Pertumbuhan Beliau Dalam Keadaan Menjauhi Perkara-perkara Jahiliah dan Penjagaan Terhadap Diri Beliau dari Bahaya Masa Muda
[28] Diriwayatkan dari seorang tetangga Khodijah – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoi keduanya – ia berkata: “Saya pernah mendengar Nabi – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda kepada Khodijah: @“Wahai Khodijah, demi Allah, aku tidak menyembah Laata selamanya dan aku tidaka menyembah ‘Uzza selamanya.”#
Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang sahih
Laata dan ‘Uzzaa: adalah dua berhala sesembahan Quraisy. Adapun Al-Laata dia ambil dari anam ‘Allah’ sedangkan ‘Uzzaa mereka ambil dari nama ‘Al-Izzah (keperkasaan atau kemuliaan). Maha Suci Allah daripada sekutu-sekutu yang disekutukan dengan-Nya serta berhala-berhala mereka.
[29] Diriwayatkan dari Zaid bin Chaaritsah – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – ia berkata: “Adalah patung berhala terbuat dari tembaga yang disebut dengan nama Isaaf dan Naa-ilah, yang mana orang-orang musyrik mengusap keduanya ketika mereka tawaf. Lalu suatu kali Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – tawaf dan aku pun tawaf bersama beliau. Ketika aku melewati patung itu aku mengusapnya. Lalu Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda kepadaku: @“Janganlah engkau mengusapnya.”# Zaid berkata: “Maka kami pun tawaf dan melewatinya, kemudian aku berkata dalam diriku: “Aku akan mengusapnya dan aku akan melihat apa yang terjadi.” Lalu aku pun mengusapnya, lalu Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: @“Bukankah engkau sudah dilarang?”# Zaid berkata: “Demi Allah Yang telah memuliakan beliau dan menurunkan kitab kepada beliau, aku tidak pernah menyentuh satu berhala pun (semenjak itu) hingga beliau dimuliakan oleh Allah Yang Maha Luhur dengan kenabian dan penurunan wahyu.”
Diriwayatkan oleeh Abu Nu’aim dan Al-Bayhaqiy, keduanya dalam kitab Ad-Dalaa-il dan disahihkan oleh Al-Chaakim. Sedangkan An-Nuur menyatakan dalam Al-Majma’ bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thobroniy, dan ia berkata: “Para perawinya sahih.”
[30] Dan diriwayatkan dari Ali – semoga salam atasnya – ia berkata: “Saya mendengar Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bersabda: @“Aku tidak menginginkan dalam hatiku untuk melakukan sesuatu atau hal-hal yang biasa diperbuat oleh orang-orang jahiliah terhadap perempuan (yakni berzina) kecuali dua malam yang mana di kedua malam itu Allah Yang Maha Luhur melindungiku dari keduanya. Suatu malam aku berkata kepada seorang pemuda Makkah sedangkan kami sedang menggembalakan kambing keluarga kami (dan biasanya mereka menggembalakannya di luar batas kota), maka aku berkata kepada temanku itu: “Lihatkanlah kambing-kambing (gembalaan)-ku sehingga aku dapat dapat masuk ke kota Makkah lalu aku dapat menghabiskan malam di sana sebagaimana yang dilakukan oleh para pemuda.” Maka ia berkata: “Baiklah.” Maka aku masuk (ke kota Makkah) sehingga aku sampai di rumah atau kampung pertama di antara perkampungan kota Makkah maka aku medengar suara musik: gendang dan seruling. “Aku berkata: “Apa ini?” Maka dikatakan kepadaku: “Si Fulan telah menikah dengan Fulanah.” (yakni itu adalah pesta pernikahan mereka), maka aku pun duduk untuk melihat (pertunjukan itu) lalu Allah menutup telingaku (sehingga aku tertidur), demi Allah tidak ada yang membangunkanku kecuali sentuhan (sinar) matahari, lalu aku pun kembali kepada kawanku. Ia berkata: “Apa yang engkau lakukan?” Aku berkata: “Aku tidak melakukan sesuatu.” Kemudian aku pun memberi-tahunya tentang apa yang terjadi pada diriku. Kemudian pada malam lain aku berkata kepadanya: “Lihatkanlah kambing (gembalaan)-ku sehingga aku dapat menghabiskan malam di dalam kota Makkah.” Lalu aku pun melakukanya dan aku masuk (ke dalam kota). Ketika aku sampai di dalam kota Makkah aku mendengar lagi seperti apa yang aku dengar malam kemarin. Lalu aku pun duduk dan melihat (pertunjukan) dan Allah kembali menutup telingaku (sehingga aku tertidur) dan tak ada yang mebangunkanku kecuali sentuhana (sinar) matahari. Maka aku pun kembali kepada kawanku, lalu ia berkata: “Apa yang telah engkau lakukan?” Aku berkata: “Tidak ada.” Kemudian aku pun mengabarkan kabar (tentang diriku malam itu). demi Allah aku tidak kembali lagi kepada hal yang seperti itu sehingga Allah memuliakanku dengan kenabian.”#
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, Al-Bazzaar, Ibnu Chibbaan, Al-Chaakim, Abu Nu’aim, dan Al-Bayhaqiy dalam kitab Ad-Dalaa-il dengan sanad yang hasan. Sedangkan An-Nuur mengetengahkan hadits ini dengan riwayat Al-Bazzaar dan ia berkata: “Perawinya adalah orang-orang yang dapat dipercaya.” Dan di hasankan oleh Al-Chaafizh, dan disahihkan oleh As-Suyuuthiy dalam Manaahilush Shofaa, dan Al-Chaakim berkata: “Sahih menurut syarat Muslim dan disetujui oleh Adz-Dzahabiy”
[31] Diriwayatkan dari Jaabir bin Abdulloh – semoga Allah Yang Maha Luhur Meridhoi mereka berdua – ia berkata: “Ketika Ka’bah dibangun (direnovasi) Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dan Al-‘Abbaas mulai memindahkan (mengangkat) batu-batu, lalu Al-‘Abbaas berkata kepada Nabi – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau: “Jadikanlah sarungmu (terikat) di atas pundakmu supaya menjagamu dari batu.” Lalu beliau pun melakukannya dan kemudian beliau terjatuh ke tanah dan pandangannya melihat ke atas langit dan berkata: @“(Tolong) ikat kembali sarungku.”# (yakni beliau sangat malu ketika tersingkap sedikit bagian auratnya). Maka Al’Abbaas mengikatkan kemballi sarung beliau (dipinggang beliau). Maka setelah itu beliau tidak pernah lagi terlihat dalam keadaan telanjang (yakni terbuka aurtanya).”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy, Muslim dan Ahmad
Dalam hadits-hadits tersebut di atas terdapat penjelasan tentang perhatian Allah Yang Maha Luhur kepada Nabi-Nya dan apa yang Dia memuliaka beliau dengan penjagaan dan pemeliharaan sejak kecil beliau dari keburukan-keburukan dan akhlak (perilaku) jahiliah, kesyirikannya, kerusakannya, penyimpangannya dan hal-hal yang hina lainnya.
Ibnu Ishaq – semoga Allah Yang Maha Luhur merahmatinya – berkata: “Maka Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – tumbuh dewasa dalam pemeliharaan Allah dan penjagaan-Nya serta perlindungan-Nya dari kotoran-kotoran jahiliah karena Allah menghendaki untuk memuliakan beliau dan menjadikan beliau utusan-Nya. Sehingga beliau sampai kepada derajat orang yang terbaik di antara kaumnya dalam hal kewibawaan, paling baik di antara mereka akhlaknya, paling mulia nasabnya, paling baik bertetangganya, paling besar sifat santunnya, paling jujur atau benar perkataannya, paling besar amanatnya, dan paling jauh dari kekejian dan akhlak yang mengotori kehormatan seseorang, sehingga beliau tidak memiliki nama atau julukan di antara kaumnya kecuali Al-Amiin. Karena Allah telah mengumpulkan pada diri beliau perkara-perkara yang baik.”
Dan dari dua hadits: dari tetangga Khodiijah dan Zaid bin Chaaritsah bahwasanya beliau – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – tersucikan dari penyembahan kepada berhala dan dari menyentuhnya, sangat jauh dari hal itu. adapun yang datang dalam sebagian riwayat bahwasanya beliau meghadiri majlis orang-orang musyrik dan menyentuh berhala-berhala mereka sebagaimana itu diriwayatkan oleh Abu Ya’laa, Ibnu ‘Adiyy dan selain keduanya maka itu adalah munkar, dan diingkari oleh para ulama perawinya yaitu Utsman bin Abu Syaibah sebagaimana dikatakan oleh Al-Chaafizh dalam Al-Mathoolib Al-‘Aliyyah. Bahkan beliau itu seperti para nabi yang lain – semoga salawat dan salam tetap terlimpahkan atas mereka – yang mana mereka semua suci dan terjaga dari segala dosa, besar atau kecil, sebelum kenabian maupun setelahnya, sebagaimana itu adalah pendapat para ulama ahli dari kalangan ahlussunnah, lalu bagaimana dengan kesyirikan? (pasti mereka sangatlah jauh dari hal itu) sebagaimana diambil dari hadits Ali – semoga salam dan keridhoan dari Allah tetap atasnya – bahwasanya beliau – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – telah dijaga oleh Allah dari penyimpangan masa muda. Sebab beliau – sebagaimana dihikayatkan oleh beliau sendiri – meskipun beliau menginginkan untuk menghabiskan malam bersama para pemuda Makkah dan dua kali berkeinginan untuk melakukannya maka Allah Yang Maha Luhur memalingkannya dari hal tersebut dan terpisahlah antara beliau dan apa yang beliau inginkan karena tertidur sehingga terbit matahari kemudian akhirnya beliau dipelihara dari menginginkan yang semacam itu, maka tidak kembali terbetik di hatinya keinginan tersebut.
Dan dalam hadits Jaabir terdapat bukti perhatian yang lain terhadap Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – yaitu menjaga aurat beliau dari ketersingkapan berbeda dengan yang dilakukan orang-orang jahiliah yaitu mereka menyingkap aurat mereka dan tidak mempedulikan untuk menutupnya.
Sungguh Ibnu Ishaq berkata: “Adalah Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dan telah disebutkan kepadaku suatu riwayat yang mana dikisahkan padanya tentang penjagaan Allah terhadap beliau di waktu kecil beliau dari perkara jahiliah, beliau bersabda: @“Sungguh aku teringat bahwa aku dahulu berada di antara para pemuda dari Quraisy kami sedang memindah batu yakni ketka bermain-main dengan beberapa pemuda dan semua dari kami membuka auratnya dan mengambil (yakni mengangkat) sarungnya dan menjadikannya (yakni mengikatkannya) di pundaknya untuk membawa batu, maka aku pumemngikuti mereka dan hilir mudik dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba ada yang memukulku yang mana aku tidak melihat (sosok)-nya (ia memukulku) dengan pukulan yang menyakitkan, kemudian ia (sosok yang tak terlihat itu) berkata: “Ikatlah sarungmu (di pinggang)……”# dan tidak diragukan lagi bahwa menutup aurat adalah termasuk akhlak yang baik bahkan wajib dalam Islam. Dan telah datang keterangan dalam hadits sahih: @“Janganlah kalian berjalan dalam keadaan telanjang (membuka aurat).”# bahlan dalam Al-Qur’an tersebut: “Wahai Bani Adam sungguh kami telah menurunkan kepada kalian pakaian yang dapat menutupi aurat kalian…..” (Q.S Al-A’roof: 26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar