Total Tayangan Halaman

Kamis, 04 Februari 2010

Sekilas tentang bulan Shofar

Bulan Shofar adalah bulan ke dua dalam deretan bulan-bulan hijriyyah, setelah bulan Muharram. Yang mana orang-orang jahiliyah sering mempercayai nasib sial dan mengaitkannya dengan bulan shofar. Hal ini dan kepercayaan-kepercayaan jahiliyah yang lain di berantas oleh Rasululloh – semoga salawat dan salam tetap atas beliau. Salah satunya seperti tampak pada hadits beliau dibawah ini yang diriwayatkan oleh Al-Bukhooriy dan Muslim dari sahabat Abu Huroiroh – semoga Allah meridhoinya.
Rasululloh – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – bersabda:
لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ
Artinya: “Tidak ada penularan penyakit, tidak ada kepercayaan akan nasib sial, tidak ada kepercayaan terhadap burung hantu, tidak ada nasib sial pada bulan shofar.”
Maksud dari ‘tidak ada penularan penyakit’ adalah orang-orang jahiliyah mempercayai bahwa seekor hewan atau seorang yang mengidap penyakit menular dapat menularkan penyakitnya begitu saja tanpa campur tangan Allah, dan mereka melupakan bahwa Allah ada di balik semua itu. Keyakinan inilah yang ingin ditepis oleh Rasululloh – semoga salawat dan salam tetap atas beliau.
Sedangkan yang dimaksud dengan ‘tidak ada kepercayaan akan nasib sial’ adalah bahwa orang-orang jahiliyah mempercayai berbagaai macam kepercayaan akan nasib sial di antaranya adalah mereka percaya sekali kepada burung. Jika mereka ingin bepergian maka mereka melepaskan seekor burung, jika mereka melihat burung bergerak kearah kanan mereka akan pergi, namun jika mereka melihat burung bergerak ke arah kiri mereka tidak jadi pergi. Maka Rasululloh melarang mempercayai keyakinan itu dan yang semacamnya, seperti percaya ke[ada hari-hari tertentu yang diyakini sebagai hari nahas / sial. [termasuk pula dalam kategori ini kepercayaan terhadap ramalan bintang].
Sedangkan yang dimaksud dengan ‘tidak ada kepercayaan terhadap burung hantu’ yakni orang-orang jahiliyah percaya bahwa bahwa jika ada burung hantu terbang / berputa-putar diatas suatu rumah, maka di rumah itu ada yang akan meninggal, dan beberapa kepercayaan lain yang dikaitkan dengan burung hantu. Itu semua ditolak oleh Rasululloh – semoga salawat dan salam tetap atas beliau.
Adapun yang dimaksud dengan ‘tidak ada nasib sial dalam bulan shofar’ yakni bahwa orang jahiliyah mempercayai atau mengaitkan bulan shofar dengan kesialan. Hal ini ditepis oleh Rasululloh dengan sabda beliau di atas. Yakni bahwa kesialan atau keberuntungan ada di tangan Allah, kapan saja Dia mamapu memberikannya kepada siapa saja yang dia kehendaki. Maka mintalah keberuntungan kepada-Nya dan berlindunglah kepada-Nya dari kesialan / kecelakaan.
Memang telah diriwayatkan dari sebagian para ulama yang salih bahwa dalam hari rabu terakhir bulan Shofar (jawa: rebo wekasan) Allah menurunkan bala’ untuk waktu setahun ke depan, semuanya diturunkan pada hari itu, lalu diletakkannya antara bumi dan langit, lalu akan diturunkan pada masing-masing waktu yang ditentukan. Sehingga atas dasar ini sebagian orang tidak mau beraktifitas pada hari tersebut. Seharusnya dia berkeyakinan bahwa Allah-lah yang menetukan segala-galanya dan hendaknya dia tetap beraktifitas seraya dia mohon keselamatan dari Allah. sebab bukanlah hari yang membuat celaka atau beruntung namun semua itu di dalam kekuasaan Allah. (ada doa yang di susun oleh para ulama dan di anjurkan untuk dibaca pada bulan shofar, silakan lihat pada blog ini).
Keyakinan-keyakinan tersebut – yakni yang mensugestikan kepada keburukan – semua itu ditolak oleh Nabi – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – dan hanya satu yang disukai oleh Rasululloh – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – yaitu Al-Fa-l yakni sugesti atas kebaikan dari perkataan yang baik. Seumpama, salah seorang dari kita bepergian lalu sampai di kota tujuan yang pertama kali kita temui bernama Hasan (yang artinya: baik) sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits riwayat At-Turmudziy yaitu bahwa beliau tidak suka sugesti atas nasib buruk (tasyaa-um / tathoyyur) namun beliau menyukai sugesti yang baik (tafaa-ul) dan jika beliau pergi untuk suatu keperluan beliau suka untuk mendengar ucapan: Yaa Roosyid [artinya: wahai yang memberi petunjuk].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar