Total Tayangan Halaman

Minggu, 05 Desember 2010

Terbunuhnya Sayyidina Husain & puasa hari 'Aasyuuroo'

Diriwayatkan dari Ummu Salamah – semoga Allah meridhoinya – bahwa dia berkata: “Suatu kali RAsululloh berada di rumahku, tiba-tiba ketika itu masuklah Al-Husain (bin Ali bin Abi Tholib, cucu beliau) semoga Allah meridhoinya, maka aku pun melihat kepada mereka berdua (yakni Nabi dan Al-Husain) sedangkan Al-Husain sedang berada di atas dada Nabi – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – sedang bermain, sedangkan di tangan Nabi ada secuil tanah dan air mata Nabi mengalir. Ketika Al-Husain – semoga Allah meridhoinya – telah keluar aku pun masuk, lalu aku berkata: “Demi (Tuhan) ayahku dan ibuku Ya Rasululloh, aku tadi melihat anda memegang tanah di tangan anda dan engkau menangis. Maka Rasululloh – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – bersabda: “Ketika aku senang dengan Al-Husain, tiba-tiba Jibril – semoga salam tetap atasnya – mendatangiku dan membeikan aku tanah yang mana Al-Husain akan dibunuh di sana, oleh karena itu aku menangis.”
Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashriy – semoga Allah merahmatinya – bahwasanya dia berkata: Sesungguhnya Sulaiman bin Abdul Malik pernah melihat Nabi – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – dalam mimpinya bahwa Nabi menggembirakannya dan berlaku lembut kepadanya. Ketika pagi dia pun menanyakan hal itu kepada Al-Hasan Al-Bashriy, maka Hasan pun berkata: “Mungkin engkau telah melakukan suatu perbuatan baik kepada ahlul bait / keluarga Rasululloh.” Sulaiman berkata: “Benar. Aku mendapati kepala Al-Husain bin Ali – semoga Allah meridhoi mereka – di lemari Yaziid bin Mu’awiyah maka akupun menyelimutinya dengan 5 lembar kain sutera, dan aku menyalatinya bersama dengan beberapa orang kawanku lalu aku menguburkannya. Maka Al-Hasan – semoga Allah merahmatinya – berkata: Nabi – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – rihdo / senang kepadamu karena sebab itu.” Lalu Sulaiman pun memerintahkan agar Al-Hasan diberi hadiah.
Diriwayatkan dari Hamzah bin Az-Zayyaat, ia berkata: “Aku melihat Rasululloh – semoga salawat dan salam tetap atas beliau, Nabi Ibrohim Al-Kholiil – semoga salam tetap atasnya – dalam mimpi, keduanya salat di kubur Al-Husain – semoga Allah meridhoi keduanya.” Asy-Syekh Abdul Qodir Al-Jaylaniy berkata: “Telah diberitakan kepadaku daari Abu Nashr, dari ayahnya dengan sanadnya dari Abu Usamah dari Ja’far (Ash-Shoodiq) bin Muhammad [(Al-Baaqir) bin Ali (Zaynal Abidin) bin Al-Husain bin Ali bin Abi Tholib semoga salam tetap atas baginda Rasul dan atas mereka semua] – semoga Allah merahmatinya – dia berkata: “Turun pada kubur Al-Husain bin Ali – semoga Allah meridhoi keduanya – pada hari dia dibunuh 70.000 malaikat menangis atasnya hingga hari kiamat.”
Dalam kitab beliau Al-Ghun-yah, Asy-Syekh Abdul Qodir Al-Jaylani berkata: “Sekelompok orang telah mencela orang-orang yang berpuasa di hari yang agung ini (yakni hari ‘Aasyuuroo’) dan mengingkaari keagungan ibadah puasa dihari itu, dan mereka meyakini bahwa tidak boleh berpuasa pada hari itu karena Al-Husain bin Ali terbunuh pada hari itu. Mereka berkata: “Seharusnya musibah itu dirasakan secara merata oleeh seluruh umat Islam karena kehilangan Al-Husain, sedangkan kalian menjadikan hari itu (‘Aasyuuroo’) sebagai hari bergembira dan kesenangan, dan kalian meluaskan belanja kepada keluarga pada hari itu serta banyak bersedekah kepada para faqir miskin. Dan itu semua tidak pantas bagi hak berkabung atas Al-Husain – semoga Allah meridhoinya – bagi seluruh kaum muslimin.” Orang yang mengatakan seperti ini, dia salah dan pendapatnya tidaklah benar. Sebab Allah memilih untuk cucu Rasul-Nya Nabi Muhammad – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – mati dalam keadaan syahid pada hari yang amat mulia, dan yang amat agung agar dengan itu bertambahlah ketinggian derajatnya dan kemuliaannya, selain kemuliaan yang sudah ia miliki, dan hal itu dapat menyampaikannya kepada derajat Al-Khulafaa’ Ar-Rasyiduun. Seandainya boleh menjadikan hari kemaatiannya sebagai hari musibah pastilah hari Senin lebih berhak untuk dijadikan hari musibah. Sebab Allah mewafatkan Nabi Muhammad – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – pada hari itu.” Lalu kehilangan apakah yang melebihi dari kehilangan Rasul – semoga salawat dan salam tetap atas beliau – ?
Asy-Syekh Abdul Qodir Al-Jaylaniy berkata pula: “Kemudian seandainya boleh menjadikan hari ‘Aasyuuroo’ sebagai hari musibah maka pastilah itu telah dilakukan oleh para sahabat dan tabi’in sebab mereka lebih dekat zamannya daripada kita. Sedangkan kita banyak mendapati hadits dari para sahabat tentang perintah meluaskan nafkah pada hari ‘Aasyuuroo’. Bahkan Al-Imam Ali bin Abi Tholib – semoga Allah meridhoinya – memerintahkan orang-orang untuk berpuasa ‘Aasyuuroo’, lalu Aisyah bertanya: “Siapakah yang memerintahkan kalian untuk berpuasa pada hari ‘Aasyuuroo’? Mereka menjawab: Ali – semoga Allah meridhoinya.” ‘Aisyah berkata: “Dia adalah orang yang paling mengerti tentang sunnah di antara orang-orang yang tersisa.”

2 komentar:

  1. Salam kenal dari Hermansyah di Aceh.
    Kisah Hasan-Husein menjadi banyak rujukan bagi umat Islam sekarang, dari semua sisi dan segi, termasuk dalam naskah/manuskrip yg pernah saya baca menjadi sangat menarik..

    salam
    hermankhan.co.cc

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal kembali buat saudaraku herman. kebetulan saya sendiri penggermar manuskrip bahasa arab atau bahasa melayu aksara arab. mungkin anda memiliki informasi tentang manuskrip atau hal-hal yang berkenaan dengan naskah kuno, sebab kebetulan saya juga senang dengan filologi dan naskah / manuskrip, dan saya memiliki beberapa naskah tulisan tangan dan dengan modal pribadi saya sedang berupaya mendigitalisasi naskah kuno dan memburu naskah untuk didigitalisasikan agar dapat dinikmati lebih lama dan lebih luas.
      wassalaam
      muhammad ali
      muham4li@yahoo.co.id

      Hapus