Total Tayangan Halaman

Kamis, 04 Februari 2010

As-Sayyid Muhammad bin Alawiy Al-Malikiy

Al-Habib As-Sayyid Muhammad bin Alwy bin Abbas Al-Maliky Al-Hasany lahir di Makkah pada tahun 1365 H / 1947 H. Nasab beliau masih terkait dengan Imam Hasan, salah seorang cucu Rasulullah saw.
Ayah beliau Sayyid Alwy dikenal sebagai ulama terkenal yang mengajar di Masjidil Haram. Lingkungan telah membuat beliau sejak kecil lekat dengan ajaran-ajaran agama. Ayahnya sendiri yang mendidik dan mengasah beliau hingga menjadi seorang yang cerdas dan piawai dalam masalah-masalah keagamaan.
Tentang ayahnya ini, salah seorang ulama kesohor Mesir Syekh Muhammad Al-Thayyib An-Najjar menulis, "Sayyid Alwy Al-Maliky adalah seorang ulama besar yang mulia yang biasa mendermakan hidup demi ilmu. Ia dengan penuh ketekunan membaca berbagai kitab dan menulis berbagai buku seraya mengamalkan ilmu yang dikuasainya. Rumahnya terletak dekat Ka'bah yang mulia disekitar Makkah Al-Mukaramah. Ia bagaikan lembah indah yang menghimpun para ulama, pilihan diantara ulama islam yang mendengarkan Al-Qur'an dan Sunah Nabi saw, seraya mengkajinya dengan mendalam dan membahasnya secara teliti. Kepada para santri sering didengarkan berbagai sanjungan terhadap Nabi Muhamad saw, berupa syair yang dibacakan oleh Syekh Alwy dengan bahasa arab yang bagus disertai hati yang tulus penuh ketakwaan dan dihiasi keimanan yang jernih."
Kecerdasan Sayyid Muhammad terlihat sejak kecil, Hafal Al-Qur'an pada usia 7 ( tujuh ) tahun, Hafal Al-Muwaththa' (kitab Hadits karya Imam Maliki, kitab tertua, atau yang pertama diterbitkan di dunia islam pada abad ke 2 H / VII M) pada usia 15 tahun. Dan pada usia 25 tahun, Sayyid Muhammad Al-Maliky meraih gelar doktor ilmu di Universitas Al-Azhar, Kairo, dengan predikat excellent, dibawah bimbingan ulama besar mesir Prof.Dr. Muhammad Abu Zahrah. Usia 26 tahun beliau dikukuhkan sebagai guru besar ilmu hadits pada Universitas Ummul Qura, Makkah, Arab Saudi.
Ini adalah sebuah prestasi luar biasa yang memang layak dicapai oleh seorang putra ulama besar dan termasyhur di Makkah dan Madinah. Sebagai ulama ahli tafsir dan hadits, beliau giat dalam kegiatan dakwah yang digelar Rabithah Alam Al-Islamy (Liga Dunia Islam) dan Mu'tamar Alam Islamy (Organisasi Konferensi Islam).
Pada tahun 1974, setahun setelah ayahnya wafat, Sayyid Muhammad Al-Maliky membuka pesantren yang di Utaibiyyah, Mekah. Uniknya, pesantren yang dibangun bersama Abbas, adik kandungnya itu, hanya menerima santri dari Indonesia. Belakangan pesantren itu pindah ke kawasan yang lebih luas tapi agak jauh dari Masjidil Haram. Di pinggiran selatan kota Makkah di daerah Rushayfah, yang kemudian diberi nama jalan Al-Maliky. Disana beliau banyak membina murid dari Indonesia. Sebagian dari ratusan alumnus yang pulang ke Indonesia, ada yang membuka pesantren dengan nama Al-Ma'had Al-Maliky (Pesantren Al-Maliky).
Dalam kehidupannya, Sayyid Muhammad Al-Maliky pernah mengalami berbagai cobaan hidup. Pada tahun 1980-an terjadi perselisihan besar antara beliau dan beberapa ulama wahabi yang didukung oleh Kerajaan Saudi. Sayyid Muhammad Al-Maliky dituduh menyebarkan bid'ah dan khurafat. Beliau kemudian dikucilkan, hingga pernah mengungsi ke Madinah selama bulan Ramadhan.
Persoalan itu kemudian meruncing, tetapi berhasil dicari jalan tengah dengan melakukan klarifikasi (Dialog). Waktu itu, Sayyid Muhammad Al-Maliky berargumen dengan kuat saat berhadapan dengan ulama yang juga mantan Hakim Agung Arab Saudi, Syekh Sulaiman Al-Mani'. Dialog itu direkomendasikan oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz, yang dikenal sebagai Mufti Kerajaan Arab Saudi waktu itu. Syekh Abdul Aziz bin Baz sangat berseberangan dengan Al-Maliky.
Dalam dialog / perdebatan Sayyid Muhammad Al-Maliky dengan Ulama ahabi yang ditayangkan TV setempat dimenangkan oleh Sayyid Muhammad Al-Maliky dan kian mendapat simpati. Konon diam-diam keluarga kerajaan Arab Saudi pun sebenarnya berpihak kepada Sayyid Muhammad Al-Maliky, namun takut diketahui mayoritas pemeluk Wahabi.
Syekh Sulaiman Al-Mani' kemudian menerbitkan dialognya itu dalam bentuk buku yang diberi judul Hiwar Ma'al Maliki Liraddi Munkaratihi wa Dhalalatih ( Dengan dengan Maliki untuk menolak kemunkaran dan kesesatannya ).
Syekh Shalih bin Abdul Aziz Al-Syaikh kemudian juga menerbitkan buku yang berjudul Hadzihi Mafahimuna (Inilah Pemahaman kami), yang menghantam pemikiran Sayyid Muhammad Al-Maliky.
Sayyid Muhammad al-Maliky tak tinggal diam. Beliau juga menerbitkan buku yang tak kalah hebat dan populernya, dengan judul Mafahim Yajibu an Tushahhah ( Paham-paham yang harus diluruskan ). Buku ini kemudian menjadi buku andalannya dalam mempertahankan Pluralitas aliran di Tanah suci Makkah. Sayyid Muhammad Al-Maliky didukung sejumlah Ulama non Wahabi yang mulai terpinggirkan.
Dalam berbagai dalih, Sayyid Muhammad Al-Maliky justru mengusung pemikiran asli Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri aliran Wahabi, yang ternyata banyak disalah artikan oleh ulama-ulama pengikutnya. "Banyak kebohongan yang ditebarkan atas nama saya." Tulis Abdul Wahab.
Sayyid Muhammad Al-Maliky juga seorang pakar yang banyak menyumbangkan karya-karya ilmiah dan aktif mengikuti pertemuan-pertemuan fiqih yang diadakan oleh Rabithah Alam Al- Islamy. Beliau tercatat pernah aktif di Kepanitiaan Musabaqah Tahfidz dan Tilawatil Qur'an di Makkah pada masa-masa awal. Beliau banyak memberikan ceramah, diskusi, seminar, terkait dengan ilmu-ilmu yang dikuasainya, terutama Fiqih dan Hadits.

2 komentar:

  1. Salam. wa syukron ala ifadah. mau tanya ust, apa yang di maksud sedikit 'Kontroversial" dari pendapat maliki seputar negara islam, di malaysia, ahsanallhu ilaikum.

    Aba Yafi` As-Surbawi

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam juga. afwan lama sekali ana nggak aktif nulis di blog karena kesibukan ngajar dan nerjemah. doakan mudah2an ana bisa istiqomah nulis di blog dan smoga manfaat. tentang yang antum tanyakan yakni masalah yang kontroversial itu ana sendiri kurang tau pastinya sebab bagian terakhir tulisan itu hanya ana dapat dari salah satu sumber yang anak sendiri kurang tau jelas pastinya. oleh karena itu ana uda hapus bagian tersebut. terima kasih atas atensi dan kritik / pertanyaannya.

      Hapus