Total Tayangan Halaman

Kamis, 04 Februari 2010

di antara penyebab chusnul khotimah

Di antara yang menyebabkan husnul khotimah adalah pendek angan-angan, karena orang yang tidak banyak berangan-angan, akan giat beramal. Sebagian dari salaf berkata, “Siapa yang panjang angan-angannya, maka akan buruk amalannya.”

Bersabda Rasulullah saw, “Kematian adalah sesuatu yang jauh, tapi cepat kedatangannya”. Beliau juga bersabda, “Generasi pertama umat ini selamat karena zuhud dan keyakinan yang kuat kepada Allah. Sedangkan generasi akhir umat ini akan celaka karena rakus dalam mencari kemewahan dunia dan panjang angan-angan.”

Berkata Al-Imam Ali karomallahu wajhah, “Yang paling aku takutkan atas kalian adalah menuruti hawa nafsu dan panjang angan-angan.”

Adapun mengikuti hawa nafsu akan menjauhkan kita dari yang haq (kebenaran), sedangkan panjang angan-angan akan melupakan kita tentang akhirat. Barang siapa yang lupa akan akhiratnya, dia tidak akan beramal untuk akhiratnya. Dan barang siapa yang tidak beramal untuk akhirat, maka dia akan sampai di akhirat dalam keadaan rugi dan sengsara. Diterangkan dalam sebuah hadits,

“Jadilah engkau di dunia ini seperti seorang yang gharib atau orang yang numpang lewat.”

Ketika Rasulallah saw ditanya, “Siapakah, ya Rasul, orang yang beruntung?.” Beliau bersabda, “Orang yang beruntung adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan mempersiapkannya dengan baik. Mereka itulah orang-orang yang beruntung meninggalkan dunia dengan membawa kemuliaan dan kenikmatan akhirat.”

Oleh karena itu, janganlah kalian tidur kecuali telah menulis wasiat jika kita memiliki sesuatu yang perlu kita wasiatkan, karena dikhawatirkan mati mendadak. Mati mendadak (mautul faj’ah) adalah rahmat bagi orang mukmin yang telah memiliki persiapan dan kesengsaraan bagi orang yang fajir. Hendaknya kita berusaha agar yang paling akhir kita ucapkan sebelum tidur) adalah dzikrullah dan yang pertama kita ucapkan (ketika bangun tidur) adalah dzikrullah. Insyaallah kita akan bahagia dan mati dalam keadaan husnul khotimah.

[Dikutip dari kitab Al-Qirthos, karya Al-Habib Ali bin Hasan Al-Atthas, juz II, hal 290]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar