Seseorang yang sakit yang mana sakitnya itu diikuti dengan kematian maka di dalam sakitnya tadi secara syari’at orang tersebut terkena Chajr حجر (pembatasan kuasa atas harta miliknya) yakni ia tidak boleh memberi wasiat atau hadiah atau pemberian dalam bentuk apapun lebih dari sepertiga hartanya sesuai dengan sabda Rasululloh:
عَنْ مُعَاذَ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ تَصَدَّقَ عَلَيْكُمْ بِثُلُثِ أَمْوَالِكُمْ عِنْدَ وَفَاتِكُمْ زِيَادَةً فِيْ حَسَنَاتِكُمْ (رواه الدارقطني وأخرجه أحمد والبزار من حديث أبي الدرداء وابن ماجه من حديث أبي هريرة وكلها ضعيفة ولكن قد يقوي بعضها بعضا والله أعلم)
Artinya: Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal – semoga Allah meridhoinya – ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau – bersabda: “Sesungguhnya Allah bersedekah atas kalian dengan sepertiga harta kalian ketika menjelang wafat kalian untuk menambah pahala kebaikan kalian.” (hadits riwayat Ad-Daaruquthniy, diriwayatkan pula oleh Ahmad dan Al-Bazzaar dari hadits Abud Dardaa’, juga oleh Ibnu Maajah dari hadits Abu Huroiroh, dan semuanya dho’if lemah naum karena banyaknya riwayat maka satu sama lain saling menguatkan)
Adapun wasiat yang diberikan kepada ahli waris – yang lebih dari sepertiga – maka tidak boleh dilaksanakan kecuali atas izin dari ahli-ahli waris yang lain. Berdasarkan hadits:
عن ابن عباس رضي الله عنهما
قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن الله قد أعطى كل ذي حق حقه فلا وصية
لوارث إلا أن يشاء الورثة (رواه الدارقطني وإسناده حسن وأخرجه أحمد و الترمذي وأبو
داود وابن ماجه من حديث أبي أمامة الباهلي وحسنه أحمد والترمذي وقواه ابن الجارود
وابن خزيمة)
Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbaas – semoga Allah meridhoi keduanya – ia berkata: “Rasululloh – semoga Allah tetap melimpahkan salawat dan salam atas beliau – sesungguhnya Allah telah memberikan hak masing—masing kepada setiap yang mempunyai hak (yakni dalam ketentuan waris surat An-Nisaa’ ayat 11 dan 12), maka tidak ada wasiat bagi ahli waris kecuali disetujui oleh ahli-ahli waris yang lain.” (hadits riwayat Ad-Daaruquthniy dan sanadnya hasan; dan diriwayatkan pula oleh Ahmad, At-Turmudziy, Abu Daawud, dan Ibnu Maajah dari hadits Abu Umaamah Al-Baahiliy, dihasankan oleh Ahmad dan At-Turmudziy, dan dikuatkan oleh Ibnul Jaaruud dan Ibnu Khuzaymah)
Adapun pembatasan sepertiga berdasar hadits sahih Al-Bukhooriy dan Muslim yang mana Rasul melarang Sa’d bin Abi Waqqosh untuk bersedekah atau memberikan hartanya lebih dari sepertiga belaiu bersabda:
اَلثُّلُثُ وَالثُّلُثُ
كَثِيْرٌ إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ
عَالَةً يَتَكَفَّفُوْنَ النَّاسَ (متفق عليه)
Artinya: Sepertiga, sedangkan sepertiga itu banyak, jika engkau meninggalkan para ahli warismu dalam keadaan cukup maka itu lebih baik dari pada engkau meninggalkan mereka dalam keadaan faqir dan meminta-minta kepada manusia (H.R Al-Bukhooriy dan Muslim)
Adapun hibah, hadiah, semua pemberian kepada ahli waris hukumnya sama dengan wasiat. Sebagaimana tersebut dan difatwakan oleh para ulama syafi’iyyah di antaranya adalah As-Sayyid Taqiyuddin Abu Bakar Al-Chishniy Al-Husayniy dalam kitabnya Kifaayatul Akhyaar jilid 2 halaman 31.
Surabaya, 11 Romadhon 1433 H / 31 juli 2012 M
Yang menulis ini
Hamba Allah yang faqir kepada rahmat-Nya
محمد علي بن توفيق بن عبد القادر بن محمد بارقبة
Tidak ada komentar:
Posting Komentar