Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ustadz ini ada beberapa persoalan yang belum saya mengerti, yaitu :
1. Dalam Al-Qu’an bayak terdapat kata-kata di antaranya;
a. “Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang” (Al-Ahzab:42), apa rahasia (manfaat) yang terdapat pada pagi dan petang…?
b. ……“Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diatara keduanya”…… (Al-Maidah:17), maksudnya diatara keduanya itu apa…?
c. “Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya” (Ash-Shaffaat:48), kebanyakan di dalam Al-Qur’an kalau menerangkan tentang bidadari di sebutkan yang bermata jelita rahasia apa yang terdapat pada mata…..?
2. “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”(Yusuf:52), Bagaimanakah nafsu yang baik dan yang jelek…? dan bagaimana kita mengetahuinya..?
3. Dalam do’a sehari-hari “ROBBANA ATINA FIDDUNYA HASANAH WAFIL AHIRATI HASANAH WAKINA ADZABANNARR” kalau kebahagiaan akhirat tentunya kan Surga dan perjumpaan kita dengan Allah SWT (Aminn). Sedangkan kebahagiaan di dunia ini apa (maksud dari do’a tersebut), apakah Harta, Tahta dan Wanita seperti yang saya tau saat ini...?
4. Dalam Hadits Rasulullah SAW. Yang intinya “Bahwa nanti umat Islam akan terpecah menjadi 72 golongan, semuanya masuk neraka kecuali 1 golongan (Ahli Sunnah Wal Jama’ah).” mohon maaf saya rasa artinya Hadits tersebut banyak yang salah. Ahli Sunnah Wal Jama’ah itu seperti apa..?soalnya saya juga tidak tau, saya ini masuk golongan yang dimana..?
Terima kasih, mohon maaf Ustadz kalau sekiranya ada kata-kata saya yang salah.
Do’anya Ustadz….
Jawaban:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على سيدنا رسول الله وعلى آله وصحبه ومن ولاه ولا حول ولا قوة إلا بالله، أَمَّا بَعْدُ:
...سبحانك لا علم لنا إلا ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم
… Maha Suci Engkau Ya Allah kami tidak memiliki ilmu kecuali apa yang engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. (Q.S Al-Baqoroh: 32)
Jawaban pertanyaan no 1
Saudaraku, akhiinaa Bahrul Fawaid, semoga Allah melimpahkan kesehatan zahir dan batin serta selalu dalam lindungan Allah, dan Allah beri ilmu yang bermanfaat, dan kekuatan untuk mengamalkan ilmu, serta keikhlasan dalam beramal, Amin.
inilah jawaban yang dapat saya berikan atas izin Allah Yang Maha Kuasa, hanya dari Allah-;ah kebenaran,, sedangkan manusia adalah tempat salah dan kealpaan. Mudah-mudahna bermanfaat, didunia dan diakhirat. Amin:
1.a perintah zikir (mengingat Allah) banyak sekali dalam Al-Qur’an bahkan Allah berfirman: dalam ayat yang sama Al-Ahzab ayat 42: dan ingatlah Allah banyak-banyak, dalam ayat lain disebutkan: maka ingatlah Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring (Q.S An-Nisaa’: 103).
Yang dimaksud zikir secara sempit adalah mengucapkan lafaz-lafaz yang berisi mengingat nama Allah termasuk di dalamnya tasbih (ucapan subhanalloh), takbir (Allohuakbar), tahmid (al-hamdulillah), tahlil (laa ilaaha illallooh), dll. Adapun secara luas zikir adalah segala perbuatan anggota tubuh, ucapan lisan atau pun perbuatan hati yang bertujuan mengingat Allah. Bahkan dalam hal ini zikir yang paling utama adalah salat, sebagaimana firman Allah: “dan dirikanlah salat untuk mengingat aku (zikir kepadaku)” (Q.S Toha: 14).
Bahkan berkerja jika diniatkan untuk mencari rezki yg halal untuk taat perintah Allah, menjaga anak isteri dari rezki harom, maka bekerjanya itu termasuk zikir dalam makna luas, dan bernilai ibadah, selama dalam bekerja itu ia juga menjaga aturan syari’at.
Jika kita perhatikan, Junjungan kita baginda Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – mengajarkan kita doa-doa seperti doa setelah bangun tidur, doa hendak masuk kamar kecil, doa selesai istinja’, doa keluar dari kamar kecil, doa memakai pakaian, doa melepas pakaian, doa sebelum makan, doa setelah makan, doa setelah minum, doa setelah wudhu’ doa keluar rumah, doa masuk rumah, dan masih banyak lagi. Tidak lain tujuan beliau adalah untuk mengikat segala aktifitas kita dengan mengingat Allah, sehingga jika mampu jangan ada satu saat pun dari waktu kita yang mana kita tidak ingat kepada-Nya. Namun Allah dan Rasul-Nya pun tahu akan kelemahan manusia sehingga beliau baginda Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – dalam sebuah haditsnya mengajarkan: “ingatlah Allah pagi dan petang maka hal itu mencukupi apa yang ada diantara keduanya (antara pagi dan petang).” Mengapa kedua waktu tersebut dikhususan? Karena kedua waktu itu adalah waktu pergantian malaikat siang dengan malaikat malam yang ditugaskan untuk melaporkan amal manusia. Waktu pagi yakni selepas salat subuh, malaikat malam naik menghadap kepada Allah dan malaikat siang turun. Dan sebaiknya waktu petanghari menjelang maghrib, malaikat malam turun dan malaikat siang naik menghadap. Masing-masing malaikat itu melaporkan kepada Allah dan Allah bertanya kepada mereka – sedang Dia Maha Tahu -: “Bagaiamana engkau tinggalka hambaku.” Para malaikat itu menjawab: “Aku tingggalkan hambaitu sedang dia dalam keadaan bezikir dan aku datang kepadanya sedang ia dalam keadaan berzikir.” Maka ditulislah ia seolah ia berzikir sepaanjang malam dan siang hari.
والله أعلم بالصواب.
1.b yang dimaksud ‘diantara keduanya’ adalah segala yang ada di antara langit dan bumi seperti burung yang terbang, dsb. Kata-kata tersebut hanya untuk memperkuat bahwa segala yang ada di alam wujud ini semuanya milik Allah tak ada satupun yang luput dari-Nya.
والله أعلم بالصواب.
1.c karena mata itu menggambarkan / perlambang kecantikan dan keindahan rupa seseorang selain itu mata / penglihatan juga gerbang dari pada hati – selain pendengaran / telinga tentunya – ketiganya itu adalah organ yang penting. Dengan menjaganya maka seorang akan memperoleh kemuliaan di sisi Allah sebaliknya jika tak dapat menjaganya dari hal-hal yang dibenci oleh Allah maka akan menghantarkannya kepada azab yang pedih – na’uudzu billahi min dzaalik – seperti tersebut dalam surat Al-A’roof ayat 179: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (namun) tidak dipergunakannya untuk mendangar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Mata juga disebut sebagai slaah satu anak panah Iblis, dalam sebuah haditsnya Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – bersabda: “Pandangan mata (kepada sesuatu yang haram / yang tak boleh dilihat) itu merupakan salah satu anak panah beracun dari Iblis – la’natulloh alaih – maka barangsiapa yang meninggalkannya karena Allah, maka Dia akan memberikan kepada orang itu sebuah keimanan yang dapat ia rasakan manisnya dalam hatinya.”
Ada juga pandangan mata yang tajam yang memang dimiliki oleh seseorang, yang memang ini pemberian sejak lahir. Yakni jika orang yang bermata tajam ini memandang kepada seseorang dengan serius maka dapat menyebabkan orang yang dipandang itu sakit, penyait yang disebabkan seperti ini biasanya orang menyebutnya ‘kena mata’ atau ‘ain (‘ainun dalam bahasa Arab bebarti mata); atau orang bermata tajam itu menyenangi suatu benda milik orang lain dan ia pandang benda itu maka rusaklah benda / sesuatu itu. Dan ‘ain diakui keberadaannya oleh Islam, bahkan Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – membacakan kalimat perlindungan kepada bayi yakni cucu beliau sendiri Sayyidin Hasan dan Sayyidina Husain, yang bunyinya sebagai berikut:
أُعِيْذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيِنٍ لاَمَّةٍ.
Artinya: “Aku meperlindungkan kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari segala setan dan hewan / mekhluk hidup yang membahayakan (seperti: ular, kalajengking, dsb) dan dari pandangan mata yang buruk.”
Lalu Nabi – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – bersabda: “Sungguh kakek kalian Nabi Ibrahim membacakan perlindungan ini kepada putera-puteranya: Isma’il dan Ishaq.” (hadits ini sahih / kuat, diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhoriy)
Pandangan mata yang tajam itu dalam akidah ahlussunnah diakui keberadaannya, dalilnya adalah sabda Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau –:
اَلْعَيْنُ حَقٌّ
artinya:“Pandangan mata yang tajam itu memang benar.”
Setelah turun surat Al-Falaq dan An-Naas beliau membaca keduanya untuk perlindungan termasuk dari mata yang tajam ini, dan menyuruh setiap orang untuk membacanya.
Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – juga bersabda: “Barangsiapa yang memandang kepada sesuatu lalu sesuatu itu membuatnya kagum lalu ia membaca:
مَا شَاءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
Artinya: “Apa yang dikehendaki oleh Allah (pasti terjadi), tiada kekuatan kecuali denga pertolongan Allah.”
Maka pandangannya itu tidak akan membahyakan sesuatu itu.”
Dalam riwayat lain jika Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – khawatir kalau-kalau matanya mengenai sesuatu, maka ia membacakan:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ وَلاَ تَضُرَّهُ
Artinya: “Ya Allah berkahilah sesuatu ini dan janganlah engkau memberinya kebahayaan / kerusakan.”
والله أعلم بالصواب
Jawaban pertanyaan no. 2
2. adapun nafsu dapat dibedakan menjadi tujuh macam:
a. nafsu ammaaroh bis suu’ seperti yang tersebut dalam ayat yang antum sebut di atas. Yakni yang selalu memerintahkan keburukan dan tidak ada sama sekali penyesalan atas keburukan yang telah ia lakukan.
b. nafsu lawwamah yang tersebut dalam surat Al-Qiyaamah ayat 2: “Saya bersumpah dengan nafsu lawwamah” yakni nafsu yang selalu mecela dirinya ketika ia terjerumus dalam kemaksiatan ia sadar bahwa itu sebuah dosa lalu ia mencela dirinya / menyesali dan bertaubat. Dan ia juga mencela dirinya ketika ia kurang beribadah kepada Allah.
c. nafsu mulhamah yang tersebut dalam surat Asy-Syams ayat 8: “Maka Allah mengilhamkan kepada nafsu itu jalan kefasikan dan ketaqwaannya.” Yakni Allah ilhamkan dalam hatinya Bahwa ini adalah perbuatan baik sedangkan ini adalah perbuatan buruk. Sehingga ia bisa melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk itu. Tandanya adalah orang yang memiliki nafsu mulhamah ini dapat mengetahui bisikan-bisikan hati seperti riya’ (pamer), ‘ujub (berbangga dengan amalnanya), dsb.
d. jika ia terus berjuang membersihkan jiwanya itu maka akan naiklah ia kepada nafsu muthma-innah yakni nafsu yang tenang, hampir tidak ada pergolakan dalam jiwanya antara bisikan buruk dan bisikan baik. Sebab ia telah terbiasa taat kepada Allah dan dekat kepada-Nya. Tandanya ia bersifat dengan sifat rahmat, kelembutan, kemuliaan, dsb dari sifat-sifat ketuhanan yang tepuji sebagai ganti dari sifat-sifatnya yang tercela dahulu yang telah ia tinggalkan. Maka mulai tersingkaplah segala rahasia yang tresembunyi baginya yakni Allah beri ia ilmu yang tidak ia ketahui dan diberikanlah karomat (hal-hal yang diluar nalar yang muncul krema keistiqomahan seseorang kepada Allah). Namun jika ia tertipu di sini maka terputuslah ia dari tujuan terbersanya yaitu Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.
e.. nafsu roodhiyah (yang ridho / rela), yakni jika ia telah ridho / rela dengan apa yang terjadi di alam ini tanpa protes kepada Allah. Ketika itu samalah baginya antara pujian dan celaan. Namun terkadang dengan keihkhlasan yang ia miliki itu ia masih memandang dirinya sebagai orang yang ikhlas sehingga ia meminta perlindungan kepada Allah dari hal itu.
f. jika ia telah terbebas dari itu maka ia naik kepada nafsu mardhiiyah (yang diridhoi). Namun seorang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah tidakakan puas dengan posisi ini maka ia akan berusaha lebih kuat lagi hingga sampai kederajat yang lebih tinggi lagi
g. nafsu kaamilah (yang sempurna), yakni orang yang mencapai derajat ini berada dalam pemeliharan Allah sehingga ia tidak akan terjerumus kedalam kemaksiatan, sebab ia selalu hadir di hadirat Allah. dan ia pun tidak akan puas dengan posisi ini. Sebab dalam jalan menuju kepada Allah tidak akan ada kepuasan hingga hamba bertemu dengan Allah Yang sangat dikasihinya dan mengasihi hambanya, di akhirat, dalam keadaan ridho dan diridoi.
Namun selama mereka didunia ini, mereka tetap selalu dalam keadaan waspada dari segala sesuatu yang dapat merusak hubungan kedekatannya dengan Allah. sebab setan tidak akan tinggal diam hingga nafas yang penghabisan, untuk menyesatkan anak Adam, para hamba Allah.
Saya meminta ampun kepada dari membicarakan sesuatu hal yang mana saya sendiri kosong dari mengamalkannya. Dan mudah-mudahan kita semua digolongkan dalam golongan hamba-hamba Allah yang dekat dengan-Nya dan didekatan. Bersama Nabi kita, dan para nabi dan rasul, serta para shiddiqin, syuhada serta oranag-orang salih, di dunia, di barzakh / alam kubur dan di akhirat, di firdaus yang paling tinggi. Amin.
Namun lebih penting dari semua penjelasan tentang nafsu itu, ada yang perlu antum ketahui bahwa sumber perbuatan jelek itu ada 3: setan, nafsu, dan istdidraj dari Allah. untuk lebih jelasnya ikuti penjelasan berikut ini:
Lalu dari mana datangnya bisikan keburukan itu?
Sebelum saya menjawabnya, pernah suatu kali seseorang datang dan bertanya: “Wahai saudaraku, apa faidahnya kita mengetahui macam-macam kejelekan? Cukuplah kita mengerti bahwa sesuatu itu buruk lalu kita meninggalkannya!” Saya katakan: “Seandainya masalahnya semudah itu, maka selesailah permasalahan. Masalah perjalanan seorang hamba menuju kepada Allah adalah suatu perkara yang besar. Musuh-musuhmu merasa berat serta tidak senang jika mereka melihatmu telah sampai (wushul) kepada Allah. Setiap jenis dari bisikan-bisikan itu ada obat / penawarnya masing-masing yang sesuai dengan sumber / asal dari bisikan tersebut. Oleh karenanya, bisikan yang berasal dari setan ada obatnya tersendiri. Bisikan yang berasal dari nafsu ada obatnya tersendiri. Begitu juga bisikan yang berasal dari siksaan Allah dan istidraj ada obatnya tersendiri.
Bagaimana kita membedakan sumber bisikan buruk tersebut?
1. Patokan / neraca pertama: Zikir (mengingat Allah)
Para ulama – semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka – berkata: “Ketika engkau mengetahui bahwa suatu bisikan itu adalah bisikan buruk maka perhatikanlah, apakah dia dapat diusir dengan zikir?” Jika engkau mengucapkan: “Saya berlindung dari (godaan) setan yang terkutuk”, “Tiada Tuhan selain Allah Yang Esa tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya segala kerajaan, dan segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”, “Dengan nama Allah yang mana dengan nama-Nya tiada sesuatu pun yang dapat memberi mudarat di bumi atau pun di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”, “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan) dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”, “Tiada Tuhan selain Allah Raja Yang Maha Benar dan Menjelaskan (kebenaran)”, lalu engkau bersalawat kepada Al-Mushthofaa / yang terpilih (yakni Rasululloh) – semoga salawat Tuhanku dan salam-Nya tetap terlimpah atas beliau – dan engaku mengingat / menyebut-nyebut Allah, jika engkau menyibukkan dengan zikir-zikir semisal itu apakah bisikan tersebut menghilang darimu? Para ulama berkata: “Jika bisikan itu menghilang darimu maka yakin dan pasti bisikan itu dari setan”. Sebab – sebagaimana keterangan dalam pertemuan yang telah lalu – setan akan mundur, lari dan kabur jika mendengar nama Allah disebut. Sebab dia tidak akan mampu bertahan di dalam hati seseorang yang selalu (berzikir) ingat / menyebut-nyebut nama Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Ini neraca yang pertama, hendaknya kita mengetahuinya. Langkah pertama (kita bertanya): “Apakah bisikan itu dapat terusir dengan zikir?”. Jika demikian maka itu berasal dari setan.
Baik, engkau telah menyebut Allah / berzikir, engkau beristighfar, engkau memohon perlindungan dengan Allah dari (godaan) setan yang terkutuk, engkau telah membaca satu juz dari Al-Qur’an, engkau telah membaca surah Al-Kahfi, As-Sajdah, Yaasiin, dan Tabarok dan ternyata bisikan itu masih tetap ada, maka hendaklah engkau meletakkannya di neraca ke dua. Apa itu neraca / patokan ke dua?
2. Apakah bisikan itu terus menerus menyuruh kepada kejelekan atau maksiat tertentu? Atau ia memungkinkanmu untuk melakukan maksiat yang lain yang sama besarnya atau lebih besar dari itu?
Misalnya: suatu kali datang bisikan buruk yang menyuruhmu untuk memutuskan tali shilaturrachim. Ini bisikan baik atau buruk? Dari semula syari’at menyatakan bahwa ini adalah suatu keburukan. Misalnya si fulan yang termasuk kerabatmu telah melakukan ini dan itu, atau dalam moment-moment tertentu misalnya: “Mereka tidak mengucapkan selamat kepadaku atas kelahiran anakku, kalau begitu aku tidak akan pernah menghadiri acara pernikahan mereka”. Setelah itu engkau berzikir kepada Allah (menyebut nama-Nya) seraya berkata: “Saya berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk”, “Saya meminta ampun kepada Allah”, namun ternyata bisikan itu tidak kunjung menyingkir, jika demikian kita mengetahui bahwa bisikan itu bukan lah dari setan. Lalu jika engkau ingin lebih yakin lagi maka tawarkanlah kepada nafsumu atau kepada hatimu sebuah bisikan buruk yang lebih besar dari itu, misalnya: “Saya akan hadir ke acara mereka karena hubungan shilaturrachim lalu setelah itu saya akan keluar dari acara mereka dan saya akan pergi ke suatu tempat yang buruk untuk melakukan suatu yang haram yang lebih besar dari itu (dari pemutusan shilaturrachim)”. Kemudian perhatikanlah apa yang dikatakan oleh hatimu. Jika hatimu berkata: “Hadirilah acara mereka namun setelah itu pergilah ke suatu tempat untuk melakukan maksiat yang lebih besar”, maka bisikan itu dari setan. Akan tetapi jika bisikan itu mengatakan: “Sama sekali saya tidak menghadirinya!!! Tidak akan saya menghadiri acara mereka untuk selamanya!”, lalu engkau tawarkan kepadanya maksiat yang nikmat namun ia tetap pada pendiriannya: “Selamanya aku tidak akan menghadiri acara mereka”, maka tahulah engkau bahwa bisikan itu dari nafsu. Mengapa?
Sebab setan adalah musuh kita. Kepentingannya hanyalah suapaya kalian binasa (terjerumus dalam dosa). Tidaklah penting baginya: apakah engkau binasa dengan sebab memutus tali shilaturrachim ataukah dengan melakukan perbuatan yang keji, ataukah dengan minum khamr (minuman keras)? Hasil akhirnya adalah: engkau binasa. Jika ia tidak bisa membujukmu untuk melakukan suatu kemaksiatan tertentu, lalu engkau menyetujui bisikannya untuk melakukan kemaksiatan yang lain, maka ia akan gembira. Yang penting adalah engkau binasa.
Akan tetapi kemauan nafsu sungguh kuat, sifat nafsu yang selalu menyuruh kepada keburukan selalu mendorong pemilik nafsu tersebut (untuk melakukan perintahnya). Oleh karenanya, jika engkau mendapati bisikan itu selalu dan terus mendorongmu untuk melakukan kemaksiatan tertentu, dan dia tidak mau menerima jika engkau melakukan kemaksiatan yang lain, engkau tahu bahwa bisikan itu dari siapa? Dari nafsu.
1. Jika datang suatu bisikan dan engkau mengetahui bahwa itu termasuk bisikan buruk, perhatikanlah: apakah bisikan itu datang secara tiba-tiba atau datang setelah engkau melakukan kemaksiatan yang mana engkau belum bertaubat kepada Allah darinya. Adapun persoalan maksiat, semua dari kita pernah jatuh dalam suatu maksiat – semoga Allah melindungi kami dan kalian semua dari kemaksiatan – akan tetapi kemaksiatan yang besar adalah jika seseorang jatuh kedalam suatu maksiat lalu dia tidak menyusulnya (dengan penyesalan), tidak langsung bertaubat dan tidak meminta ampun. Dalam sebagian riwayat diceritakan bahwa malaikat meminta izin kepada Allah untuk mencatat amal buruk seorang hamba, lalu Allah berfirman kepada malaikat tersebut: Sabarlah dulu, mungkin saja hamba-Ku ini kembali dan bertaubat kepada-Ku, maka malaikat tersebut membiarkan beberapa waktu dan tidak langsung mencatat amal buruk tersebut. Bukti dari perkataan ini adalah: jika seorang hamba menganggap remeh perkara kemaksiatan, ia jatuh ke dalam suatu kemaksiatan, dia tidak meminta ampun, bertaubat, emohon kepada Allah rahmat, ampunan, dan maaf, justeru ia malah tertawa, bahkan barangkali – kita mohon perlindungan kepada Allah – ia malah berbangga (dengan kemaksiatannya itu). Ini merupakan maksiat yang paling besar. Tambah lagi, ia malah menceritakan kemaksiatan yang dilakukannya itu kepada kawan-kawannya: “Kemarin, saya melakukan ini dan itu”. Allah menutupi aibmu, malah engkau sendiri yang membukanya. Orang yang semacam ini – kita memohon perlindungan kepada Allah – akan mendapat siksa yakni akan diletakkan dalam hatinya kesenangan dalam maksiat yang lain / yang berikutnya. Mengapa? Karena ia tidak mengambil pelajaran. Dia meremehkan permasalahan kemaksiatan itu. Pembela Islam Al-Imam Al-Ghozali – semoga Allah merahmatinya – pernah berkata: “Jika engkau mendapati bahwa bisikan buruk terus-menerus mendorongmu untuk berbuat maksiat, dan bisikan itu datang sesaat setelah kemaksiatan (yang telah kau lakukan) yang mana engkau belum bertaubat darinya, maka ketahuilah bahwa itu adalah istidraj dari Allah. oleh karena itu bersegeralah kembali / bertaubat kepada Allah dan meminta ampun.
Dengan demikian sekarang kita telah memiliki tiga patokan. Patokan pertama adalah zikir. Jika suatu bisikan jelek dapat diusir dengan zikir, artinya bisikan itu darimana? Dari setan. Jika bisikan buruk yang terlintas dalam hatimu itu tak dapat diusir dengan zikir, dan terus menerus mendorong untuk melakukan suatu jenis kemaksiatan tertentu, dan ia tidak menerima jika engkau melakukan berbagai macam kemasiatan (selain yang disuruh olehnya) maka itu dari? Dari nafsu. Jika bisikan itu datang sesaat setelah kemaksiatan yang engkau perbuat yang mana engkau belum bertaubat darinya, maka itu adalah istidraj – kita memohon perlindungan kepada Allah dari hal yang semacam itu. Sekarang kita telah mengetahui bahwa ada tiga sumber bisikan buruk itu dan mengetahui cara-cara membedakan ketiga sumber itu.
Baik. Jika demikian maka apakah obatnya?
1. Jika engkau mengetahui bahwa bisikan itu datang dari setan maka apakah penangkal setan? Obat penangkalnya adalah zikir. Bisikan buruk yang paling rendah dan paling lemah adalah setan, dalilnya firman Allah: “Sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah”. Perhatikanlah bagaimana nampak bagi kita sekarang bahwa tipu daya setan adalah lemah. Bisikan buruk yang paling lemah yang melintas dalam hati manusia adalah bisikan setan. Kita pun sering mengaitkan segala sesuatu / perkara dengan setan, setan dan setan. Ya, memang benar, setan, tidak diragukan lagi! Dia telah menghembuskan keburukan dan kesesatan kepada bani Adam. Akan tetapi Allah telah memberitahukan kepada kita bahwa tipu daya yang paling lemah adalah tipu daya setan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah”. Oleh karenanya hanya dengan berzikir (mengingat Allah) dia berpaling / hilang. Dia tidak akan mampu bertahan sedangkan engkau selalu dalam keadaan berzikir (mengingat nama Allah dengan lisan dan hati). Namun yang menjadi persoalan adalah nafsu, yakni ketika bisikan itu berasal dari nafsu. Bisikan yang paling lemah adalah bisikan setan. Bisikan buruk yang paling sulit adalah bisikan nafsu. Sedangkan bisikan buruk yang paling berbahaya adalah istidroj yang datang langsung dari Allah. Perbedaan antara yang paling berbahaya dan yang paling sulit adalaha dalam hal penyelesaian. Disebut paling bahaya sebab Allah Yang Maha Benar benar-benar murka atasmu (karena perbuatan itu) – kita mohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Tinggi – akan tetapi disebut lebih sulit sebab ia membutuhkan usaha keras (untuk memerangi/ menghilangkannya).
2. Ulama’ berkata: “Permisalan nafsu adalah seperti hewan tunggangan”. Apakah ada diantara kalian yang pernah menunggang kuda? Hewan tunggan yang ditunggangi manusia terkadang sulit dikendalikan (keras hati). Terlebih lagi keledai jika ia keras hati maka dia akan berhenti dijalan. Engkau pukul pun ia tidak akan bergerak. Engkau tarik dia tak akan bergerak. Engkau halau pun ia tak akan bergerak. Hingga hatinya melunak. Dasar keledai! Maafkanlah saya atas apa yang akan saya katakan: “Nafsu ammaroh (yang suka menyuruh kepada keburukan) seperti keledai. Hanya saja keledai tidak mukallaf (dibebani syari’at), sedangkan nafsu mukallaf maka lebih sulit untuk menundukkannya. Sebab nafsu tersebut melakukan apa yang dia inginkan. Orang-orang yang ahli melatih hewan mengetahui bahwa hewan yang keras hati / membandel akan mereka latih dengan dua perkara: Pertama, menyedikitkan makan dan kedua memperbanyak pekerjaannya. Sebab jika engkau menyedikitkan makan, berarti engkau menyedikitkan kekuatan kebandelan yang ada dalam diri / nafsu. Begitu juga ketika engkau memperbanyak amal / pekerjaan untuknya ia akan merendah, dan jika ia telah merendah maka ia akan mudah dikendalikan. Begitu juga halnya nafsu yang suka memerintah kepada keburukan (Al-Ammaroh Bissuu’). Sedikitkanlah makan. Apa yang disebut makanan? Ya, seperti: nasi, daging, roti, lemak / gajih, ikan, dsb. Caranya:
a. Berdirilah (dari meja makan) sedang engkau masih menginginkan makan. Artinya bukan engkau mengambil makanan tersebut ke dalam piring lalu membuangnya ke tempat sampah. Bukan seperti. Sebab tidak boleh membuang-buang nikmat yang bukan pada tempatnya. Akan tetapi berdirilah dari meja makan sedang nafsumu masih mengehdaki untuk makan sesuap lagi. Tinggalkanlah satu suap karena Allah. mengapa karena Allah? sebab diriwayatkan bahwa Rasululoh bersabda: “Kami adalah kaum yang mana kami tidak akan makan kecuali jika kami kenyang dan jika kami makan kami tidak kenyang”. Yakni kami berdiri dari hidangan sedang nafsu kami masih menghendakinya. Salah seorang yang mendengar perkataan ini pernah berkata: “kalau begitu kita tidak akan kenyang walaupun kita makan”. Ini adalah suatu pemahaman yang terbalik. Maksud perkataan: “Jika kami makan kami tidak kenyang” yakni berdirilah dari hidangan tersebut sedang engkau masih menginginkannya.
b. Latihlah / didiklah nafsu tersebut dengan berpuasa. Engkau mampu berpuasa senin dan kamis maka lakukanlah. Atau jika tidak maka berpuasalah paling tidak sebulan tiga kali yaitu puasa ayyaamul biidh (hari-hari putih / bercahaya) yakni hari-hari di mana bulan mencapai kesempurnaannya (purnama, pada tanggal 13, 14 dan 15 pada setiap bulan, dalam penanggalan hijriyyah). Jika engkau mampu lebih maka berpuasalah setiap hari senin. Jika engkau mampu lebih banyak berpuasalah senin dan kamis. Jika engkau kuat lebih dari itu maka berpuasalah seperti puasanya Nabi Dawud sesekali waktu ketika engkau memiliki semangat yang kuat. Maksud puasa di sini adalah berpuasalah secara sungguh-sungguh. Bukannya engkau berpuasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari lalu ketika berbuka engkau langsung menghadapi hidangan / makanan dengan nafsu makan yang tinggi, lalu engkau melupakan pengaruh puasa. Bahkan engkau memakan makanan / hidangan yang jauh dan jauh lebih banyak jenis dan jumlahnya daripada yang engkau makan biasanya! Yang diminta adalah puasa secara sungguh-sungguh! Maksudnya ketika berbuka engkau makan secukupnya dengan maksud menyedikitkan makanan dari biasanya. Menyedikitkan makan makanan yang mengundang selera dalam masa mujahadah (penundukan) nafsu memiliki pengaruh terhadap jiwa. Hingga sekarang ini, ilmu pengetahuan modern menetapkan tentang pengaruh hal tersebut pada jiwa manusia. Apakah kita perlu untuk mengatakan bahwa ilmu pengetahuan modern lebih kuat ataukah cukup kita mengimani apa yang datang dalam hadits dari petunjuk Rasuulloh – semoga salawat dan salam Allah tetap atas beliau – selama beliau yang telah bersabda maka sungguh telah benar.
c. Menyedikitkan makan disertai dengan usaha keras. Setiap kali engkau melihat bahwa nafsu terus menerus dikendalikan oleh bisikan buruk, maka engkau katakan padanya bahwa malam ini saya harus bangun malam selama satu setengah jam. Engkau dapat membaca surat Al-Baqarah dalam dua rakaat atau dalam sebelas rakaat yakni pada salat witir dan pagi harinya engkau siap untuk pergi bekerja. Jangan engkau berkata: “Karena saya telah bangun malam satu setengah jam, maka sekarang saya berhalangan untuk bekerja”. Tetapi pergilah ke tempat kerjamu dengan semangat. Setelah itu cobalah pula berpuasa, dengan menyantap sedikit makanan ketika berbuka puasa. Cobalah lakukan hal-hal tersebut selama tiga atau empat hari lalu lihatlah bagaimana nafsu itu menjadi tunduk secara spontan. Penyerupaan: Apakah salah seorang dari kalian pernah melihat proses pelatihan kuda? Kuda liar – engkau mungkin pernah melihatnya di televis – kuda yang belum dilatih, apa yang dia lakukan? Dia mencoba melemparkan orang yang menungganginya dari atas punggungnya. Begitulah yang dilakukan oleh nafsumu dalam perjalananmu menuju kepada Allah. Dia mencoba melemparmu dari atas punggungnya, supaya dapat menghalangimu dari pendekatan diri kepada Allah sejak semula yang mana hal itu lebih mudah? Akan tetapi apa yang dilakukan pelatih kuda tersebut? Dia terus melatih kuda tersebut. Ketika dia terjatuh dari kuda liar tersebut apakah dia merasa cukup / jera lalu berkata bahwa kuda ini tidak cocok untuk dilatih ataukah dia kembali lagi menungganginya? Jika dia merasa jera maka kuda tersebut tidak akan terlatih selamanya. Akan tetapi ia akan kembali (melatihnya / menungganginya) untuk kedua kali, ketiga dan keempat kalinya. Setiap kali dia terjatuh dia pun kembali lagi, maka apakah yang terjadi pada kuda tersebut? Dia akan menjadi tenang sedikit demi sedikit, putus asa sedikit demi sedikit, hingga akhirnya dia pun menjadi kuda yang terdidik. Begitu pula nafsumu, jika engkau mendapati bahwa bisikan jelek itu datang dari setan dan engkau telah merasa yakin akan bahwa bisikan itu datang dari nafsu maka penawarnya adalah sedikitkan makan dan perbanyaklah beramal.
3. Istidroj dari Allah. obat penawarnya adalah taubat dan kembali kepada Allah secara spontanitas / langsung. Adapun jika datang bisikan itu kontan setelah maksiat, engkau telah berlaku kurang ajar / tidak sopan terhadap Allah lalu engkau bertambah kurang ajar ketika engkau tidak meinta maaf kepada-Nya. Engkau telah bermaksiat lalu engkau tertawa sepenuh mulutmu denga maksud menganggap enteng kemaksiatan itu dan berbangga diri bahkan engkau tidak merasa telah berbuat maksiat! Wahai saudaraku seseorang diantara kita jika melanggar rambu lalu-lintas kemudian menoleh kebelakang dan melihat bahwa polisi lalu lintas telah mencatat pelanggarannya atau – di sebagian negeri – seseorang telah mengetahui bahwa foto otomatis telah emnganmbil gambar mobilnya (yang telah melakukan pelanggaran): apakah dia tidak merasakan sesuatu kegelisahan dalam hatinya dan apakah dia tidak merasakan sesuatu perasaan apapun dalam dirinya: “Engkau telah tertangkap!” ini hanyalah polisi lalu-lintas. Ketika engkau bermaksiat kepada Alla Yang Maha Perkasa di langit dan di bumi, apakah engkau tidak merasa dan tidak mengoreksi dirimu? Dahulu sebagian orang-orang saleh jika mereka tergelincir kepada sebuah kesalahn kecil, mereka merasa khawatir kalau-kalau langit akan tertimpa atas dirinya, atau khawatir kalau-kalau dirinya ditelan bumi. Bukan karena Allah tidak menyayangi hamba-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Akan tetapi karena keagungan Allah Yang Maha Benar lagi Maha Mulia dan Maha Agung yang telah tertanam dalam hatinya. Maka dari itu, seorang yang bermaksiat lalu tidak merasakan perasaan bersalah dalam dirinya, maka ini adalah orang yang menganggap remeh keagungan Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi Yang selalu melihatnya. Oleh karenanya, jika seseorang melakukan suatu kemaksiatan lalu dia menganggap remeh maksiat tersebut, maka dia mendapati bahwa ada bisikan kemasiatan lain yang datang setelah itu dalam dirinya untuk melakukan kemasiatan yang kedua lalu ketiga, kemudian keempat, dst – kita memohon perlindungan kepada Allah – hingga akhirnya dia mati tidak dalam keadaan Islam, jika dia tidak segera sadar, kita mohon perlindungan kepada Allah dari keadaan semacam itu. Oleh karena itu jika seseorang merasa bahwa bisikan buruk mendatangi dirinya setelah dia berbuat kemaksiatan yang mana dia belum bertaubat kepada Allah dari kemaksiatan tersebut maka obat penawarnya adalah dia bersegera kembali kepada Allah, seraya mengatakan: “Aku mohon ampun kepada-Mu”, “Aku mengaharapkan ampunan-Mu”, dan “Ya Tuhanku ampunilah aku serta terimalah taubatku”. Bangkitlah segera dan salatlah dua rakaat Salat Sunnah Taubat, seperti yang kalian laksanakan sebelum dimulainya majlis ini, mulai sekarang. Menangislah dan katakanlah: “Ya Tuhanku hamba-Mu sungguh telah kembali / bertaubat kepada-Mu. Ya Tuhanku janganlah Engkau uji aku dalam masalah agamaku. Ya Tuhanku kembalikanlah aku kepada(jalan)-Mu dengan cara yang baik. Setelah itu perhatikanlah hatimu, maka engkau akan mendapati bahwa bisikan buruk itu telah hilang dari hatimu. Jika kita menyadari hal-hal seperti ini maka kita telah memiliki patokan / neraca yang mana dengan itu kita dapat mengetahui – tentunya juga dengan memohon pertolongan Allah – bagaimana kita mengobati bisikan-bisikan buruk dari hati kita. Kami mohon kepada Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi kesempurnaan pertolongan Allah (taufik) bagi kami dan kalian semua. Ya Allah Yang telah memberi taufik kepada orang-orang yang selalu berbuat baik dan telah menolong mereka untuk berbuat baik, berilah kami taufik untuk berbuat baik dan tolonglah kami untuk itu. Janganlah Engkau haramkan kami kebaikan dari sisi-Mu karena keburukan yang kami miliki. Dengan karunia, kedermawanan, kebaikan dan pemberian-Mu. Berilah nafsu / jiwa kami ketakwaan, dan sucikanlah ia, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik yang mensucikan jiwa, Engkaulah pelindungnya dan pemiliknya. Semoga salawat dan salam Allah tetap terlimpah atas junjungan kita Nabi Muhammad beserta para keluarga dan sahabat beliau. Segala puji hanya milik Allah Tuhan Penguasa seluruh alam semesta.
Jawaban pertanyaan no 3
3.kebaikan di dunia sebagiannya adalah seperti yang antum katakan yaitu harta, tahta, wanita, namun yang dimaksud harta yang didapat dan disalurkan dengan baik (sesuai syari’at), tahta / jabatan yang diperoleh dengan baik dan digunakan di jalan Allah, wanita / isteri yang salihah, amal ibadah yang diterima, ilmu yang bermanfaat, anak yang solih, dsb yakni segala kebaikan dunia yang dapat menghantarkan kepada kebaikan akhirat. Doa tersebut termaktub dalam surat Al-Baqoroh ayat 201. dan ini bukan hanya sekedar doa namun ini adalah pandangan hidup / visi-misi seorang mukmin, yaitu setiap mukmin setiap kali hendak melakukan sesuatu maka semuanya ia lakukan bukan hanya untuk mendapat keuntungan dunia yang melalaikan akhirat, namun ia perhatikan lebih jauh apakah sesuatu itu dapat menghantarkan kebahagiaan diakhirat. Dia jadikan tidurnya untuk Allah bangunnya untuk Allah, makan & minumnya untuk Allah, kerjanya untuk Allah, nikahnya untuk Allah, jiwa daan raganya untuk Allah, sebagaimana ikrar yang sama kita ucapkan dalam salat: inna sholaatii wa nusukii wa machyaayaa wa mamaatii lillaahi robbil ‘aalamiin (sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Tuhan seru sekalian alam). Intinya seorang muslim harus tidak hayan memikirkan kebaikan dunia namun ia raih kebaikan untuk meraih kebaikan yang lebih abadi di akhirat. Maka hendaknya setiap mukmin produktif untuk dunia dan akhirat mereka sehingga mereka terhindar dari api neraka.
Jawaban pertanyaan no. 4
4.bunyi hadits selengkapnya adalah:
قَالَ رسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: اِِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ، وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ: اَلْجَمَاعَةُ
Artinya: Rasululloh – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – bersabda: “Yahudi telah tepecah atas 71 golongan, satu golongan di surga sedangkan 70 dineraka, sedangkan Nashoro / Nasrani terpecah menjadi 72 golongan, 71 di neraka dan satu golongan di surga. Demi Dzat Yang mana jiwaku berada dalam genggaman-Nya akan terpecah ummatku atas 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 di neraka.” Dikatakan: “Ya Rasululloh siaakah mereka (yang disurga itu)?” Beliau bersabda: “Al-Jama’ah.”
Atau dalam riwayat lain:
مَا عَلَيْهِ أَنَا وَأَصْحَابِي
Artinya: “Golongan yang tetap berada pada jalanku dan para sahabatku.”
Yang perlu diperhatikan adalah yang terpecah adalah ummat, bukan Islam, sebab Islam sejak dahulu adalah satu yaitu yang ada di Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dan yang perlu diketahui adalah bahwa ummat itu ada dua macam:
- ummat da’wah yakni ummat sebagai obyek da’wah Rasululloh, yaitu orang-orang yang hidup semenjak Rasul diangkat menjadi nabi hingga hari kiamat.
- Ummat ijabah adalah ummat yang menjawab da’wah / seruan Rasululloh itu yakni ummat Islam.
Sedangkan yang dimaksud ‘jama’ah’ disitu adalah Islam yang berTuhan Satu, Nabinya satu junjngan kita Muhammad – semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam-Nya atas beliau – Al-Qur’annya satu, Kiblatnya satu, mereka semua adalah jama’ah Islam
Selain itu perlu diperhatikan bahwa kata 70 dalam bahasa arab sering digunakan untuk menunjukkan makna kiasan yang bermakna banyaknya jumlah bukan berarti kelompok itu hanya dibatasi oleh bilangan 70, dan tidak lebih dari 70.
Makna hadits itu adalah Yahudi yakni orang-orang yang mengakui mengikuti syari’at Nabi Musa mereka dikatakan terpecah menjadi 71,1 golonga yang benar-benar tetap lurus berada dalam ajaran Nabi Musa inilah yang ke surga sedangkan 70 (yakni banyak sekali) ini mewakili goloangan-golongan yang menyimpaangkan syari’at nabi Musa seperti sekelompok yahudi yang tidak percaya akan adanya hari kiamat, dll. Inilah yang ke neraka selama-lamanya.
Lalu datang lah Nabi Isa maka semua dari mereka yang tadinya beriman kepada nabi Musa secara sungguh2 harus beriman kepada nabi Isa. Umat yang mengakui bahwa mereka mengikuti Nabi Isa. Ini terpecah menjadi 72 golongan, 1 golongan yang selamat /masuk surga yakni golongan yang mempertahankan ajaran nabi Isa sedangkan, 71 golongan ini mewakili golongan-golongan nasrani yang menyimpang yaitu yang meyakini bahwa Isa itu adalah Allah atau anak Allah, dll, termasuk didalamnya kelompok yang percaya kepada Nabi Musa naamun ia tidak percaya kepada Nabi Isa setelah beliau datang / diutus.
Lalu beliau bersabda umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, 1 golongan adalah kelompok Islam benar, yaitu yang benar-benar mengikuti Sunnah Rasululloh, sedangkan yang 72 adalah yang mereka mengaku bahwa mereka muslim namun mereka meyakini keyakinan2 yang dapat mengeluarkan mereka dari Islam alias murtad, seperti yang tidak meyakini keabsahan Al-Qur’an, tidak meyakini Hadist Nabi sebagaai salah satu sumber hukum dalam Islam, yang tidak percaya akan hari kiamat, termasuk kedalamn kelompok 72 ini adalah Ahmadiyah, dan para pengikut nabi palsu, dsb.
Jika dikaitkan dengan ummat bahwa diantara ummat da’wah itu ada yang menjawab seruan Rasul yaitu dengan masuk Islam itulah 1 golongan yang selamat, sedang diluar itu adalah golongan 72 yang masuk neraka. Semoga Allah melindungi kita semua dari neraka dan dari murka-Nya.
Jadi bukanlah yang dimaksud 73 itu: NU, Muhammadiyah, Persis, dsb. Seperti yang diyakini oleh kebanyakan orang. Akhirnya, akibat dari pemahaman yang salah ini, mereka masing-masing menggunakan hadits ini untuk membenarkan golongannya masing-masing. Paddahla mreka sesame muslim. Alangkah Irioninya dan betapa menyayat hati kejadian ini.
Ya Allah persatukanlah Ummat Islam, persatukanlah hati mereka, kasihilah ummat Nabi Muhammad, ampunilah mereka, perbaikilah keadaan mereka, angkatlah kesulitan dan kesedihan mereka. Amin.
Wassalam