah (ujian / cobaan) malam dan siang, dan dari segala kejadian yang datang tiba-tiba di waktu malam dan siang kecuali kejadian yang membawa kebaikan, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.

Kamis, 17 Desember 2009

sejarah penetapan awal tahun hijriyyah

Perlu diketahui bahwa orang arab telah mengenal penaggalan system lunar (mengikuti peredaran bulan). Mereka telah memberi nama pada bulan-bulan yang terdiri dari 12 bulan yakni: Muharrom, Shofar, Robii’ul Awwal, Robii’ul Akhiir, Jummadil Uulaa, Jumaadits Tsaaniyah, Rojab, Sya’ban Romadhon, Syawwal, Dzul Qo’idah, dan Dzul Chijjah. Namun mereka belum memiliki hitungan tahun yang baku. Mereka menandai peristiwa / tahun hanya denga peristiwa-peristiwa penting. Sedangkan yang aakan dibicarakan di sini – secara bahasa awam – penetapan adalah penetapan tahun satu yang menjadi tonggak penanggalan Islam.
Ath-Thobariy dalam tarikhnya yang tersohor berkata: “Telah mengabari aku Ibnu Abi Sabroh dari Utsman bin Ubaidillah bin Abi Roofi’ dari Ibnul Musayyab, ia berkata: “Yang pertama menetapkan penanggalan hijriyyah adalah Sayyidina Umar bin Al-Khoth-thoob – semoga Allah meridhoinya – setelah kurang lebih dua setengah tahun dari kekhalifahannya, yatu pada tahun ke16 dari hijrah dengan usul dari Al-Imam Ali bin Abi Thoolib – semoga Allah memuliakan wajahnya.” Begitu juga yang diceritakan oleh riwayat Ibnu Abbas. Sedangkan Ibnu Katsir dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah-nya menjelaskan sebab ditetapkannya yaitu diriwayatkan bahwa ada laporan dari rakyat kepada Khalifah Umar atas sebuah surat yang tertulis bahwa hutang A kepada si B jatuh tempo pada bulan Sya’ban, maka berkatalah Umar: “Sya’ban yang mana, apakah pada tahun ini ataukah tahun sebelumnya, ataukah tahun depan?” [karena belum ada penanggalan Islam, sehingga surat itu dibuat tanpa angka tahun] maka orang-orang pun meminta ia untuk meletakkan system penanggalan / tahun penggalan, supaya mereka mengetahui kapankan hutang mereka jatuh tempo. Lalu terjadilah musyawarah. Bermacam-macamlah usul orang untuk menetapkan awal penanggalan. Ada yang berpendapat: hendaknya dibuat menurut tanggal kematian raja / pemimpin seperti yang dilakukan oleh orang Persia. Namun mereka tidak menyetujuinya. Ada yang mengusulkan memakai tahun orang romawi sejak zaman Alexander Agung. Mereka pun banyak yang tak setuju sebab terlalu lama / kuno. Lalu ada pula yang mengusulkan agar tahun pertama dimulai dari kelahiran Rasulillah – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – ada pula yang mengusulkan agar dimulai dari diutusnya Baginda Rasul menjadi seorang nabi. Lalu Al-Imam Ali mengusulkan agar dimulai dari Hijrahnya beliau SAW dari Makkah – tempat tinggal kaum Musyrikin pada saat itu – dimulai dari muharramnya. Maka sepakatlah Sayyidina Umar dan para hadirin dengan usulan itu sebab orang-orang arab jahiliyah telah mengena Muharram sebagai bulan pertama. Walloohu A’lam.

Amalan bulan Muharrom

Ini doa yang diajarkan Nabi Khidir AS kepada Al-Imam Al-Ghozzali R.A di Masjidil harom untuk dibaca pada awal tahun baru hijriyyah, setelah salat sunnah dua rakaat. Inilah doanya:
بسم الله الرحمن الرحيم
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِكَ أَنْ تُصَلِّيَ وَتُسَلِّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى سَائِرِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى آلِهِمْ وَصَحْبِهِمْ أَجْمَعِيْنَ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي مَا مَضَى وَتَحْفَظَنِيْ فِيْمَا بَقِيَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ هَذِهِ سَنَةٌ جَدِيْدَةٌ مُقْبِلَةٌ، لَمْ أَعْمَلْ فِي ابْتِدَائِهَا عَمَلاً يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى غَيْرَ تَضَرُّعِيْ إِلَيْكَ، فَأَسْأَلُكَ أَنْ تُوَفِّقَنِيْ إِلَيْكَ لِمَا يُرْضِيْكَ عَنِّي مِنَ الْقِيَامِ لِمَا لَكَ عَلَيَّ مِنْ طَاعَتِكَ، وَأَلْزِمْنِي اْلإِخْلاَصَ فِيْهِ لِوَجْهِكَ الْكَرِيْمِ فِي عِبَادَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ إِتْمَامَ ذَلِكَ بِفَضْلِكَ وَرَحْمَتِكَ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ السَّنَةِ الْمُقْبِلَةِ يُمْنَهَا وَيُسْرَهَا وَأَمْنَهَا وَسَلاَمَتَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شُرُوْرِهَا وَصُدُوْدِهَا وَعُسْرِهَا وَخَوْفِهَا وَهَلَكَتِهَا. وَأَرْغَبُ إِلَيْكَ أَنْ تَحْفَظَ عَلَيَّ فِيْهَا دِيْنِي الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِيْ، وَدُنْيَايَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشِيْ، وَتُوَفِّقَنِيْ فِيْهَا إِلَى مَا يُرْضِيْكَ عَنِّي فِي مَعَادِيْ، يَا أَكْرَمَ اْلأَكْرَمِيْنَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. دَعْوَاهُمْ فِيْهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلاَمٌ، وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Ya Allah aku mohon kepada-Mu dengan (kemuliaan Dzat)Mu agar Engkau senantiasa mengaruniakan salawat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan seluruh para nabi dan rasul serta keluarga mereka dan para sahabat mereka semuanya. Dan agar Engkau mengampuniku atas dosa yang telah lalu dan memeliharaku (dari kejelekan dan kemaksiatan) pada yang tersisa dari umurku, wahai Yang Maha Penyayang diantara para penyayang. Ya Allah inilah tahun baru telah datang dan aku tidak mengerjakan amal apapun dalam permulaan tahun ini kecuali tadhorru’ku kepadaMu, maka aku mohon kepadaMu agar Engkau memberiku pertolongan untuk melaksanakan segala yang membuatMu ridho kepadaku, berupa kewajiban ku untuk taat kepadaMu, dan tetapkanlah dalam diriku ikhlas untuk mencari ridhoMu dalam menyembahMu. Ya Allah aku memohon kepadaMu kebaikan tahun yang akan datang ini baik keberkahannya, kemudahannya, keamanannya, dan keselamatannya. Dan aku berlindung kepadaMu dari kejelekan tahun ini, penyimpangan / halangan2nya, kesulitannya, ketakutannya, kebinasaannya. Dan aku berharap kepadaMu agar Engkau dalam tahun ini menjagaku menjaga agamaku yang mana itulah peganganku, menjaga duniaku yang mana disitu aku hidup sekarang, dan semoga Engkau sudi menolongku untuk melaksanakan segala yang membuatMu ridho kepadaku di akhirat kelak, wahai Yang Maha Dermawan diantara para dermawan, Wahai Yang Maha Penyayang diantara pera penyayang. Dan semoga salalwat serta salam tetap dilimpahkan oleh Allah Yang Maha Tinggi kepada junjungan kita Nabi Muhammad dan atas seluruh keluarga dan para sahabat beliau. Doa mereka di dalam surga adalah Subchaanakalloohumma [Maha Suci Engkau Ya Tuhanku] dan salam menghormatan mereka di dalamnya adalah: Salaam [semoga keselmatan tetap atasmu], dan akhir doa mereka adalah: Alchamdulillaahi robbil ‘aalamiin [segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam].
Adapun doa dibawah ini dianjurkan oleh para ulama untuk dibaca 3 kali setiap hari mulai dari tanggal 1 Muharram hingga tanggal 10 Muharram. Ini lah doanya:
بسم الله الرحمن الرحيم
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اَللَّهُمَّ إِنَّكَ قَدِيْمٌ وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، وَسَنَةٌ جَدِيْدَةٌ قَدْ أَقْبَلَتْ نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَنَسْتَكْفِيْكَ فَوَاتَهَا وَشُغْلَهَا، فَارْزُقْنَا الْعِصْمَةَ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، اَللَّهُمَّ إِنَّكَ سَلَّطْتَ عَلَيْنَا عَدُوًّا بَصِيْرًا بِعُيُوْبِنَا مُطَّلِعًا عَلَى عَوْرَاتِنَا، مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْنَا وَمِنْ خَلْفِنَا، وَعَنْ أَيْمَانِنَا وَشَمَائِلِنَا، يَرَانَا هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ نَرَاهُمْ، اَللَّهُمَّ آيِسْهُ مِنَّا كَمَا آيَسْتَهُ مِنْ رَحْمَتِكَ، وَقَنِّطْهُ مِنَّا كَمَا قَنَّطْتَهُ مِنْ عَفْوِكَ، وَبَاعِدْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُ كَمَا حُلْتَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَغْفِرَتِكَ، إِنَّكَ قَادِرٌ عَلَى ذَلِكَ، وَأَنْتَ تَفْعَلُ لِمَا تُرِيْدُ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji baagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam atas junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabat beliau. Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Maha Terdahulu, dan ini adalah tahun baru yang teha datang menjelang, kami mohon kepadaMu kebaikan tahun ini, dan kami berlindung kepadaMu dari kejelekannya, dan aku memohon agar Engkau mencukupkan kami dari meluputkan / melewatkan waktu di tahun ini dan sibuk (dari mengingatMu) di tahun ini. maka rezqikanlah kami perlindungan dari setan yang terkutuk. Ya Allah sesungguhnya Engkau telah menguasakan atas kami suatu musuh (yakni setan) yang melihat aib / cela kami, mengathyi aurat kami, baik dari hadapan kami dan belakang kami maupun dari sebelah kanan dan kiri kami. Dia (setan) dan bala tentaranya melihat kami dan sebaliknya kami tidak melihat mereka. Ya Allah buatlah dia putus asa terhadap kami (untuk menggoda kami) sebagaimana Engkau telah membuat putus asa dia dari rahmatMu. Dan jauhkanlah antara kami dengan dia sebagaimana Engkau menghalangi antara dia dengan ampunanMu, sebab sesungguhnya Engkau Maha Mampu untuk berbuat hal itu dan Engkau Maha Memperbuat apa yang Engkau kehendaki. Dan semoga salawat dan salam tetap dilimpahkan oleh Allah Yang Maha Tinggi atas junjungan kita Nabi Muhammad dan atas sekuruh keluarga dan para sahabat beliau.

Rabu, 16 Desember 2009

Seputar Keutamaan Bulan Muharram dan hari ‘Asyuuro’ (tanggal sepuluh Muharram)

Perlu diketahui bahwa diantara 12 bulan hijriyyah ada 4 bulan harom (bulan yang sangat dimuliakan selain Romadhom tentunya), yaitu: Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram,dan Rojab.
Diriwayatkan oleh Sayyidi As-Syekh Abdulqodir Al-Jaylaani Alhasani dari Abu Nashr dari ayahnya dengan sanadnya yang bersambung kepaada Mujahid dari Ibnu Abbas – semoga Allah meridhoi keduanya – ia berkata: Rasululloh SAW bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa satu hari bulan Muharram maka sama dengan puasa 30 hari.” Diriwayatkan oleh maymun bin Mahron dari Ibn Abbas pula ia berkata: Rasululloh SAW bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa di hari Asyuro Allah akan memberikannya pahala 10.000 malaikat, dan barangsiapa yang berpuasa dibulan Asyuro’ Allah berikan ia pahala 10.000 orang yang mati syahid, dan pahala 10.000 orang yang berhajji dan umroh. Barangsiapa yang membelai rambut / kepala anak yatim pada hari Asyuro maka Allah akan mengangkat baginya untuk setiaap helai rambut itu satu derajat di surga. Dan barangsiapa yang memberi buka puasa pada hari asyuro’ maka sama dengan memberi buka puasa kepada seluruh ummat Muhammad SAW dan mengenyangkan mereka.”
Dari Al-Imam Ali karromalloohu wajhah berkata: Rasululloh SAW bersabda: “Dalam bulan Allah Muharram ini Dia menerima banyak taubat dari hamba-hamba-Nya.” Diriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata: Rasululloh SAW bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa pada hari terakhir ulan Dzulhijjah dan awal hari bulan Muharram maka ia telah menutup taun yang lalu dengan puasa dan membukan taun baru dengan puasa, dan bginya pahala orang yang berpuasa 50 tahun.”
Menurut riwayat Siti Aisyah – semoga Allah meridhoinya dan meridhoi seluruh sahabat Rasululloh – puasa Asyuro’ telah dilakukan oleh Rasululloh dan juga oleh orang-orang quraisy sejak lama, pada masa jahiliyah, lalu setelah diwajibkan puasa Romadhon, siapa yang ingin maka ia mempuasainya dan yang tidak pun boleh meninggalkannya. Adapun menurut riwayat Ibnu Abbas, ketika Rasul di Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyuro, mereka mendasarkannya pada keselamatan Nabi Musa dari fir’aun, dan tenggelamnya fir’aun pada hari Asyuro’.
Dinamakan Asyuro’ dari kata asyroh berarti sepuluh karena hari itu hari ke sepuluh dari bulan Muharrom, inilah pendapat yang paling kuat. Adapula yang mengatakan bahwa dinamakan demikian karena keutamaannya adalah keutamaan yang kesepuluh diantara sepuluh keutamaan yang Allah berikan kepada umat Muhammad ini, yaitu: 1. bulan Rojab 2.bulan Sya’ban 3. bulan Romadhon 4. laiatul qodr 5. hari idul fithri 6. sepuluh hari awal bulah Dzulhijjah 7. hari Arofah 8. hari Idul Ad-ha 9. hari jum’at 10. hari Asyuuro’. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa dinamakan Asyuro’ karena Allah memuliakan pada hari itu 10 Nabi, yaitu: 1. diterima taubatnya Nabi Adam 2. Diangkatnya Nabi Idris kelangit keempat 3. berlabuhnya kapal Nabi Nuh setelah banjir besar 4. lahirnya Nabi Ibrohim, doselamatkannya dari raja namrudz, diangkatnya beliau sebagai Khalilulloh (orang yang sangat dekaat denga Allah) 5. Allah menerima tabatnya Nabi Dawud 6. Allah kembalikan kekuasaan / kerajaan Nabi Sulaiman 6. kesembuhan Nabi Ayyub 7. diselamatkannya Nabi Musa dan ditenggelamkannya fir’aun 8. dikeluarkannya Nabi Yunus dari perut ikan 8. diangkatnya Nabi Isa ke langit 9. dilahirkannya Nabi kita Muhammad (menurut salah satu pendapat) semoga salawat dan salam tetap atas beliau dan atas mereka, para nabi yang tersebut dan seluruh para nabi dan rasul Allah. dalam riwayat Ibnu Abbas dikatakan bahwa karena Rasul mengetahui bahwa hari itu adalah puasanya orang Yahudi dan beliau senang untuk menyalahi kebiasaan Yahudi maka beliau memerintahkan pada tahun depan agar berpuasa juga pada hari ke 9 Muharram & ke 10 agar tidak menyamai mereka. Namun pada tahun berikutnya beliau wafat sebelum mempuasainya. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad bin Hanbal: bahwa Habiibuna Muhammad SAW memerintahkan agar tidak menyamai Yahudi dalam puasa Asyuro’, puasalah sehar sebelumnya (tgl 9) atau sehari sesudahnya (tgl 11). Wallu a’lam. Selamat Tahun baru hiijriyyah 1431, smoga Allah menjadikan kita semua pengikut setia dan kekasih Nabi SAW, menutup taun ini dengan kebaikan dan ampunan atas dosa selama setahun alalu dan membukanya dengan kebaikan pula dan kekuatan utk mengisi taun depan dengan segala ketaatan amin. Yaa Akromal akromiin, wa Yaa Ajwadaal ajwadiin Wa Yaa Arhamar roochimiin. Amin [di sarikan dari kitab Al-Ghunyah karya Yang Mulia Sayyidi Asy-Syekh Abdulqodir Al-Jaylaani]

Senin, 14 Desember 2009

doa alhabib syekh bafaqih botoputih surabaya

دعاء الحبيب شيخ بن أحمد بن عبد الله بافقيه
Doa Al-Habib Syekh bin Ahmad bin Abdullah Bafaqiih Botoputih Surabaya
(dibaca kapan saja dimana saja, untuk hajat apa saja, terutama untuk mahabbah umum maupun khusus, dan dibaca pula untuk menghadapi orang yang ia takuti atau yang ia butuhkan pertolongannya)
بسم الله الرحمن الرحيم
بِسْمِ اللهِ طَرِيْقِيِ، اَلرَّحْمنُ رَفِيْقِيْ، اَلرَّحِيْمُ يَحْرُسُنِيْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يَلْمِسُنِيْ، آيَةُ الْكُرْسِيْ تُرْسِيْ، سَيْفِيْ حَسْبِيَ اللهُ, تَحَصَّنْتُ بِيَس، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، فَعْشَيْلُ شُلُوْخِيَا أَشْلِخُوْطَا شَلْخُوْطَا، وَخَشَعَتِ اْلأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلاَ تَسْمَعُ إِلاَّ هَمْسًا، ياَ طَيْطَوَالُ، اُحْجُبْ عَنِّيْ شَرَّ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ بِحُرْمَةِ مَنْ يَقُوْلُ لِلشَّيْءِ كُنْ فَيَكُوْن،ُ بِسِرِّ سِرِّكَ الْمَصُوْنِ، وَعِلْمِكَ الْمَكْنُوْنِ، وَمَا فِي حُكْمِكَ الْمَخْزُوْنِ عَنِ الْعُيُوْنِ، سَخِّرْ لِيْ قُلُوْبَ مَنْ رَآنِيْ (سَخِّرْ لِيْ قَلْبَ فُلاَنَةٍ بِنْتِ فُلاَنَةٍ / فُلاَنٍ بْنِ فُلاَنَةٍ) عَلَى مَحَبَّتِيْ وَمَوَدَّتِيْ وَعَوَاطِفِيْ وطَاعَتِيْ وَكُلَّ حَاجَتِيْ، يَا مَنْ لاَ يُعْجِزُهُ شَيْءٌ سَخِّرْ لِيْ كُلَّ شَيْءٍ، أَقْسَمْتُ عَلَيْكُمْ بِمَا دَعَا اللهُ بِهِ عَلَى السَّمَوَاتِ وَاْلأَرَضِيْنَ فَقَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِيْنَ، وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Artinya: Dengan nama Allah (Bismillaah) adalah jalanku, ArRohman (Yang Maha Penyayang) adalah selalu menyertaiku, Ar-Rochiim selalu menjagaku dari segala sesuatu yang menyentuhku / menggangguku, Ayatul Kursiy adalah tameng / perisaiku, pedangku adalah chasbiyallooh (cukuplah Allah bagiku), aku memohon perlindungan dengan berkat surat Yaa Siin, aku bertawakkal kepada Allah, Wahai Fa’Syail, Syuluukhiyaa, Asylikhuutho, Syalkhuuthoo , dan tenanglah segala suara dihadapan Allah maka engkau tak akan mendengar kecuali suara-suara sangat halus, wahai Yang Maha Berkuasa, lindungilah aku dari kejelekan jin dan manusia, dengan kehormatan Engkau Yang Berkata: Kun! (jadilah!), maka jadi, dengan rahasia dari segala rahasia-Mu, dan dengan berkat ilmu-Mu yang tersembunyi, dan dengan segala apa yang berada dalam kekuasan / hukum-Mu yang tersimpan rapi dari segala pandangan mata, tundukkanlah untukku (dengan berkat itu semua) [hati setiap orang yang melihatku] [hati fulanah binti fulanah / fulan binti fulan] agar cinta kepadaku, senang kepadaku dan kasihan kepadaku serta taat kepadaku, dan tundukkanlah untukku segala hajatku. Wahai Dzat Yang Tak seorang / sesuatupun dapat melemahkan-Nya / memayahkan-Nya, tundukkanlah untukku segala sesuatu. Aku bersumpah atas kalian dengan isim yang Allah gunakan untuk memanggil tujuh lapis langit dan bumi maka keduanya berkata: “Kami datang dengan taat.”. dan sungguh itu merupakan sebuah sumpah yang agung seandainya kalian mengetahui. Dan semoga salawat dan salam tetap Allah limpahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabat beliau.
Keterangan: setelah membaca wirid ini diharapakan membacakan Al-Fatichah untuk penyusun wirid ini sebagai beriku: 
اَلْفَاتِحَةَ إِلَى رُوْحِِ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ وَإِلَى أَرْوَاحِ إِخْوَانِهِ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَ آلِهِمْ وَأَصْحَابِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ أَجْمَعِيْنَ وَجَمِيْعِ اْلأَوْلِيَاءِ وَالْعُلَمَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ أَيْنَمَا كَانُوْا وَحَلَّتْ أَرْوَاحُهُمْ مِنْ مَشَارِقِ اْلأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا خُصُوْصًا إِلَى أَرْوَاحِ مَشَائِخِنَا فِي الدِّيْنِ ثُمَّ خُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ صَاحِبِ الْمَقَامِ الْحَبِيْبِ شَيْخِ بْنِ أَحْمَدَ بَافَقِيْه وَأخِيْهِ الْحَبِيْبِ مُحَمَّدٍ بْنِ أَحْمَدَ بَافَقِيْه وَأُصُوْلِهِمَا وَفُرُوْعِهِمْ وَإِلَى أَرْوَاحِ أَمْوَاتِنَا خَاصَّةً وَأَمْوَاتِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً أَنَّ اللهَ يُعْلِيْ دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيُعِيْدُ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِهِمْ وَعُلُوْمِهِمْ وَنَفَحَاتِهِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ بِسِرِّ أَسْرَارِ الْفاَتِحَةِ.

tanya-jawab 2

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ustadz ini ada beberapa persoalan yang belum saya mengerti, yaitu :
1. Dalam Al-Qu’an bayak terdapat kata-kata di antaranya;
a. “Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang” (Al-Ahzab:42), apa rahasia (manfaat) yang terdapat pada pagi dan petang…?
b. ……“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diatara keduanya”…… (Al-Maidah:17), maksudnya diatara keduanya itu apa…?
c. “Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya” (Ash-Shaffaat:48), kebanyakan di dalam Al-Qur’an kalau menerangkan tentang bidadari di sebutkan yang bermata jelita rahasia apa yang terdapat pada mata…..?
2. “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”(Yusuf:52), Bagaimanakah nafsu yang baik dan yang jelek…? dan bagaimana kita mengetahuinya..?
3. Dalam do’a sehari-hari “ROBBANA ATINA FIDDUNYA HASANAH WAFIL AHIRATI HASANAH WAKINA ADZABANNARR” kalau kebahagiaan akhirat tentunya kan Surga dan perjumpaan kita dengan Allah SWT (Aminn). Sedangkan kebahagiaan di dunia ini apa (maksud dari do’a tersebut), apakah Harta, Tahta dan Wanita seperti yang saya tau saat ini...?
4. Dalam Hadits Rasulullah SAW. Yang intinya “Bahwa nanti umat Islam akan terpecah menjadi 72 golongan, semuanya masuk neraka kecuali 1 golongan (Ahli Sunnah Wal Jama’ah).” mohon maaf saya rasa artinya Hadits tersebut banyak yang salah. Ahli Sunnah Wal Jama’ah itu seperti apa..?soalnya saya juga tidak tau, saya ini masuk golongan yang dimana..?

Terima kasih, mohon maaf Ustadz kalau sekiranya ada kata-kata saya yang salah.
Do’anya Ustadz….

Jawaban:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على سيدنا رسول الله وعلى آله وصحبه ومن ولاه ولا حول ولا قوة إلا بالله، أَمَّا بَعْدُ:
...سبحانك لا علم لنا إلا ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم
… Maha Suci Engkau Ya Allah kami tidak memiliki ilmu kecuali apa yang engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. (Q.S Al-Baqoroh: 32)

Jawaban pertanyaan no 1
Saudaraku, akhiinaa Bahrul Fawaid, semoga Allah melimpahkan kesehatan zahir dan batin serta selalu dalam lindungan Allah, dan Allah beri ilmu yang bermanfaat, dan kekuatan untuk mengamalkan ilmu, serta keikhlasan dalam beramal, Amin.
inilah jawaban yang dapat saya berikan atas izin Allah Yang Maha Kuasa, hanya dari Allah-;ah kebenaran,, sedangkan manusia adalah tempat salah dan kealpaan. Mudah-mudahna bermanfaat, didunia dan diakhirat. Amin:

1.a perintah zikir (mengingat Allah) banyak sekali dalam Al-Qur’an bahkan Allah berfirman: dalam ayat yang sama Al-Ahzab ayat 42: dan ingatlah Allah banyak-banyak, dalam ayat lain disebutkan: maka ingatlah Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring (Q.S An-Nisaa’: 103).
Yang dimaksud zikir secara sempit adalah mengucapkan lafaz-lafaz yang berisi mengingat nama Allah termasuk di dalamnya tasbih (ucapan subhanalloh), takbir (Allohuakbar), tahmid (al-hamdulillah), tahlil (laa ilaaha illallooh), dll. Adapun secara luas zikir adalah segala perbuatan anggota tubuh, ucapan lisan atau pun perbuatan hati yang bertujuan mengingat Allah. Bahkan dalam hal ini zikir yang paling utama adalah salat, sebagaimana firman Allah: “dan dirikanlah salat untuk mengingat aku (zikir kepadaku)” (Q.S Toha: 14).
Bahkan berkerja jika diniatkan untuk mencari rezki yg halal untuk taat perintah Allah, menjaga anak isteri dari rezki harom, maka bekerjanya itu termasuk zikir dalam makna luas, dan bernilai ibadah, selama dalam bekerja itu ia juga menjaga aturan syari’at.
Jika kita perhatikan, Junjungan kita baginda Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – mengajarkan kita doa-doa seperti doa setelah bangun tidur, doa hendak masuk kamar kecil, doa selesai istinja’, doa keluar dari kamar kecil, doa memakai pakaian, doa melepas pakaian, doa sebelum makan, doa setelah makan, doa setelah minum, doa setelah wudhu’ doa keluar rumah, doa masuk rumah, dan masih banyak lagi. Tidak lain tujuan beliau adalah untuk mengikat segala aktifitas kita dengan mengingat Allah, sehingga jika mampu jangan ada satu saat pun dari waktu kita yang mana kita tidak ingat kepada-Nya. Namun Allah dan Rasul-Nya pun tahu akan kelemahan manusia sehingga beliau baginda Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – dalam sebuah haditsnya mengajarkan: “ingatlah Allah pagi dan petang maka hal itu mencukupi apa yang ada diantara keduanya (antara pagi dan petang).” Mengapa kedua waktu tersebut dikhususan? Karena kedua waktu itu adalah waktu pergantian malaikat siang dengan malaikat malam yang ditugaskan untuk melaporkan amal manusia. Waktu pagi yakni selepas salat subuh, malaikat malam naik menghadap kepada Allah dan malaikat siang turun. Dan sebaiknya waktu petanghari menjelang maghrib, malaikat malam turun dan malaikat siang naik menghadap. Masing-masing malaikat itu melaporkan kepada Allah dan Allah bertanya kepada mereka – sedang Dia Maha Tahu -: “Bagaiamana engkau tinggalka hambaku.” Para malaikat itu menjawab: “Aku tingggalkan hambaitu sedang dia dalam keadaan bezikir dan aku datang kepadanya sedang ia dalam keadaan berzikir.” Maka ditulislah ia seolah ia berzikir sepaanjang malam dan siang hari.
والله أعلم بالصواب.
1.b yang dimaksud ‘diantara keduanya’ adalah segala yang ada di antara langit dan bumi seperti burung yang terbang, dsb. Kata-kata tersebut hanya untuk memperkuat bahwa segala yang ada di alam wujud ini semuanya milik Allah tak ada satupun yang luput dari-Nya.
والله أعلم بالصواب.

1.c karena mata itu menggambarkan / perlambang kecantikan dan keindahan rupa seseorang selain itu mata / penglihatan juga gerbang dari pada hati – selain pendengaran / telinga tentunya – ketiganya itu adalah organ yang penting. Dengan menjaganya maka seorang akan memperoleh kemuliaan di sisi Allah sebaliknya jika tak dapat menjaganya dari hal-hal yang dibenci oleh Allah maka akan menghantarkannya kepada azab yang pedih – na’uudzu billahi min dzaalik – seperti tersebut dalam surat Al-A’roof ayat 179: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (namun) tidak dipergunakannya untuk mendangar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Mata juga disebut sebagai slaah satu anak panah Iblis, dalam sebuah haditsnya Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – bersabda: “Pandangan mata (kepada sesuatu yang haram / yang tak boleh dilihat) itu merupakan salah satu anak panah beracun dari Iblis – la’natulloh alaih – maka barangsiapa yang meninggalkannya karena Allah, maka Dia akan memberikan kepada orang itu sebuah keimanan yang dapat ia rasakan manisnya dalam hatinya.”
Ada juga pandangan mata yang tajam yang memang dimiliki oleh seseorang, yang memang ini pemberian sejak lahir. Yakni jika orang yang bermata tajam ini memandang kepada seseorang dengan serius maka dapat menyebabkan orang yang dipandang itu sakit, penyait yang disebabkan seperti ini biasanya orang menyebutnya ‘kena mata’ atau ‘ain (‘ainun dalam bahasa Arab bebarti mata); atau orang bermata tajam itu menyenangi suatu benda milik orang lain dan ia pandang benda itu maka rusaklah benda / sesuatu itu. Dan ‘ain diakui keberadaannya oleh Islam, bahkan Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – membacakan kalimat perlindungan kepada bayi yakni cucu beliau sendiri Sayyidin Hasan dan Sayyidina Husain, yang bunyinya sebagai berikut:
أُعِيْذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيِنٍ لاَمَّةٍ.
Artinya: “Aku meperlindungkan kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari segala setan dan hewan / mekhluk hidup yang membahayakan (seperti: ular, kalajengking, dsb) dan dari pandangan mata yang buruk.”
Lalu Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – bersabda: “Sungguh kakek kalian Nabi Ibrahim membacakan perlindungan ini kepada putera-puteranya: Isma’il dan Ishaq.” (hadits ini sahih / kuat, diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhoriy)
Pandangan mata yang tajam itu dalam akidah ahlussunnah diakui keberadaannya, dalilnya adalah sabda Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau –:
اَلْعَيْنُ حَقٌّ
artinya:“Pandangan mata yang tajam itu memang benar.”
Setelah turun surat Al-Falaq dan An-Naas beliau membaca keduanya untuk perlindungan termasuk dari mata yang tajam ini, dan menyuruh setiap orang untuk membacanya.
Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – juga bersabda: “Barangsiapa yang memandang kepada sesuatu lalu sesuatu itu membuatnya kagum lalu ia membaca:
مَا شَاءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
Artinya: “Apa yang dikehendaki oleh Allah (pasti terjadi), tiada kekuatan kecuali denga pertolongan Allah.”
Maka pandangannya itu tidak akan membahyakan sesuatu itu.”
Dalam riwayat lain jika Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – khawatir kalau-kalau matanya mengenai sesuatu, maka ia membacakan:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ وَلاَ تَضُرَّهُ
Artinya: “Ya Allah berkahilah sesuatu ini dan janganlah engkau memberinya kebahayaan / kerusakan.”
والله أعلم بالصواب
Jawaban pertanyaan no. 2

2. adapun nafsu dapat dibedakan menjadi tujuh macam:
a. nafsu ammaaroh bis suu’ seperti yang tersebut dalam ayat yang antum sebut di atas. Yakni yang selalu memerintahkan keburukan dan tidak ada sama sekali penyesalan atas keburukan yang telah ia lakukan.
b. nafsu lawwamah yang tersebut dalam surat Al-Qiyaamah ayat 2: “Saya bersumpah dengan nafsu lawwamah” yakni nafsu yang selalu mecela dirinya ketika ia terjerumus dalam kemaksiatan ia sadar bahwa itu sebuah dosa lalu ia mencela dirinya / menyesali dan bertaubat. Dan ia juga mencela dirinya ketika ia kurang beribadah kepada Allah.
c. nafsu mulhamah yang tersebut dalam surat Asy-Syams ayat 8: “Maka Allah mengilhamkan kepada nafsu itu jalan kefasikan dan ketaqwaannya.” Yakni Allah ilhamkan dalam hatinya Bahwa ini adalah perbuatan baik sedangkan ini adalah perbuatan buruk. Sehingga ia bisa melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk itu. Tandanya adalah orang yang memiliki nafsu mulhamah ini dapat mengetahui bisikan-bisikan hati seperti riya’ (pamer), ‘ujub (berbangga dengan amalnanya), dsb.
d. jika ia terus berjuang membersihkan jiwanya itu maka akan naiklah ia kepada nafsu muthma-innah yakni nafsu yang tenang, hampir tidak ada pergolakan dalam jiwanya antara bisikan buruk dan bisikan baik. Sebab ia telah terbiasa taat kepada Allah dan dekat kepada-Nya. Tandanya ia bersifat dengan sifat rahmat, kelembutan, kemuliaan, dsb dari sifat-sifat ketuhanan yang tepuji sebagai ganti dari sifat-sifatnya yang tercela dahulu yang telah ia tinggalkan. Maka mulai tersingkaplah segala rahasia yang tresembunyi baginya yakni Allah beri ia ilmu yang tidak ia ketahui dan diberikanlah karomat (hal-hal yang diluar nalar yang muncul krema keistiqomahan seseorang kepada Allah). Namun jika ia tertipu di sini maka terputuslah ia dari tujuan terbersanya yaitu Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.
e.. nafsu roodhiyah (yang ridho / rela), yakni jika ia telah ridho / rela dengan apa yang terjadi di alam ini tanpa protes kepada Allah. Ketika itu samalah baginya antara pujian dan celaan. Namun terkadang dengan keihkhlasan yang ia miliki itu ia masih memandang dirinya sebagai orang yang ikhlas sehingga ia meminta perlindungan kepada Allah dari hal itu.
f. jika ia telah terbebas dari itu maka ia naik kepada nafsu mardhiiyah (yang diridhoi). Namun seorang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah tidakakan puas dengan posisi ini maka ia akan berusaha lebih kuat lagi hingga sampai kederajat yang lebih tinggi lagi
g. nafsu kaamilah (yang sempurna), yakni orang yang mencapai derajat ini berada dalam pemeliharan Allah sehingga ia tidak akan terjerumus kedalam kemaksiatan, sebab ia selalu hadir di hadirat Allah. dan ia pun tidak akan puas dengan posisi ini. Sebab dalam jalan menuju kepada Allah tidak akan ada kepuasan hingga hamba bertemu dengan Allah Yang sangat dikasihinya dan mengasihi hambanya, di akhirat, dalam keadaan ridho dan diridoi.
Namun selama mereka didunia ini, mereka tetap selalu dalam keadaan waspada dari segala sesuatu yang dapat merusak hubungan kedekatannya dengan Allah. sebab setan tidak akan tinggal diam hingga nafas yang penghabisan, untuk menyesatkan anak Adam, para hamba Allah.
Saya meminta ampun kepada dari membicarakan sesuatu hal yang mana saya sendiri kosong dari mengamalkannya. Dan mudah-mudahan kita semua digolongkan dalam golongan hamba-hamba Allah yang dekat dengan-Nya dan didekatan. Bersama Nabi kita, dan para nabi dan rasul, serta para shiddiqin, syuhada serta oranag-orang salih, di dunia, di barzakh / alam kubur dan di akhirat, di firdaus yang paling tinggi. Amin.
Namun lebih penting dari semua penjelasan tentang nafsu itu, ada yang perlu antum ketahui bahwa sumber perbuatan jelek itu ada 3: setan, nafsu, dan istdidraj dari Allah. untuk lebih jelasnya ikuti penjelasan berikut ini:
Lalu dari mana datangnya bisikan keburukan itu?
Sebelum saya menjawabnya, pernah suatu kali seseorang datang dan bertanya: “Wahai saudaraku, apa faidahnya kita mengetahui macam-macam kejelekan? Cukuplah kita mengerti bahwa sesuatu itu buruk lalu kita meninggalkannya!” Saya katakan: “Seandainya masalahnya semudah itu, maka selesailah permasalahan. Masalah perjalanan seorang hamba menuju kepada Allah adalah suatu perkara yang besar. Musuh-musuhmu merasa berat serta tidak senang jika mereka melihatmu telah sampai (wushul) kepada Allah. Setiap jenis dari bisikan-bisikan itu ada obat / penawarnya masing-masing yang sesuai dengan sumber / asal dari bisikan tersebut. Oleh karenanya, bisikan yang berasal dari setan ada obatnya tersendiri. Bisikan yang berasal dari nafsu ada obatnya tersendiri. Begitu juga bisikan yang berasal dari siksaan Allah dan istidraj ada obatnya tersendiri.

Bagaimana kita membedakan sumber bisikan buruk tersebut?
1. Patokan / neraca pertama: Zikir (mengingat Allah)
Para ulama – semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka – berkata: “Ketika engkau mengetahui bahwa suatu bisikan itu adalah bisikan buruk maka perhatikanlah, apakah dia dapat diusir dengan zikir?” Jika engkau mengucapkan: “Saya berlindung dari (godaan) setan yang terkutuk”, “Tiada Tuhan selain Allah Yang Esa tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya segala kerajaan, dan segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”, “Dengan nama Allah yang mana dengan nama-Nya tiada sesuatu pun yang dapat memberi mudarat di bumi atau pun di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”, “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan) dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”, “Tiada Tuhan selain Allah Raja Yang Maha Benar dan Menjelaskan (kebenaran)”, lalu engkau bersalawat kepada Al-Mushthofaa / yang terpilih (yakni Rasululloh) – semoga salawat Tuhanku dan salam-Nya tetap terlimpah atas beliau – dan engaku mengingat / menyebut-nyebut Allah, jika engkau menyibukkan dengan zikir-zikir semisal itu apakah bisikan tersebut menghilang darimu? Para ulama berkata: “Jika bisikan itu menghilang darimu maka yakin dan pasti bisikan itu dari setan”. Sebab – sebagaimana keterangan dalam pertemuan yang telah lalu – setan akan mundur, lari dan kabur jika mendengar nama Allah disebut. Sebab dia tidak akan mampu bertahan di dalam hati seseorang yang selalu (berzikir) ingat / menyebut-nyebut nama Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Ini neraca yang pertama, hendaknya kita mengetahuinya. Langkah pertama (kita bertanya): “Apakah bisikan itu dapat terusir dengan zikir?”. Jika demikian maka itu berasal dari setan.
Baik, engkau telah menyebut Allah / berzikir, engkau beristighfar, engkau memohon perlindungan dengan Allah dari (godaan) setan yang terkutuk, engkau telah membaca satu juz dari Al-Qur’an, engkau telah membaca surah Al-Kahfi, As-Sajdah, Yaasiin, dan Tabarok dan ternyata bisikan itu masih tetap ada, maka hendaklah engkau meletakkannya di neraca ke dua. Apa itu neraca / patokan ke dua?

2. Apakah bisikan itu terus menerus menyuruh kepada kejelekan atau maksiat tertentu? Atau ia memungkinkanmu untuk melakukan maksiat yang lain yang sama besarnya atau lebih besar dari itu?
Misalnya: suatu kali datang bisikan buruk yang menyuruhmu untuk memutuskan tali shilaturrachim. Ini bisikan baik atau buruk? Dari semula syari’at menyatakan bahwa ini adalah suatu keburukan. Misalnya si fulan yang termasuk kerabatmu telah melakukan ini dan itu, atau dalam moment-moment tertentu misalnya: “Mereka tidak mengucapkan selamat kepadaku atas kelahiran anakku, kalau begitu aku tidak akan pernah menghadiri acara pernikahan mereka”. Setelah itu engkau berzikir kepada Allah (menyebut nama-Nya) seraya berkata: “Saya berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk”, “Saya meminta ampun kepada Allah”, namun ternyata bisikan itu tidak kunjung menyingkir, jika demikian kita mengetahui bahwa bisikan itu bukan lah dari setan. Lalu jika engkau ingin lebih yakin lagi maka tawarkanlah kepada nafsumu atau kepada hatimu sebuah bisikan buruk yang lebih besar dari itu, misalnya: “Saya akan hadir ke acara mereka karena hubungan shilaturrachim lalu setelah itu saya akan keluar dari acara mereka dan saya akan pergi ke suatu tempat yang buruk untuk melakukan suatu yang haram yang lebih besar dari itu (dari pemutusan shilaturrachim)”. Kemudian perhatikanlah apa yang dikatakan oleh hatimu. Jika hatimu berkata: “Hadirilah acara mereka namun setelah itu pergilah ke suatu tempat untuk melakukan maksiat yang lebih besar”, maka bisikan itu dari setan. Akan tetapi jika bisikan itu mengatakan: “Sama sekali saya tidak menghadirinya!!! Tidak akan saya menghadiri acara mereka untuk selamanya!”, lalu engkau tawarkan kepadanya maksiat yang nikmat namun ia tetap pada pendiriannya: “Selamanya aku tidak akan menghadiri acara mereka”, maka tahulah engkau bahwa bisikan itu dari nafsu. Mengapa?
Sebab setan adalah musuh kita. Kepentingannya hanyalah suapaya kalian binasa (terjerumus dalam dosa). Tidaklah penting baginya: apakah engkau binasa dengan sebab memutus tali shilaturrachim ataukah dengan melakukan perbuatan yang keji, ataukah dengan minum khamr (minuman keras)? Hasil akhirnya adalah: engkau binasa. Jika ia tidak bisa membujukmu untuk melakukan suatu kemaksiatan tertentu, lalu engkau menyetujui bisikannya untuk melakukan kemaksiatan yang lain, maka ia akan gembira. Yang penting adalah engkau binasa.
Akan tetapi kemauan nafsu sungguh kuat, sifat nafsu yang selalu menyuruh kepada keburukan selalu mendorong pemilik nafsu tersebut (untuk melakukan perintahnya). Oleh karenanya, jika engkau mendapati bisikan itu selalu dan terus mendorongmu untuk melakukan kemaksiatan tertentu, dan dia tidak mau menerima jika engkau melakukan kemaksiatan yang lain, engkau tahu bahwa bisikan itu dari siapa? Dari nafsu.
1. Jika datang suatu bisikan dan engkau mengetahui bahwa itu termasuk bisikan buruk, perhatikanlah: apakah bisikan itu datang secara tiba-tiba atau datang setelah engkau melakukan kemaksiatan yang mana engkau belum bertaubat kepada Allah darinya. Adapun persoalan maksiat, semua dari kita pernah jatuh dalam suatu maksiat – semoga Allah melindungi kami dan kalian semua dari kemaksiatan – akan tetapi kemaksiatan yang besar adalah jika seseorang jatuh kedalam suatu maksiat lalu dia tidak menyusulnya (dengan penyesalan), tidak langsung bertaubat dan tidak meminta ampun. Dalam sebagian riwayat diceritakan bahwa malaikat meminta izin kepada Allah untuk mencatat amal buruk seorang hamba, lalu Allah berfirman kepada malaikat tersebut: Sabarlah dulu, mungkin saja hamba-Ku ini kembali dan bertaubat kepada-Ku, maka malaikat tersebut membiarkan beberapa waktu dan tidak langsung mencatat amal buruk tersebut. Bukti dari perkataan ini adalah: jika seorang hamba menganggap remeh perkara kemaksiatan, ia jatuh ke dalam suatu kemaksiatan, dia tidak meminta ampun, bertaubat, emohon kepada Allah rahmat, ampunan, dan maaf, justeru ia malah tertawa, bahkan barangkali – kita mohon perlindungan kepada Allah – ia malah berbangga (dengan kemaksiatannya itu). Ini merupakan maksiat yang paling besar. Tambah lagi, ia malah menceritakan kemaksiatan yang dilakukannya itu kepada kawan-kawannya: “Kemarin, saya melakukan ini dan itu”. Allah menutupi aibmu, malah engkau sendiri yang membukanya. Orang yang semacam ini – kita memohon perlindungan kepada Allah – akan mendapat siksa yakni akan diletakkan dalam hatinya kesenangan dalam maksiat yang lain / yang berikutnya. Mengapa? Karena ia tidak mengambil pelajaran. Dia meremehkan permasalahan kemaksiatan itu. Pembela Islam Al-Imam Al-Ghozali – semoga Allah merahmatinya – pernah berkata: “Jika engkau mendapati bahwa bisikan buruk terus-menerus mendorongmu untuk berbuat maksiat, dan bisikan itu datang sesaat setelah kemaksiatan (yang telah kau lakukan) yang mana engkau belum bertaubat darinya, maka ketahuilah bahwa itu adalah istidraj dari Allah. oleh karena itu bersegeralah kembali / bertaubat kepada Allah dan meminta ampun.
Dengan demikian sekarang kita telah memiliki tiga patokan. Patokan pertama adalah zikir. Jika suatu bisikan jelek dapat diusir dengan zikir, artinya bisikan itu darimana? Dari setan. Jika bisikan buruk yang terlintas dalam hatimu itu tak dapat diusir dengan zikir, dan terus menerus mendorong untuk melakukan suatu jenis kemaksiatan tertentu, dan ia tidak menerima jika engkau melakukan berbagai macam kemasiatan (selain yang disuruh olehnya) maka itu dari? Dari nafsu. Jika bisikan itu datang sesaat setelah kemaksiatan yang engkau perbuat yang mana engkau belum bertaubat darinya, maka itu adalah istidraj – kita memohon perlindungan kepada Allah dari hal yang semacam itu. Sekarang kita telah mengetahui bahwa ada tiga sumber bisikan buruk itu dan mengetahui cara-cara membedakan ketiga sumber itu.
Baik. Jika demikian maka apakah obatnya?
1. Jika engkau mengetahui bahwa bisikan itu datang dari setan maka apakah penangkal setan? Obat penangkalnya adalah zikir. Bisikan buruk yang paling rendah dan paling lemah adalah setan, dalilnya firman Allah: “Sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah”. Perhatikanlah bagaimana nampak bagi kita sekarang bahwa tipu daya setan adalah lemah. Bisikan buruk yang paling lemah yang melintas dalam hati manusia adalah bisikan setan. Kita pun sering mengaitkan segala sesuatu / perkara dengan setan, setan dan setan. Ya, memang benar, setan, tidak diragukan lagi! Dia telah menghembuskan keburukan dan kesesatan kepada bani Adam. Akan tetapi Allah telah memberitahukan kepada kita bahwa tipu daya yang paling lemah adalah tipu daya setan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah”. Oleh karenanya hanya dengan berzikir (mengingat Allah) dia berpaling / hilang. Dia tidak akan mampu bertahan sedangkan engkau selalu dalam keadaan berzikir (mengingat nama Allah dengan lisan dan hati). Namun yang menjadi persoalan adalah nafsu, yakni ketika bisikan itu berasal dari nafsu. Bisikan yang paling lemah adalah bisikan setan. Bisikan buruk yang paling sulit adalah bisikan nafsu. Sedangkan bisikan buruk yang paling berbahaya adalah istidroj yang datang langsung dari Allah. Perbedaan antara yang paling berbahaya dan yang paling sulit adalaha dalam hal penyelesaian. Disebut paling bahaya sebab Allah Yang Maha Benar benar-benar murka atasmu (karena perbuatan itu) – kita mohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Tinggi – akan tetapi disebut lebih sulit sebab ia membutuhkan usaha keras (untuk memerangi/ menghilangkannya).
2. Ulama’ berkata: “Permisalan nafsu adalah seperti hewan tunggangan”. Apakah ada diantara kalian yang pernah menunggang kuda? Hewan tunggan yang ditunggangi manusia terkadang sulit dikendalikan (keras hati). Terlebih lagi keledai jika ia keras hati maka dia akan berhenti dijalan. Engkau pukul pun ia tidak akan bergerak. Engkau tarik dia tak akan bergerak. Engkau halau pun ia tak akan bergerak. Hingga hatinya melunak. Dasar keledai! Maafkanlah saya atas apa yang akan saya katakan: “Nafsu ammaroh (yang suka menyuruh kepada keburukan) seperti keledai. Hanya saja keledai tidak mukallaf (dibebani syari’at), sedangkan nafsu mukallaf maka lebih sulit untuk menundukkannya. Sebab nafsu tersebut melakukan apa yang dia inginkan. Orang-orang yang ahli melatih hewan mengetahui bahwa hewan yang keras hati / membandel akan mereka latih dengan dua perkara: Pertama, menyedikitkan makan dan kedua memperbanyak pekerjaannya. Sebab jika engkau menyedikitkan makan, berarti engkau menyedikitkan kekuatan kebandelan yang ada dalam diri / nafsu. Begitu juga ketika engkau memperbanyak amal / pekerjaan untuknya ia akan merendah, dan jika ia telah merendah maka ia akan mudah dikendalikan. Begitu juga halnya nafsu yang suka memerintah kepada keburukan (Al-Ammaroh Bissuu’). Sedikitkanlah makan. Apa yang disebut makanan? Ya, seperti: nasi, daging, roti, lemak / gajih, ikan, dsb. Caranya:
a. Berdirilah (dari meja makan) sedang engkau masih menginginkan makan. Artinya bukan engkau mengambil makanan tersebut ke dalam piring lalu membuangnya ke tempat sampah. Bukan seperti. Sebab tidak boleh membuang-buang nikmat yang bukan pada tempatnya. Akan tetapi berdirilah dari meja makan sedang nafsumu masih mengehdaki untuk makan sesuap lagi. Tinggalkanlah satu suap karena Allah. mengapa karena Allah? sebab diriwayatkan bahwa Rasululoh bersabda: “Kami adalah kaum yang mana kami tidak akan makan kecuali jika kami kenyang dan jika kami makan kami tidak kenyang”. Yakni kami berdiri dari hidangan sedang nafsu kami masih menghendakinya. Salah seorang yang mendengar perkataan ini pernah berkata: “kalau begitu kita tidak akan kenyang walaupun kita makan”. Ini adalah suatu pemahaman yang terbalik. Maksud perkataan: “Jika kami makan kami tidak kenyang” yakni berdirilah dari hidangan tersebut sedang engkau masih menginginkannya.
b. Latihlah / didiklah nafsu tersebut dengan berpuasa. Engkau mampu berpuasa senin dan kamis maka lakukanlah. Atau jika tidak maka berpuasalah paling tidak sebulan tiga kali yaitu puasa ayyaamul biidh (hari-hari putih / bercahaya) yakni hari-hari di mana bulan mencapai kesempurnaannya (purnama, pada tanggal 13, 14 dan 15 pada setiap bulan, dalam penanggalan hijriyyah). Jika engkau mampu lebih maka berpuasalah setiap hari senin. Jika engkau mampu lebih banyak berpuasalah senin dan kamis. Jika engkau kuat lebih dari itu maka berpuasalah seperti puasanya Nabi Dawud sesekali waktu ketika engkau memiliki semangat yang kuat. Maksud puasa di sini adalah berpuasalah secara sungguh-sungguh. Bukannya engkau berpuasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari lalu ketika berbuka engkau langsung menghadapi hidangan / makanan dengan nafsu makan yang tinggi, lalu engkau melupakan pengaruh puasa. Bahkan engkau memakan makanan / hidangan yang jauh dan jauh lebih banyak jenis dan jumlahnya daripada yang engkau makan biasanya! Yang diminta adalah puasa secara sungguh-sungguh! Maksudnya ketika berbuka engkau makan secukupnya dengan maksud menyedikitkan makanan dari biasanya. Menyedikitkan makan makanan yang mengundang selera dalam masa mujahadah (penundukan) nafsu memiliki pengaruh terhadap jiwa. Hingga sekarang ini, ilmu pengetahuan modern menetapkan tentang pengaruh hal tersebut pada jiwa manusia. Apakah kita perlu untuk mengatakan bahwa ilmu pengetahuan modern lebih kuat ataukah cukup kita mengimani apa yang datang dalam hadits dari petunjuk Rasuulloh – semoga salawat dan salam Allah tetap atas beliau – selama beliau yang telah bersabda maka sungguh telah benar.
c. Menyedikitkan makan disertai dengan usaha keras. Setiap kali engkau melihat bahwa nafsu terus menerus dikendalikan oleh bisikan buruk, maka engkau katakan padanya bahwa malam ini saya harus bangun malam selama satu setengah jam. Engkau dapat membaca surat Al-Baqarah dalam dua rakaat atau dalam sebelas rakaat yakni pada salat witir dan pagi harinya engkau siap untuk pergi bekerja. Jangan engkau berkata: “Karena saya telah bangun malam satu setengah jam, maka sekarang saya berhalangan untuk bekerja”. Tetapi pergilah ke tempat kerjamu dengan semangat. Setelah itu cobalah pula berpuasa, dengan menyantap sedikit makanan ketika berbuka puasa. Cobalah lakukan hal-hal tersebut selama tiga atau empat hari lalu lihatlah bagaimana nafsu itu menjadi tunduk secara spontan. Penyerupaan: Apakah salah seorang dari kalian pernah melihat proses pelatihan kuda? Kuda liar – engkau mungkin pernah melihatnya di televis – kuda yang belum dilatih, apa yang dia lakukan? Dia mencoba melemparkan orang yang menungganginya dari atas punggungnya. Begitulah yang dilakukan oleh nafsumu dalam perjalananmu menuju kepada Allah. Dia mencoba melemparmu dari atas punggungnya, supaya dapat menghalangimu dari pendekatan diri kepada Allah sejak semula yang mana hal itu lebih mudah? Akan tetapi apa yang dilakukan pelatih kuda tersebut? Dia terus melatih kuda tersebut. Ketika dia terjatuh dari kuda liar tersebut apakah dia merasa cukup / jera lalu berkata bahwa kuda ini tidak cocok untuk dilatih ataukah dia kembali lagi menungganginya? Jika dia merasa jera maka kuda tersebut tidak akan terlatih selamanya. Akan tetapi ia akan kembali (melatihnya / menungganginya) untuk kedua kali, ketiga dan keempat kalinya. Setiap kali dia terjatuh dia pun kembali lagi, maka apakah yang terjadi pada kuda tersebut? Dia akan menjadi tenang sedikit demi sedikit, putus asa sedikit demi sedikit, hingga akhirnya dia pun menjadi kuda yang terdidik. Begitu pula nafsumu, jika engkau mendapati bahwa bisikan jelek itu datang dari setan dan engkau telah merasa yakin akan bahwa bisikan itu datang dari nafsu maka penawarnya adalah sedikitkan makan dan perbanyaklah beramal.

3. Istidroj dari Allah. obat penawarnya adalah taubat dan kembali kepada Allah secara spontanitas / langsung. Adapun jika datang bisikan itu kontan setelah maksiat, engkau telah berlaku kurang ajar / tidak sopan terhadap Allah lalu engkau bertambah kurang ajar ketika engkau tidak meinta maaf kepada-Nya. Engkau telah bermaksiat lalu engkau tertawa sepenuh mulutmu denga maksud menganggap enteng kemaksiatan itu dan berbangga diri bahkan engkau tidak merasa telah berbuat maksiat! Wahai saudaraku seseorang diantara kita jika melanggar rambu lalu-lintas kemudian menoleh kebelakang dan melihat bahwa polisi lalu lintas telah mencatat pelanggarannya atau – di sebagian negeri – seseorang telah mengetahui bahwa foto otomatis telah emnganmbil gambar mobilnya (yang telah melakukan pelanggaran): apakah dia tidak merasakan sesuatu kegelisahan dalam hatinya dan apakah dia tidak merasakan sesuatu perasaan apapun dalam dirinya: “Engkau telah tertangkap!” ini hanyalah polisi lalu-lintas. Ketika engkau bermaksiat kepada Alla Yang Maha Perkasa di langit dan di bumi, apakah engkau tidak merasa dan tidak mengoreksi dirimu? Dahulu sebagian orang-orang saleh jika mereka tergelincir kepada sebuah kesalahn kecil, mereka merasa khawatir kalau-kalau langit akan tertimpa atas dirinya, atau khawatir kalau-kalau dirinya ditelan bumi. Bukan karena Allah tidak menyayangi hamba-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Akan tetapi karena keagungan Allah Yang Maha Benar lagi Maha Mulia dan Maha Agung yang telah tertanam dalam hatinya. Maka dari itu, seorang yang bermaksiat lalu tidak merasakan perasaan bersalah dalam dirinya, maka ini adalah orang yang menganggap remeh keagungan Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi Yang selalu melihatnya. Oleh karenanya, jika seseorang melakukan suatu kemaksiatan lalu dia menganggap remeh maksiat tersebut, maka dia mendapati bahwa ada bisikan kemasiatan lain yang datang setelah itu dalam dirinya untuk melakukan kemasiatan yang kedua lalu ketiga, kemudian keempat, dst – kita memohon perlindungan kepada Allah – hingga akhirnya dia mati tidak dalam keadaan Islam, jika dia tidak segera sadar, kita mohon perlindungan kepada Allah dari keadaan semacam itu. Oleh karena itu jika seseorang merasa bahwa bisikan buruk mendatangi dirinya setelah dia berbuat kemaksiatan yang mana dia belum bertaubat kepada Allah dari kemaksiatan tersebut maka obat penawarnya adalah dia bersegera kembali kepada Allah, seraya mengatakan: “Aku mohon ampun kepada-Mu”, “Aku mengaharapkan ampunan-Mu”, dan “Ya Tuhanku ampunilah aku serta terimalah taubatku”. Bangkitlah segera dan salatlah dua rakaat Salat Sunnah Taubat, seperti yang kalian laksanakan sebelum dimulainya majlis ini, mulai sekarang. Menangislah dan katakanlah: “Ya Tuhanku hamba-Mu sungguh telah kembali / bertaubat kepada-Mu. Ya Tuhanku janganlah Engkau uji aku dalam masalah agamaku. Ya Tuhanku kembalikanlah aku kepada(jalan)-Mu dengan cara yang baik. Setelah itu perhatikanlah hatimu, maka engkau akan mendapati bahwa bisikan buruk itu telah hilang dari hatimu. Jika kita menyadari hal-hal seperti ini maka kita telah memiliki patokan / neraca yang mana dengan itu kita dapat mengetahui – tentunya juga dengan memohon pertolongan Allah – bagaimana kita mengobati bisikan-bisikan buruk dari hati kita. Kami mohon kepada Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi kesempurnaan pertolongan Allah (taufik) bagi kami dan kalian semua. Ya Allah Yang telah memberi taufik kepada orang-orang yang selalu berbuat baik dan telah menolong mereka untuk berbuat baik, berilah kami taufik untuk berbuat baik dan tolonglah kami untuk itu. Janganlah Engkau haramkan kami kebaikan dari sisi-Mu karena keburukan yang kami miliki. Dengan karunia, kedermawanan, kebaikan dan pemberian-Mu. Berilah nafsu / jiwa kami ketakwaan, dan sucikanlah ia, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik yang mensucikan jiwa, Engkaulah pelindungnya dan pemiliknya. Semoga salawat dan salam Allah tetap terlimpah atas junjungan kita Nabi Muhammad beserta para keluarga dan sahabat beliau. Segala puji hanya milik Allah Tuhan Penguasa seluruh alam semesta.

Jawaban pertanyaan no 3
3.kebaikan di dunia sebagiannya adalah seperti yang antum katakan yaitu harta, tahta, wanita, namun yang dimaksud harta yang didapat dan disalurkan dengan baik (sesuai syari’at), tahta / jabatan yang diperoleh dengan baik dan digunakan di jalan Allah, wanita / isteri yang salihah, amal ibadah yang diterima, ilmu yang bermanfaat, anak yang solih, dsb yakni segala kebaikan dunia yang dapat menghantarkan kepada kebaikan akhirat. Doa tersebut termaktub dalam surat Al-Baqoroh ayat 201. dan ini bukan hanya sekedar doa namun ini adalah pandangan hidup / visi-misi seorang mukmin, yaitu setiap mukmin setiap kali hendak melakukan sesuatu maka semuanya ia lakukan bukan hanya untuk mendapat keuntungan dunia yang melalaikan akhirat, namun ia perhatikan lebih jauh apakah sesuatu itu dapat menghantarkan kebahagiaan diakhirat. Dia jadikan tidurnya untuk Allah bangunnya untuk Allah, makan & minumnya untuk Allah, kerjanya untuk Allah, nikahnya untuk Allah, jiwa daan raganya untuk Allah, sebagaimana ikrar yang sama kita ucapkan dalam salat: inna sholaatii wa nusukii wa machyaayaa wa mamaatii lillaahi robbil ‘aalamiin (sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Tuhan seru sekalian alam). Intinya seorang muslim harus tidak hayan memikirkan kebaikan dunia namun ia raih kebaikan untuk meraih kebaikan yang lebih abadi di akhirat. Maka hendaknya setiap mukmin produktif untuk dunia dan akhirat mereka sehingga mereka terhindar dari api neraka.

Jawaban pertanyaan no. 4
4.bunyi hadits selengkapnya adalah:
قَالَ رسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: اِِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ، وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ: اَلْجَمَاعَةُ
Artinya: Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – bersabda: “Yahudi telah tepecah atas 71 golongan, satu golongan di surga sedangkan 70 dineraka, sedangkan Nashoro / Nasrani terpecah menjadi 72 golongan, 71 di neraka dan satu golongan di surga. Demi Dzat Yang mana jiwaku berada dalam genggaman-Nya akan terpecah ummatku atas 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 di neraka.” Dikatakan: “Ya Rasululloh siaakah mereka (yang disurga itu)?” Beliau bersabda: “Al-Jama’ah.”
Atau dalam riwayat lain:
مَا عَلَيْهِ أَنَا وَأَصْحَابِي
Artinya: “Golongan yang tetap berada pada jalanku dan para sahabatku.”
Yang perlu diperhatikan adalah yang terpecah adalah ummat, bukan Islam, sebab Islam sejak dahulu adalah satu yaitu yang ada di Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dan yang perlu diketahui adalah bahwa ummat itu ada dua macam:
- ummat da’wah yakni ummat sebagai obyek da’wah Rasululloh, yaitu orang-orang yang hidup semenjak Rasul diangkat menjadi nabi hingga hari kiamat.
- Ummat ijabah adalah ummat yang menjawab da’wah / seruan Rasululloh itu yakni ummat Islam.
Sedangkan yang dimaksud ‘jama’ah’ disitu adalah Islam yang berTuhan Satu, Nabinya satu junjngan kita Muhammad – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – Al-Qur’annya satu, Kiblatnya satu, mereka semua adalah jama’ah Islam
Selain itu perlu diperhatikan bahwa kata 70 dalam bahasa arab sering digunakan untuk menunjukkan makna kiasan yang bermakna banyaknya jumlah bukan berarti kelompok itu hanya dibatasi oleh bilangan 70, dan tidak lebih dari 70.
Makna hadits itu adalah Yahudi yakni orang-orang yang mengakui mengikuti syari’at Nabi Musa mereka dikatakan terpecah menjadi 71,1 golonga yang benar-benar tetap lurus berada dalam ajaran Nabi Musa inilah yang ke surga sedangkan 70 (yakni banyak sekali) ini mewakili goloangan-golongan yang menyimpaangkan syari’at nabi Musa seperti sekelompok yahudi yang tidak percaya akan adanya hari kiamat, dll. Inilah yang ke neraka selama-lamanya.
Lalu datang lah Nabi Isa maka semua dari mereka yang tadinya beriman kepada nabi Musa secara sungguh2 harus beriman kepada nabi Isa. Umat yang mengakui bahwa mereka mengikuti Nabi Isa. Ini terpecah menjadi 72 golongan, 1 golongan yang selamat /masuk surga yakni golongan yang mempertahankan ajaran nabi Isa sedangkan, 71 golongan ini mewakili golongan-golongan nasrani yang menyimpang yaitu yang meyakini bahwa Isa itu adalah Allah atau anak Allah, dll, termasuk didalamnya kelompok yang percaya kepada Nabi Musa naamun ia tidak percaya kepada Nabi Isa setelah beliau datang / diutus.
Lalu beliau bersabda umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, 1 golongan adalah kelompok Islam benar, yaitu yang benar-benar mengikuti Sunnah Rasululloh, sedangkan yang 72 adalah yang mereka mengaku bahwa mereka muslim namun mereka meyakini keyakinan2 yang dapat mengeluarkan mereka dari Islam alias murtad, seperti yang tidak meyakini keabsahan Al-Qur’an, tidak meyakini Hadist Nabi sebagaai salah satu sumber hukum dalam Islam, yang tidak percaya akan hari kiamat, termasuk kedalamn kelompok 72 ini adalah Ahmadiyah, dan para pengikut nabi palsu, dsb.
Jika dikaitkan dengan ummat bahwa diantara ummat da’wah itu ada yang menjawab seruan Rasul yaitu dengan masuk Islam itulah 1 golongan yang selamat, sedang diluar itu adalah golongan 72 yang masuk neraka. Semoga Allah melindungi kita semua dari neraka dan dari murka-Nya.
Jadi bukanlah yang dimaksud 73 itu: NU, Muhammadiyah, Persis, dsb. Seperti yang diyakini oleh kebanyakan orang. Akhirnya, akibat dari pemahaman yang salah ini, mereka masing-masing menggunakan hadits ini untuk membenarkan golongannya masing-masing. Paddahla mreka sesame muslim. Alangkah Irioninya dan betapa menyayat hati kejadian ini.
Ya Allah persatukanlah Ummat Islam, persatukanlah hati mereka, kasihilah ummat Nabi Muhammad, ampunilah mereka, perbaikilah keadaan mereka, angkatlah kesulitan dan kesedihan mereka. Amin.

Wassalam