Penyusuan Beliau – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – Dan Apa Yang Terjadi Pada Hari-hari Beliau (Ketika Itu)
[19] Diriwayatkan dari Abdulloh bin Ja’far – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoi mereka berdua – ia berkata: “Ketika Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dilahirkan tibalah Chalimah binti Al-Chaarits dalam rombongan para wanita dari bani Sa’d bin Bakr untuk mencari bayi-bayi yang hendak disusui di Makkah. Chalimah berkata: “Maka aku keluar bersama rombongan para wanita yang pertama dengan menaiki keledai betina milikku yang sangat putih, dan bersamaku suamiku, Al-Chaarits bin Abdil ‘Uzzaa, salah seorang anggota keluarga bani Sa’d bin Bakr dan salaah satu anggota bani Naadhiroh. Keledai kami memperlambat kami dan aku juga membawa seekor unta yang mana demi Allah ia tidak mengeluarkan setetes susu pun dalam tahun yang kering itu, yang mana orang-orang kelaparan sehingga mereka mengerahkan segala kemampuan mereka (untuk bertahan hidup). Selain itu bersamaku ada satu anakku yang mana demi Allah ia tidak tidur semalaman dan aku tidak memiliki sama sekali sesuatu untuk membuat ia diam. Hanya saja kami mengharap ada hujan yang turun. Dan kami pun memiliki beberapa ekor kambing yang menjadi tumpuan harapan kami. Ketika kami tiba di Makkah maka tidak tersisa seorang pun kecuali ditawarkan kepadanya Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – namun mereka semua tidak mau mengambil beliau. Maka kami mengatakan: “Sesungguhnya ia adalah seorang yatim. Sedangan yang memuliakan ibu susu dan berbuat baik kepadanya hanyalah ayahnya.” Lalu kami mengatakan: “Lalu apa yang bisa diperbuat oleh ibunya kepada kita, atau pamannya, atau kakeknya.” Lalu semua kawan-kawan wanitaku sudah mengambil seorang bayi untuk disusui. Ketika aku tidak mendapati selian beliau maka aku kembali kepada beliau dan aku mengambil beliau. Demia Allah aku tidak mengambil beliau kecuali karena aku memang tidak mendapatkan selain beliau.” Maka aku berkata kepada suamiku: “Demi Allah aku akan mengambil anak yatim ini dari keturnan Abdul Muththolib, semoga Allah memberi kita manfaat dengannya, dan aku tidak akan pulangan di antara kawan-kawanku sedang aku tidak mengambil sesuatu apapun.” Lalu ia berkata: “Engkau benar.” Chalimah berkata: “Lalu aku mengambil beliau dan membawanya ke kemahnya, maka demi Allah ketika aku mendatangi kemahku tiba-tiba payudaraku pun penuh dengan susu sehingga aku dapat memberi minum kepada beliau dan saudaranya (yakni anak Chalimah sendiri), maka ayahnya (yakni suami Chalimah) berdiri menuju kepada unta kami dan ia memegangnya dan ternyata unta itu penuh dengan susu, maka ia pun memerahnya sehingga aku dapat meminumnya dan ia pun minum darinya.” Lalu Suamiku berkata: “Wahai Chalimah, apakah engkau tahu, demi Allah, kita telah mendapat seseorang yang diberkahi, sungguh Allah telah memberika kepadanya apa yang sama sekali tidak kita bayangkan.” Maka kami menginap pada malam itu dalam keadaan kenyang, sebagai malam yang paling baik bagi kami, padahala sebelum itu kami tak dapat tidur begitu juga dengan anak kami. Kemudian pada pagi hari kami, aku dan suamiku, pulang ke negeri kami maka aku menunggang keledai betinaku yang sangat putih itu, dan aku membawa beliau bersamaku. Maka demi Dzat Yang jiwa Chalimah berada dalam genggaman-Nya, aku dapat mendahului rombonganku sehinga para wanita itu berkata: “Tahanlah dari kami (keledaimu itu), apakah ini keledai yang engkau tunggangi ketika berangkat?” Aku berkata: “Ya.” Mereka berkata: “Sesungguhnya keledaimu itu awalnya memperlambatmu ketika kita berangkat, lalu apa yang terjadi padanya?” Chalimah berkata: “Aku berkatta: “Demi Allah, aku membawa diatasnya seorang anak yang diberkahi.” Chalimah berkata: “Lalu kami pun pergi dan Allah senantiasa menambah kebaikan kepada kami setiap harinya, sehingga kami tiba di negeri kami dalam keadaan paceklik (masa kekeringan), sungguh para penggembala kami menggembala lalu mereka pulang sedang kambing-kambing bani Sa’d masih dalam keadaan lapar (sebab tidak medapati makanan) sedangkan kambing-kambing kami pulang dalam keadaan kenyang, dan penuh (dengan susu), maka kami pun memerahnya dan minum (susunya).” Maka mereka berkata: “Apa yang terjadi pada kambing-kambing Al-Charits bin Abdil ‘Uzzaa dan kambing-kambing Chalimah pulang dalam keadaan kenyang sedangkan kambing-kambing kita pulang dalam keadaan masih lapar? Celaka kalian, hendaknya kalian menggembala di tempat Chalimah menggembala.” Namun kambing-kambing itu tetap saja pulang dalam keadaan lapar seperti biasanyaa dan kambing-kambingku pulang seperti biasanya (dalam keadaan kenyang).” Chalimah berkata: “Adalah beliau tumbuh dengan pertumbuhan yang tidak menyamai pertumbuhan anak-anak lain, beliau tumbuh dalam sehari seperti pertumbuhan anak lain dalam sebulan, dan beliau tumbuh dalam sebulan seperti pertumbuhan anak lain dalam setahun. Ketika sudah sempurna usianya dua tahun aku dan ayahnya (yakni suami Chalimah) membawa beliau kembali ke Makkah. Dan kami mengatakan pada diri kami: “Demi Allah kami tidak akan berpisah darinya selamanya, selama kami mampu.” Ketika kami mendatangi ibu beliau kami berkata: “Wahai ibu, demi Allah kami tidak pernah melihat seorang anak yang lebih agung keberkahannya melebihi dia, dan kami takut akan wabah di kota Makkah dan juga penyakit-penyakitnya, maka biarkanlah ia untuk kembali bersama kami sehingga engkau sembuh dari penyakitmu. Maka kami terus membujuknya sehingga ia mengizinkan kami. Lalu kami pun pulang bersama beliau dan kami tinggal tiga atau empat (tahun). Suatu kali sementara beliau bermain bersama saudaranya (yakni anak kandung Chalimah) di belakang rumah dengan beberapa ekor kambing. Tiba-tiba saudara beliau datang dengan tergesa-gesa sedangkan aku dan ayahnya sedang berada di antara unta-unta kami. Lalu saudara beliau itu berkata: “Sesungguhnya saudaraku, orang Quraisy itu, (yakni Nabi) didatangi oleh dua orang berpakaian putih lalu dua orang itu mengambilnya, dan membaringkannya lalu keduanya membelah perutnya.” Maka aku dan ayahnya pun keluar dengan bergegas maka kami dapati beliau berdiri dalam keadaan berubah warna mukanya (yakni pucat) lalu ketika beliau melihat kami, beliau pun segera menuju kepada kami dan menangis.” Chalimah berkata: “Maka aku dan ayahnya pun memeluknya. Lalu kami katakan: “Ada apa denganmu, demi ayahku?” beliau berkata: “Ada dua orang yang telah mendatangiku, lalu keduanya membaringkanku dan membelah perutku, lalu keduanya melakukan sesuatu dan mengembalikannya seperti semula.” Lalu ayah beliau berkata: “Demi Allah aku tidak melihat anakku ini kecuali ia telah terkena sesuatu. Pergilah engkau kepada kepada keluarganya, dan kembalikanlah ia kepada mereka sebelum terjadi padanya apa yang kita khawatirkan.” Chalimah berkata: “Lalu kami pun membawa beliau dan kami mendatangi ibu beliau. Ketika ia melihat kami ia mengingkari (seolah tidak percaya) atas kedatangan kami, dan ia berkata: “Apa yang membuat kalian berdua membawanya kembali sebelum aku meminta kepada kalian untuk melakukannya, dan sebelum ini kalian sangat ingin sekali untuk menahannya?” kami berkata: “Tidak apa-apa, hanya saja Allah telah menyelesaikan masa penyusuannya dan kami gembira dengan apa yang kami lihat. Dan kami berkata: “Kami melindunginya sebagaimana kalian inginkan itulah yang paling kami sukai.” Ia berkata: “Aminah berkata: “Sesungguhnya ada sesuatu (yang terjadi) pada kalian, maka ceritakanlah kepadaku apa itu?” maka ia tidak membiarkan kami sehingga kami menceritakan kepadanya. Lalu Aminah berkata: “Sekali-kali tidak, demi Allah, Allah tidak akan berbuat jelek kepadanya. Sesungguhnya anakku ini memiliki keadaan yang besar. Tidakkah kalian ingin aku ceritakan ceritanya yaitu bahwa sesungguhnya aku mengandungnya maka, demi Allah, aku (serasa) tidak pernah mengandung suatu kandungan yang lebih ringan atas diriku dan lebih mudah untukku darinya. Kemudian ditampakkan kepadaku ketika aku mengandungnya, keluar daiku cahaya yang menerangi leher-leher unta di Bushro”, atau ia berkata: “istana-istana Bushro.” Kemudian ketika aku melahirkannya, maka demi Allah ia tidak terlahir seperti bayi-bayi lain, sungguh ia terlahir dalam keadaan kedua tangannya berpegangan pada tanah sedangkan ia mengangkat kepalanya ke arah langit. Maka tinggalkan ia oleh kalian berdua.” Lalu Aminah pun mengambil beliau dan kami pun pergi.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, Ibnu Sa’d, Ibnu Chibbaan, Abu Ya’laa, Ath-Thobroniy, dan Al-Bayhaqiy, dan hadits ini memiliki hadits-hadits senada yang mendukungnya yang membuat ia menjadi sebuah hadits yang hasan atau sahih.
[20] Dan diriwayatkan dari ‘Utbah bin Abd As-Sulamiy – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya – bahwasnya ia menceritakan kepada mereka dan ia adalah termasuk sahabat Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Tinggi tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bahwasanya Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – pernah ditanya oleh seorang lelaki: “Bagaimanakah awal keadaan (kenabian)-mu wahai Rasululloh?” Beliau bersabda: @“Adalah pengasuhku seorang wanita dari bani Sa’d bin Bakr, lalu suatu saat aku berangkat bersama seorang anaknya dengan beberapa ekor kambing kami, dan kami tidak membawa bekal. Maka aku pun berkata: “Wahai saudaraku, pergilah engkau dan bawalah bekal dari ibu kita. Lalu berangkatlah saudaraku (yakni saudara sesusuan beliau) dan aku tinggal bersama kambing-kambing. Lalu menghadaplah kepadaku dua burung putih, seakan-akan keduanya adalah dua ekor burung nasar (elang). Lalu salah satu dari mereka berkata kepada temannya: “Apakah dia (Nabi) itu dia (orang yang dimaksud)?” Yang lainnya berkata: “Ya.” Lalu mereka berdua bergegas menuju kepadaku dan membawaku lalu ia membaringkanku dengan terlentang, lalu keduanya membelah perutku kemudian keduanya mengeluarkan hatiku lalu membelahnya dan mengeluarkan darinya dua gumpalan darah yang hitam.” Maka salah satunya berkata kepada yang lain: “Bawakanlah kepadaku air es (dingin).” Lalun keduanya mencucui rongga perutku dengan air itu.” lalu ia berkata: “Bawakanlah kepadaku air embun.” maka keduanya mencuci hatiku dengannya. Kemudian ia berkata: “Bawakanlah kepadaku ketenangan.” Lalu keduanya menuangkannya ke dalam hatiku. Lalu salah satu dari keduanya berkata kepada kawannya: “Jahitlah ia.” Lalu ia pun menjahitnya mencapnya dengan segel atau cap kenabian. Lalu salah satu dari keduanya berkata kepad kawannya: “Jadikanlah ia di satu sisi neraca dan seribu orang dari ummatnya di sisi yang lain.” Maka aku melihat kepada seribu orang di atasku yang mana aku khawatir sebagian dari mereka jatuh menimpaku.” Maka berkatalah seorang dari keduanya: “Seandainya ummatnya ditimbang dengannya maka ia akan lebih unggul.” Kemudian kedua orang itu pergi dan meninggalkanku, maka akupun merrasa takut sekali dan aku pergi kepada ibuku (yakni ibu susu beliau, Chalimah) lalu aku menceritakan kepadanya tentang apa yang aku temui tadi, maka ia khawatir terhadapku jikalau aku terkena sesuatu (sihir atau semacamnya). Ia berkata: “Aku melindungimu dengan nama Allah.” lalu ia mempersiapkan seekor unta miliknya lalu ia membawaku di atas unta itu dan ia menunggang unta itu dibelakangku sehingga kami sampai pada ibu (kandung)-ku lalu ia (Chalimah) berkata: “Aku telah menunaikan amanatku dan tanggunganku.” Lalu ia (Chalimah) menceritakan kepada ibuku (Aminah) namun cerita itu tidak membuat takut ibuku dan ibuku berkata kepadanya (Chalimah): “Aku melihat cahaya keluar darik diriku (sewaktu melahirkannya) yang mana cahaya itu menerangi istana-istana negeri Syam.”
Diriwayatkan oleh Ahmad, Ad-Daarimiy, Ath-Thobroniy, dan Al-Chaakim, serta disahihkannya menurut syarat Muslim dan disetujui oleh Adz-Dzahabiy.
[21] Khoolid bin Ma’daan dari sahabat-sahabat Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – bahwasanya mereka berkata: “Beritakanlah kepada kami tentang diri anda?” Beliau bersabda: @“Baiklah. Aku adalah doa ayahku Nabi Ibrohim, …..”# lalu ia menyebutkan lanjutan hadits ini dan di antara isinya adalah: @“dan aku disusukan diperkampungan bani Sa’d bin Bakr. Suatu kali ketika aku berada di antara kambing-kambing kami, tiba-tiba datang kepadaku dua orang lelaki yang memakai baju putih, bersama mereka ada talam (nampan) dari emas berisi es, lalu keduanya membaringkanku dan membelah hatiku dan perutku dan mencucinya dengan es tersebut, sehingga apabila mereka telah membersihkannya, mereka mengembalikannya lagi seperti semula. Salah satunya berkata: “Timbanglah ia dengan 10 dari ummatnya.” Lalu aku pun ditimbang dengan sepuluh orang dari umatku maka akupun mengungguli mereka. Kemudian ia berkata lagi: “Timbanglah ia dengan 100 orang dari ummatnya.” Lalu ia menimbangnya dengan 100 orang, maka aku pun mengungguli mereka. Ia berkata lagi: “Timbanglah ia dengan 1000 orang dari ummatnya.” Maka ia pun menimbangku dengan 1000 orang maka aku pun mengungguli mereka. Lalu ia berkata: “Biarkanlah ia. Seandainya engkau menimbangnya dengan ummatnya (seluruhnya) maka pastilah ia mengungguli mereka.”#
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaaq, Al-Chaakim, Al-Bayhaqiy, dan disahihkan olehnya serta disetujui oleh Adz-Dzahabiy, juga diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy dengan sanad yang baik.
[22] Dan diriwayatkan dari Anas – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoinya –: “Bahwasanya Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – didatangi oleh Jibril – semoga salam tetap atasnya – sedang beliau tengah bermain bersama anak-anak, lalu Jibril mengambil beliau dan menjatuhkan beliau ke atas tanah dan membelah dada beliau lalu mengeluarkan hati beliau dan mengeluarkan gumpalan hitam dari hatinya itu, dan Jibril berkata: “Ini adalah bagian setan.“ Kemudian ia mencucinya di sebuah nampan dari emas dengan air zamzam, kemudian ia menutupnya kembali dan mengembalikannya ketempatnya semula. Lalu anak-anak itu berlarian kepada ibu beliau – yakni ibu susunya – mereka berkata: “Sesungguhnya Muhammad telah dibunuh.” Mereka pun menjemputnya sedang warna kulit beliau berubah menjadi pucat.” Anas berkata: “Dan aku pernah melihat bekas jahitan itu di dada beliau.”
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Al-Chaakim, dan Al-Bayhaqiy.
Dalam hadits-hadits tersebut terdapat beberapa faedah dan keutamaan dan tanda: - bahwasanya orang-orang Arab kebiasaan mereka adalah menyusukan anak-anak mereka di pedesaan, karena manfaat yang kembali kepada pendidikan anak, serta pertumbuhan akal mereka, kekuatan mereka dan kefasihan mereka.
- Bahwasanya penyusuan Nabi – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – adalah di perkampungan bani Sa’d, dan ibu susu beliau ialah Chalimah As-Sa’diyyah yang mendapat keberuntungan dengan mengambil beliau dan menyusui beliau, serta dengan turunnya kebaikan kepadanya dan kepada keluarganya, dan tinggal beliau bersamanya sehingga terjadi pembelahan dada beliau, dan usia beliau lebih dari dua tahun, lalu Chalimah membawa beliau pulang kepada ibunya, Aminah. Dan tentang penyusuan beliau di rumah Chalimah ini tidak ada perbedaan antara kaum muslimin, itu merupakan kesepakatan antara ahli siroh, hadits dan sejarah.
Dan beliau memiliki ibu susu lain selain Chalimah yaitu Tsuwaybah budak perempuan Abu Lahab yang menyusui beliau sebelum Chalimah sebagaimana Tsuwaybah juga sebelumnya menyusui Chamzah, Abu Salamah, dan Abdulloh bin Jachsy maka mereka bertiga merupakan saudara sesusuan dengan Nabi – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dan beliau juga pernah disusui oleh Ummu Ayman Barokah Al-Chabasyiyyah seorang wanita yang mulia lagi solichah (ia adalah budak perempuan warisan dari ayah beliau), Rasululloh – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – mewarisi Ummu Ayman dari ayah beliau dan beliau menikahkannya dengan Zaid bin Chaaritsah, maka ia melahirkan bagi Zaid seorang anak yang bernama Usamah (bin Zaid) – semoga Allah Yang Maha Luhur meridhoi mereka – dan kisah lengkapnya akan datang dalam bab manaqib. Maka semua wanita yang menyusui beliau itu semuanya mendapat kemuliaan dengan menjadi ibu susu bagi Nabi yang mulia ini, dan mereka mendapat keberuntungan yang besar dan keistimewaan yang tak dapat dipandangan rendah. Dengan ini mereka menjadi para wanita yang utama.
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung, tidak mungkin memasukkan kedalam perut Nabinya yang mulia – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – kecuali air susu dari wanita yang terpilih, yang mana mereka menjadi ibu bagi beliau – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – beliau sangat berbakti kepada mereka (para ibu susu beliau itu) dan selalu menanyakan kabar mereka serta memuliakan mereka dan mengirimkan kepada mereka hadiah-hadiah. Khususnya kepada Ummu Ayman. Sehingga beliau selalu mengalah dengannya dan bersabar apabila ia mengangkat suaranya kepada beliau dan memperlakukan beliai sepertiperlakuan ibu kepada anaknya. Dan akan datang kisah beliau bersama ibunya (Ummu Ayman) itu dalam bab peperangan beliau insya Allah.
- Di antaranya adalah terjadinya peristiwa agung itu, dan mu’jizat yang besar serta kekhususan yang mana Allah Yang Maha Luhur mengkhususkan beliau dengannya, yaitu: pembelahan dada beliau yang mulia dan pengeluaran bagian setan dari hati beliau dan pencuciannya dengan air zamzam. Peristiwa seperti ini tidak pernah terjadi pada seorang nabi pun sebelum beliau – semoga Allah Yang Maha Luhur tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau dan keluarga beliau – dan pembelahan ini telah berulang beberapa kali sebagaimana akan datang keterangannya dalam bab Isroo’ insya Allah.
- Di antaranya adalah bahwa pembelahan, pengeluaran hati dan pengeluaran bagian setan dari hati tersebut lalu pengembaliannya ke tempat semula, itu semua adalah terjadi secara nyata dan itu bukan sebuah majaz (kiasan) dan bukan pula permisalan. Sebab penafsiran terhadap teks yang menceritakan kejadian itu bertentangan dengan nash (teks) yang sahih lagi jelas, maka tidak ada yang menolaknya kecuali orang yang lemah iman, berpikiran rasionalis (hanya mengandakan akal saja), dan hanya beriman kepada yang diterima oleh akalnya saja lalu ia mengingkari apa yang selain itu berupa kejadian-kejadian luar biasa dan tanda-tanda. Dan dalam hadits-hadits tersebut juga dalam hadits yang lain terdapat keutamaan dan keistimewaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar