Total Tayangan Halaman

Sabtu, 15 Februari 2014

penjelasan wasiat Al-Habib Abdulloh Alhaddad: lima rukun Islam: yang keempat adalah puasa Romadhon

Adapun rukun Islam yang keempat adalah puasa di bulan Romadhon. Bulan ini adalah bulan yang mulia kedudukannya di sisi Allah SWT dan di sisi Rasul-Nya. Bulan ini adalah bulan yang paling mulia. Allah wajibkan puasanya atas setiap kaum muslimin. Dia berfirman:
 يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ (البقرة: 183)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertaqwa.” (Q.S Al-Baqoroh: 183) 
Dalam bulan itu yakni bulan Romadhon Allah menurunkan kitabnya dan diantara mmalam-malamnya Allah jadikan lailatul qodar (malam penentuan / kemuliaan) yang mana ia lebih baik dari 1000 bulan. Adapun 1000 bulan ialah kurang lebih 83 tahun (83 tahun 4 bulan). 
Maka perhatikanlah betapa besar bilangan itu dan betapa mulia malam itu yang mana disisi Allah lebih baik dan lebih utama daripada waktu yang amat panjang itu, diberikan pahala tersebut hanya dalam waktu yang amat singkat yakni hanya semalam. Diriwayatkan bahwa pintu-pintu langit dan pintu-pintu surga dibuka semuanya pada bulan Romadhon. Sedangkan pintu-pintu neraka ditutup, dan dibelenggulah setan-setan yang membangkang, agar mereka tak dapat merusak puasa orang-orang muslim, dan ibadah mereka. Setiap malam dari Romadhon ada suara yang memanggil-manggil: “Wahai orang-orang yang menginginkan kebaikan menghadaplah,. Wahai orang-orang yang menginginkan keburukan berhentilah.” 
Telah dijelaskan pula dalam hadits bahwasanya barangsiapa yang mendekatkan diri / beribadah kepada Allah Yang Maha Tinggi dalam bulan Romadhon dengan ibadah sunnah maka sebanding nilainya dengana ibadah fardhu yang dilaksanakan di selain bulan Romadhon. Maka amalan-amalan sunnah di Romadhon senilai dengan amalan fardhu di bulan-bulan lainnya, dari segi pahalanya. Sedangkan amalan-amalan fardhunya berlipat-lipat ganda hingga 70 kali lipat dari pahala amalan fardhu di bulan-bulan lainnya. Untuk orang-orang yang berpuasa ada beberapa adab yang mana puasanya tidak akan sempurna tanpa memperhatikannya. 
Diantara yang terpenting adalah menjaga lisannya dari dusta, ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), berlarut-larut / terjerumus kepada sesuatu yang tak ada gunanya (walaupun bukan suatu dosa). Juga hendaknya ia jaga matanya dan telinganya dari mendengar dan melihat hal-hal yang tidak di halalkan baginya dan juga hal-hal yang bersifat tak berguna. Begitu juga hendaknya ia jaga perutnya dari memakan yang haram dan yang syubhat (yang belum jelas hala-haramnya). 
Terlebih khusus ketika ia berbuka, hendaklah ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak berbuka kecuali dengan yang halal. Sebagian ulama salaf berkata: “Jika engkau berbuka maka lihatlah dengan apa engkau berbuka di rumah siapa engkau berbuka.” Ini menunjukkan atas kehati-hatian tentang makanan yang digunakan untuk berbuka. 
Selain itu hendaknya orang yang berpuasa menjaga seluruh anggota tubuhnya dari pekerjaan dosa kemudian dari hal-hal yang tak berguna, dengan itu akan sempurnalah puasanya dan akan bertambah (pahalanya). Sebab betapa banyak orang yang berpuasa memayahkan tubuhnya dengan rasa lapar dan haus namun mereka membiarkan anggota tubuhnya melakukan kemaksiatan. Maka dengan begitu rusaklah puasanya dan sia-sialah kepayahannya. Rasululloh SAW bersabda:
 كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صَوْمِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطْشُ 
Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa, ia tak mendapat bagian apa pun dari puasanya kecuali rasa lapar dan haus.” 
Adapun meninggalkan maksiat adalah sesuatu yang wajib, terus menerus baik atas orang yang sedang berpuasa maupun orang yang tidak sedang berpuasa. Hanya saja orang yang berpuasa lebih utama untuk menjaga diri dari kemaksiatan, maka ia lebih wajib untuk menjaga dirinya. Maka fahamilah. 
Rasululloh SAW bersabda:
اَلصَّوْمُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَفْسُقْ وَلاَ يَجْهَلْ فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ
Artinya: “Puasa itu adalah benteng. Oleh karenanya jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa maka hendaklah ia jangan berkata-kata kotor / buruk, janganlah ia berbuat fasiq / maksiat, dan janganlah ia berbuat sesuatu yang bodoh. Maka jika ada seseorang yang mengajak ia bertengkar atau mencelanya maka hendaklah ia berkata: “Sesungguhnya saya sedang berpuasa.”
Diantara ada berpuasa adalah tidak terlalu banyak tidur di siang hari dan jangan memperbanyak makan di malam hari. Hendaklah ia berlaku sedang / pertengahan dalam hal itu. Sehingga ia dapat merasakan rasa lapar dan haus. Sehingga nafsu / jiwanya pun menjadi terdidik, dan syahwatnya menjadi lemah, dan menjadi teranglah hatinya. Dan itulah rahasia puasa serta tujuannya. 
 Hendaklah orang yang berpuasa meninggalakan makanan / minuman yang enak dan nikmat, sebagaimana telah kami sebutkan. Paling tidak, kebiasaan makanannya pada Romadhon sama denga di luar Romadhon. Inilah paling sedikitnya. Jika tidak maka, riyadhoh (melatih diri / nafsu) dan menjauhi syahwat memilik pengaruh yang sangat besar dalm pencerahan hati, dan dituntut khususnya pada bulan Romadhon. 
Adapun orang yang di bulan Romadhon menjadikan kebiasaan makan / hidangan yang berlebihan melebihi kebiasaannya dalam bulan lain di luar Romadhon makka itu adalah ketertipuan yang mana setan memperdaya mereka, karena irinya setan kepada mereka. Sehingga mereka pun tak mendapat berrkahnya puasa, dan tak tampak pengaruh puasa pada diri mereka, baik berupa cahaya, tersingkapnya mata batin, kekhusyu’an dan ketundukan kepada Allah, merasa lezat dalam bermunajat kepada Allah. 
 Diantara adab puasa adalah: hendaknya jangan ia memperbanyak kesibukan dengan perkara dunia dalam bulan Romadhon. Namun hendaklah ia mengkonsentrasika dirinya untuk beribadah kepada Allah dan mengingat Allah semmapu mungkin. Janganlah ia masuk dalam urusan dunia kecuali yang beersifat darurat untuk kebutuhannya dan kebutuhan orang yang wajib ia nafkahi. Sebab bbulan Romadhon diantara bulan-bulan lain seperti hari jum’at dengan hari-hari lainnya. Maka hendaknya bagi setiap mukmin agar menjadikan hari jum’atnya dan bulan Romadhonnya khusus untuk akhiratnya, khusunya karena bukan Romadhon adalah bulan yang penuh berkah. 
Pada tanggal 17 Romadhon terjadi peristiwa Badar dan itu adalah hari yang membedakan yang haq (Islam) dari yang batil (kekufuran), hari bertemunya dua pasukan. Dan dalam bulan itu juga terjadi Fatchu Makkah (pembukaan kota Mekkah) yang mulia dan masuknya orang-orang kepada Islam dengan berkelompok-keompok. 
Di dalam bulan ini juga terdapat malam qodr (laylatul qodr) yang mana ia lebih baik dari seribu bulan. Maka apakah ada sesuatu yang lebih besar dari hal itu, dan lebih mulia dari kedudukannya. Betapa banyak di Romadhon keberkahan, dan kebaikan. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang menegtahui kemuliaannya, memanfaatkan waktu-waktunya, dan menghabiskan malam dan siangnya untuk hal-hal yang mendekatkan dia kepada Tuhannya, itu adalah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan Allah memiliki karunia yang besar. Abu Huroiroh R.A meriwayatkandari rasululloh SAW bahwasanya beiau bersabda:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصَّوْمِ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ  
Allah Yang Maha Tinggi berfirman: “Setiap amal anak Adam untuknya kecuali puasa maka ia adalah untukku dan aku sendiri yang akan membalasnya.” 
Renungkanlah betul-betul firman-Nya: “puasa maka ia adalah untukku dan aku sendiri yang akan membalasnya.” Dan fikirkanlah akan suatu balasan yang tidak terikat yang dijanjikan oleh Allah Yang Maha Dermawan, lagi Maha Penyayang.
Adapun salat tarawih di setiap malam dari malam-malam Romadhon adalah sunnah yang dianjurkan. Di antara kebiasaan salaf / generasi terdahulu – semoga Allah merahmati mereka – ketika bertarawih adalah membagi Al-Qur’an dari awal malam hingga akhir malam. Mereka membacanya setiap malam menurut kadar kemampuan mereka masing-masing. Lalu mereka menjadikan khataman Al-Qur’an pada salah satu malam dari malam-malam akhir di bulan Romadhon. Barangsiapa yang mampu mengikuti mereka maka hendaklah ia menyingsingkan lengan bajunya dan janganlah ia mundur. Sebab kebaikan itu adalah ibarat harta pampasan perang. Dan apapun yang engkau persembahkan dari amal kebakan maka engkau akan mendapatinya di sisi Allah. namun barangsiapa yang tak mampu mengikuti mereka maka hendaklah ia menghindari mempercepat / memperingan salat yang melampaui batas yang biasa dilakukan oleh sebagian besar orang yang tidak mengerti dalam salat tarawih mereka. Sehingga terkadang mereka tanpa terasa jatuh kepada kesalahan dan meninggalkan sebagian fardhu salat. Seperti meninggalkan thuma’ninah dalam ruku’ dan sujud, serta dalam membaca Al-Fatichah. Sehingga mereka pun di sisi Allah, tidaklah mereka itu terhitung sebagai orang yang salat sehingga mereka memperoleh pahala dan tidak pula mereka meninggalkan salat tarawih sehingga mereka dapat mengakui kekurangan mereka dan selamat dari penyakit ‘ujub (membanggakan amal). Hal yang seperti ini dan yang semisalnya termasuk reka daya setan yang paling besar bagi ahli iman untuk membatalkan (pahala) amal mereka dengan cara menyuruh mereka melakukan amal tersebut. Maka hatilah-hatilah terhadap hal itu dan sadarlah wahai saudara-saudara. Semoga Allah merataka kita semua dengan maaf dan ampunan-Nya serta menjaga kita dari tipu daya setan. 
Hendaklaah pula engkau memperbanyak puasa secara mutlak (tanpa terikat waktu). Sebab puasa itu sesuatu yang paling ampuh untuk mendidik jiwa / nafsu, mematahkan syahwat, dan mencerahkan hati serta melembutkannya, dan untuk mendidik anggota badan serta memperkuatnya dalam beribadah kepada Allah. dan di dalam puasa itu terdapat pahala yang besar dan ganjaran yang agung yang tak terbatas. Cukuplah bagimu dengan besarnya keutamaan puasa yang telah diketahui itu sebagai balasan, dan cukuplah bahwa Allah Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri menyandarkan langsung pemberian pahalanya kepada diri-Nya, sebagaimana tadi telah tersebut dalam hadits dari Nabi yang terpelihara dari dosa. Diantara hari-hari yang dianjurkan puasa adalah 6 hari dibulan syawwal, 3 hari dari setiap bulan, terutama ayyamul biidh (hari-hari purnama: tanggal 13, 14 dan 15 penanggalan hijriyyah) yang mana itu lebih besar pahalanya. Juga hari senin, dan kamis. Sedangka puasa yang paling afdhol adalah puasa Nabi Dawud. Yang mana ia berpuasa satu hari dan berbuka satu hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar